Elisa duduk bersama sepuluh wanita lain dalam kelas memasak bersama salah satu chef ternama di Indonesia. Tidak tanggung-tanggung, Amy mendaftarkan kursus singkat sepekan bersama chef yang masuk dalam jajaran Top Ten Chef ternama.
Elisa canggung dan juga bingung, bagaimana tidak yang masuk di dalamnya adalah para ahli masak yang sudah memiliki usaha catering bonafit dan terakreditasi A sementara dirinya memasuki dapur saja tidak pernah.
Amy, apa kau gila? Bagaimana aku menyesuaikan semua ini heh?! Lihat mereka begitu fasih dan mengerti tentang dunia per-masakan!
[Sistem menilai ini yang terbaik nona, anda bisa mempelajari semua hal dari nol! Kami memilah apa yang Anda perlu kan dan disini juga menyediakan waktu privat diluar kursus.]
Amy menjelaskan dengan gamblang alasan pemilihan kursus yang memang tergolong eksklusif. Tapi Elisa tak berkutik, ia bahkan tak bisa memahami apa yang dikatakan ***-chef yang ditunjuk chef kepala. Berkali kali Elisa salah menjalankan instruksi bahkan membuat mejanya berantakan.
Bagus sekali pilihanmu Amy dan lihatlah aku sekarang, berada dalam tatapan membunuh para senior di depanku!
[Tidak ada belajar yang mudah nona! Nikmatilah!]
Sialan kau! Aku benci memasak, sungguh aku membencinya!
Elisa mengumpat dalam hati dengan memberikan penekanan khusus pada Amy.
"Apa ada masalah?" Suara bariton ramah menyapanya dari belakang membuat Elisa terkejut.
"Ehm, yah begitulah! Sepertinya bibiku salah mendaftarkan aku disini!" jawab Elisa dengan senyuman masam.
Elisa sibuk membersihkan mejanya yang dipenuhi kuah kaldu daging yang tumpah saat hendak dituangkan dalam bowl besar.
Padahal resep yang sedang dipelajari hanya membuat sup krim asparagus sederhana tapi Elisa sudah mengacaukan segalanya di awal.
"Lihat dia, nggak bisa memasak rupanya sampai bikin ribut daritadi."
"Sepertinya begitu, kalau nggak bisa masak ngapain ikut kursus kelas profesional begini? Mending belajar aja dirumah sama ibunya!"
"Betul bikin kita hilang fokus aja, dasar cewek nggak tahu diri!"
Bisikan-bisikan halus terdengar jelas di telinga Elisa membuatnya kesal. Ia membalas tatapan sinis para ibu dan juga bapak berkumis tebal yang mirip dengan suami -artis dangdut ternama- yang mengikuti kursus bersamanya.
Chef bernama Sastrawan itu mengikuti arah pandangan Elisa lalu tersenyum memahami situasi sulit yang tengah dihadapi.
"Lebih baik kamu cepat memberatkan kekacauan ini. Kita bicara nanti setelah sesi ini berakhir." Chef Sastrawan berbisik sebelum pergi meninggalkan meja Elisa.
"Ya,ya pergilah dan buatlah mereka senang chef."
Kegiatan kursus memasak kembali berlangsung, Elisa akhirnya bisa membuat satu hidangan sup yang biasanya disajikan sebagai appetizer (hidangan pembuka) di hotel-hotel mewah. Meski rasanya tidak terlalu menyenangkan untuknya tapi, sup dengan kadar kalori 65 kcal/100 gramnya itu adalah menu wajib yang harus Elisa kuasai.
Mendengarkan penjelasan dari chef utama yang tadi memberinya semangat membuat Elisa menguap berkali kali. Harinya tidak menyenangkan sekali, bahkan bisa dikatakan membosankan.
"Silahkan dinikmati hasil karya bapak dan ibu sekalian." seru chef Sastrawan dengan senyum menawan.
Aah, iya dia begitu menggoda para peserta kursus terutama para wanita. Chef tampan dengan hiasan tato di tangan kirinya, bertubuh bak model dengan lesung pipi manis, tak pernah gagal memikat wanita dari yang muda sampai tua tapi tidak untuk Elisa.
Elisa tidak menunjukkan antusias saat harus menikmati hasil karyanya, perutnya bergejolak saat mencium bau tajam asparagus. Elisa memundurkan kursi dan setengah berlari menuju toilet wanita. Ia mengeluarkan seluruh isi perutnya hingga habis tak tersisa.
"Aku benci asparagus!"
Elisa membasuh wajahnya dengan air, seseorang menyentuh bahunya mengulurkan beberapa lembar tissue wajah.
