Lelaki itu menatap takjub pada Elisa yang sudah berganti pakaian. Rambut hitam lembut sebahu, hidung mancung, garis wajah bentuk hati yang mempesona ditambah kulit kuning langsat khas Asia terlihat sangat cocok dengan warna dress yang dikenakannya saat ini.
Tidak, bukan cocok tapi seperti tidak memakai pakaian … uups!
Warna salem mini dress Elisa begitu menyatu dengan kulitnya hingga terlihat bak pakaian transparan dimata lelaki manis nan rupawan itu. Pikirannya sontak melayang pada bagian tubuh elisa yang tertutup lembaran kain tipis itu. Ia menelan ludah kasar dan mati matian menahan tubuhnya yang mulai memanas.
"Mas, halo … mas dengar saya ngomong nggak sih?" Elisa melambai lambaikan tangannya di depan wajah lelaki muda itu.
Elisa mulai kesal ia menepuk bahu lelaki manis itu sedikit keras.
"Mas!"
"Eh, iya! Gimana mbak?!"
"Ini uang yang saya janjikan." Elisa mengulur kan sejumlah uang yang dijanjikannya.
Lelaki manis itu hendak mengambilnya ketika tangan Elisa menarik uang itu lagi.
"Eits tunggu dulu, nama mas siapa?"
"Raka, kalo mbak?"
"Elisa,"
Elisa duduk berhadapan dengan Raka. Mini dress nya sedikit tersingkap memperlihatkan paha mulus yang membuat Raka pecah fokus, Elisa benar-benar sempurna.
"Begini, saya perlu bantuan lagi. Mas Raka bisa bantu saya besok? Saya harus mengunjungi suatu tempat, dan saya nggak bisa lakukan itu sendiri."
"Bentar, maksudnya gimana ya mbak?"
Elisa bingung bagaimana harus mengatakannya pada Raka, ia tak mungkin mengatakan dirinya bangkit dari kematian dan hendak balas dendam pada lelaki yang baru dikenalnya ini. Ia juga tak bisa mengatakan jika besok Elisa merencanakan pengintaian sehari penuh pada beberapa orang yang dicurigainya.
"Untuk jelasnya besok aja deh, saya cuma mau tawarin dulu ke masnya. Bisa bantu saya?"
Raka berpikir sejenak sebelum menjawab, "Sebenarnya saya ada kerjaan besok mbak. Penting sekali?" tanya balik Raka.
"Iya, sangat penting. Saya bisa bayar lebih dari ini asal mas mau bantu. Gimana?"
"Bayar lebih ya, ehm duh saya bingung jadinya."
"Plus bonus kalo kamu bisa dapatkan informasi yang saya butuhkan." Elisa kembali memberikan penawaran menggiurkan.
"Kayaknya menarik, oke deh saya bantu. Tapi …,"
KRUUK!!
Elisa dan Raka saling memandang, bunyi demo perut Raka bersuara stereo terdengar begitu jelas. Raka tersipu malu, ia menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. Elisa tertawa geli melihatnya lalu,
DIING!!
[Misi 1 : Menyiapkan makanan untuk mengisi perut Raka. Waktu dua puluh menit.]
Tawa Elisa terhenti, matanya membulat sempurna saat satu misi dari Amy diberikan.
Amy!! Menyiapkan makanan, bagaimana caranya? Aku bahkan tidak tahu cara memasak!
Elisa protes sekaligus bingung, bagaimana caranya menyelesaikan misi pertamanya.
[Anda bisa memulainya dengan mencari bahan makanan yang tersedia nona.]
Ah sial! Apa aku masih menyimpan bahan makanan disini? Seingatku aku menginap di apartemen Minggu lalu.
"Saya permisi pulang mbak, mau cari makan."
"Eh, tunggu dulu! Aku buatkan makanan untuk kamu, tunggu sebentar ya!" Elisa mencegah.
"Nggak usah mbak, saya cari diluar aja lagipula nanti merepotkan."
Raka menolak tapi Elisa jelas tidak bisa membiarkan itu terjadi. Misi pertamanya bisa gagal dan yang terburuk Amy akan mencari tuan rumah baru, itu artinya Elisa kembali mati.
"Jangan!"
Seruan Elisa dengan nada tinggi sedikit mengejutkan Raka, ia mengernyitkan kening tapi kemudian jantungnya berdebar kencang saat Elisa menarik tangannya untuk duduk di kursi makan, jarak mereka terlalu dekat dan Elisa tanpa sengaja membuat tangan Raka menyentuh bagian dada.
Aaargh, sial! Raka mengumpat dalam hati untuk hal itu. Tubuhnya kembali terpancing hasrat yang naik kembali ke permukaan.
"Oke kita lihat apa yang aku punya disini."
Elisa memeriksa lemari es, dan lemari penyimpanan bahan kering. Tak ada apapun disana kecuali telur dan mie instan. Beberapa buah segar pun terlihat mulai membeku dan mengeras, itu jelas tak bisa di konsumsi langsung.
"Mas Raka mau mie instan?"