"Thanks,"
"Nggak suka rasa dan baunya, tapi kenapa nekat belajar disini?" suara lelaki mengejutkan Elisa.
"Oh sh***it! Chef ngapain masuk sini, ini kan toilet wanita?!" Elisa setengah berteriak saking terkejutnya.
Chef Sastrawan atau yang dikenal dengan Chef Wawan itu celingukan melihat sekitar. "Yakin ini toilet wanita?"
Keningnya berkerut saat bertanya pada Elisa membuat gadis itu sontak memperhatikan sekeliling. "Ya ampun! Aku salah masuk rupanya."
Wajah Elisa merona saat menyadari kesalahannya, untung saja tak ada lelaki yang masuk ke dalam toilet selain chef Wawan.
"Untung saya baik!" Chef Wawan pergi berlalu meninggalkan Elisa yang salah tingkah.
Elisa mengikutinya, ia tak ingin berlama lama di dalam sana. Sangat berbahaya jika sendirian di sarang penyamun.
"Hei, thanks lagi." kata Elisa ketika berhasil menyusul chef Wawan.
"Untuk?"
"Ehm, menemaniku didalam sarang penyamun?"
Chef Wawan berhenti sejenak, menoleh ke arah toilet pria dan tersenyum lebar. "Sarang penyamun, huh?!"
Elisa terkekeh geli, "anggap saja begitu."
"Kalau kamu kurang suka supnya, aku punya pengganti yang lebih baik. Setidaknya bisa untuk mengisi perut kamu yang kosong."
"Gimana kalau kita tukeran aja?"
Chef Wawan mengernyit, "entahlah, aku tak yakin dengan hasil masakanmu …,"
"Hei, itu aman tidak ada racun yang aku masukkan didalamnya!" tukas Elisa cepat.
"Oke, aku percaya. Tapi sebaiknya kita bergabung dengan yang lain. Sebentar lagi waktunya pulang."
Keduanya kembali ke ruangan kursus yang kini sudah hampir kosong, sebagian peserta sudah undur diri dan sebagian lagi masih sibuk bertanya dengan ***-chef.
"Duduklah, aku ambilkan sedikit sup hangat hasil kreasiku." Chef Wawan menarik kursi untu Elisa.
"No asparagus?" chef Wawan kembali memastikan.
"Yes no asparagus!" sahut Elisa tegas.
Para peserta mulai meninggalkan ruangan, beberapa melirik tajam ke arahnya dan beberapa tersenyum sambil melambaikan tangan pada Elisa.
"Hari yang berat?" tanya ***-chef manis bernama tag Indra.
"Begitulah, aku nggak bisa memasak dan ikut kursus ini benar-benar menyiksaku!" jawab Elisa sungkan karena merasa merasa mendapat perlakuan istimewa.
"Wah, itu pasti tidak menyenangkan. Terus kenapa kamu mendaftar disini? Apa ada alasan lain seperti meneruskan usaha keluarga?"
Elisa tersentak, kewaspadaan dirinya meningkat. Ia menatap sang ***-chef yang memasukkan sepotong roti dalam sup asparagus miliknya.
"Kenapa, apa ada yang salah dengan pertanyaanku?" Indra menoleh ke arah Elisa memperhatikan perubahan raut wajahnya.
Elisa tak langsung menjawab, ia dalam posisi siaga satu jika dalam berperang.
"Halo, apa kau disana?" Indra melambaikan tangan didepan wajah Elisa.
"Ehm, ya maaf. Aku sedikit gugup?"
"Sepertinya kau takut, apa memasak itu sangat menakutkan?" tanya Indra sekali lagi.
"Tidak, tentu saja tidak." Elisa salah tingkah dengan tatapan tajam Indra yang menghunus. Ia merasa tak nyaman.
Situasi hening sejenak, keduanya saling menatap dalam diam sebelum chef Wawan datang dengan semangkuk sup hangat yang masih mengepulkan asap tipis.
"Silakan dinikmati sup nya nona Diana!"
"Diana? Siapa Diana?" Elisa bertanya membuat bingung dua chef tampan didepannya.
"Bukankah namamu … Diana?" tanya chef Wawan ragu.
Mata Elisa membulat sempurna, 'sial aku lupa nama baruku!'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Wanda Wanda i
haddew stupid nma sendiri aja lupa ampuuun cerobohnya
2023-10-02
0
Hana Nisa Nisa
😄😄😄
2023-07-30
0
AyAyAyli
hahahaha elisa Elisa... welcome back ayang²
2023-07-26
0