[Negatif! Anda tidak diperkenankan untuk membuat makanan instan nona. Misi akan dibatalkan secara otomatis.]
"Eh, jangan!"
Raka yang hendak menjawab pun mengernyit heran, "Saya kan belum jawab mbak, kok udah bilang jangan?"
Elisa tergagap, "Eh anu, itu … maksudnya saya yang langsung wakilin jawab!"
Raka mengangguk gamang, lalu dengan ragu kembali bertanya. "Oh, oke … jadi saya makan apa?"
Elisa memutar otak, ia kembali membuka lemari es. Matanya tertuju pada dua butir telur yang tersisa dan satu pack sosis jumbo. Satu ide terlintas di pikirannya,
'Scramble eggs plus sosis mungkin enak, tapi bagaimana cara membuatnya?'
[Waktu terus berjalan nona!]
"Aku tahu!" Elisa menjerit, ia lupa jika Raka ada di depannya.
"Apa, tahu apa? Mbak kalo merepotkan saya pulang aja deh." Raka hendak beranjak tapi Elisa buru-buru menahannya.
"Ahh, jangan! Please!" tangan Elisa menarik Raka dengan cepat.
Elisa menarik nafas panjang, memejamkan mata sejenak sebelum akhirnya bicara.
"Tolong, jangan pergi! Please." Suara elisa tercekat sebelum akhirnya kembali berkata. "Ajari aku cara memasak, aku … nggak tau cara memasak."
"Ya Tuhan, jadi mbak nawarin saya makan gimana ceritanya?"
"Please jangan banyak tanya dulu! Ajari aku memasak sekarang!" Elisa menahan tangisnya ia benar-benar tak bisa memasak.
"Oke, tapi lepasin dulu tangan aku mbak."
Raka segera mendekat lalu mengambil telur yang ada di tangan Elisa.
[Sistem menolak! Anda harus mengerjakan sendiri nona jika tidak maka misi akan dibatalkan!]
"Apa? Ini nggak adil, setidaknya dia memberikan contoh padaku!" Gerutu Elisa yang langsung disambut pertanyaan Raka.
"Apa? Apanya yang nggak adil mbak? Katanya minta diajarin, ini gimana sih aku jadi bingung deh."
Elisa panik karena Amy mulai mengingatkan waktu. "Aaargh, berhentilah menghitung Amy!" Serunya tanpa sadar.
Elisa menatap Raka garang,"Kau instruksikan apa yang harus aku lakukan!"
"Eh, i-iya!"
Raka ragu sejenak tapi melihat elisa begitu berniat untuk belajar ia pun memberikan arahan pada Elisa dari mulai memecahkan telur, menambahkan lada dan garam, memberi rasa dengan penambahan keju, sosis, dan sedikit kaldu bubuk, tak lupa irisan bawang Bombay ikut masuk kedalam adonan telur.
Elisa memperhatikan detail meski hasilnya sangat berantakan. Dapur Elisa yang semula bersih kini tak karuan bentuknya karena kepanikan gadis cantik itu. masalah kembali muncul saat waktunya memasak.
Elisa tak tahu cara membalik adonan telur yang kini matang sebagian sisi.
'Bisakah kau memberiku sedikit kelonggaran Amy? Bagaimana cara untuk membalik telur ini!' Elisa kembali mengumpat dalam hati.
[Kau harus belajar mengatasi masalahmu sendiri nona. Lakukan yang terbaik.]
Dengan susah payah akhirnya, Elisa berhasil membalik telur dadar yang nyaris gosong sebagian. Senyuman lebar tampak menghiasi wajah cantiknya di tengah cucuran peluh.
"Apa ini sudah matang?" Tanyanya pada raka.
Pemuda manis rupawan itu melongok, "Coba kau belah dua jika tak ada lagi cairan yang keluar diselanya itu berarti sudah matang."
Dengan hati tak karuan Elisa memotong jadi dua dan … "Matang! Mas telurnya matang!" Ia berteriak histeris.
Raka terbawa euforia Elisa ia ikut bertepuk tangan dan membantu mematikan kompor. Elisa bergegas meletakkan hasil karya pertamanya di piring lalu menyerahkannya pada Raka.
"Cepat makanlah!" pintanya memasang wajah bahagia dan tak sabar.
Raka sedikit ragu apalagi penampilan telur buatan Elisa tidak meyakinkan dengan setengah bagian nyaris gosong tapi kemudian ia memotong telur dadar itu lalu memasukkan dalam mulutnya.
"Gimana?" Elisa tak sabar menanti penilaian Raka.
"Wah ini telur dadar terenak yang pernah aku makan. Makasih mbak!"
"Waah, berhasil! Makasih mas Raka!"
Elisa begitu bahagia, ini masakan pertamanya hingga ia tak mendengarkan perkataan sistem.
[Misi 1 berhasil, anda mendapatkan hadiah lima ratus ribu yang langsung ditambahkan ke rekening anda]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Yuan Li
😍😍😍
2024-04-24
0
Hana Nisa Nisa
misi2
2023-07-30
1
ዪጎልክጎ
misi ke2
2023-05-29
0