Elisa, Raka, Rafi, Bu Anita, dan satu orang pria yang baru saja mengenali Elisa duduk dengan canggung di salah satu meja restoran cepat saji. Belum ada yang berinisiatif untuk bicara, ibu Anita akhirnya berdecak kesal.
"Kalian mau diem jadi patung begini berapa lama?"
Tak ada yang menjawab pertanyaan Bu Anita, "Oke kalau masih nggak ada yang mau bicara biar saya yang mulai. Mas siapa, kenapa kenal sama anak mantu saya?" Lanjut Bu Anita yang sontak membuat semuanya terperangah.
"Bun, ngaco ih!" Raka protes karena tingkah bundanya jelas membuat dirinya mendapat tatapan tajam Elisa. "Not me, bunda!"
"Udah diem semua, bunda yang mau ngomong! Siapa suruh kalian cuma diem tatap tatapan gini? Sayang itu makanan dibiarkan di meja lama-lama kan dingin nggak enak!"
"Saya Banyu Cakra Aji Bu, saya General Manager di perusahaan milik mbak Elisa."
"Eks perusahaan!" Sahut Elisa ketus.
Banyu menarik senyum masam, "Secara yuridis memang sudah berpindah tapi secara hukum ini belum final."
"Apa? Kamu serius?" Elisa terkejut.
"Iya sangat serius. Mengurus legalitas perusahaan itu butuh waktu yang sedikit lebih lama. Apalagi Alex bukan tipe orang yang royal sama uang." Banyu berkata dengan serius, dan Elisa menyimak.
"Andai dia menggunakan uang pun prosesnya tetap akan berjalan minimal tiga bulan dari saat pengajuan. Ini perusahaan besar bukan perusahaan kecil yang bisa dengan mudah dilakukan validasi." Lanjut pria berkemeja putih itu.
"Om Alex … teganya kamu!" Elisa menahan geram. "Bagaimana dengan aset atas namaku? Apa aku bisa memakainya?"
"Tidak! Semuanya dibekukan." Banyu meminum kopinya lalu kembali bicara. "Bagaimana caramu bertahan dari kematian?"
"Aku memang belum mati, kematianku dipalsukan dokter. Anggap saja begitu." Jawab Elisa canggung.
"Aku nggak percaya, aku disana waktu kamu tertembak. Darah itu rasanya masih lengket di tanganku Elisa! Aku disana waktu dokter memutuskan jam kematianmu!" Banyu menurunkan nada suaranya, setengah berbisik tapi tetap dengan penekanan.
Kini semua mata tertuju balik pada Elisa, mereka percaya dengan kata-kata Banyu dan membuat Elisa canggung.
"Aku … ehm, aku mungkin hanya mati suri. Aku nggak tahu juga yang sebenarnya terjadi. Tiba-tiba saja aku membuka mata dan aku … naked?"
"Uhuuuuk …, " Raka dan Rafi batuk bersamaan, kata berakhir dari Elisa membuat pikiran mereka melayang membayangkan.
Bu Anita membulatkan mata pada Raka, membuat putranya itu salah tingkah dan memalingkan wajah dari Elisa.
"Bisa kita pelankan suara sedikit, jika menantu saya ini memang bangkit dari kematian dan terdengar media, dia bisa jadi incaran berita. Terus siapa tadi namanya, Alex? Bukan tidak mungkin bakal bunuh dia buat kedua kalinya."
Banyu memijat kepalanya yang mulai pusing, ia tak menyangka akan bertemu dengan Elisa di tempat ramai begini. Niat awalnya hanya mencari buah-buahan untuk membuat salad buah kesukaannya, sambil menikmati masa cutinya.
"B, bisakah kau melakukan sesuatu untukku?"
Banyu menatap tajam Elisa, biasanya jika Elisa sudah mengajukan permohonan itu artinya sangat serius.
"Maukah kau menjadi mata dan telingaku di perusahaan? Aku harus membalas om Alex, B! Aku harus merebut lagi hakku!"
Banyu tak lantas menjawab permintaan Elisa, ia menunggu Elisa memberikan satu alasan tepat untuk menerima permintaannya.
"Aku sendiri B, dan hanya dikelilingi mereka. Direktur pasti sedih di alam sana melihatku apalagi Niko belum ditemukan juga. Jadi please bantu aku, B!"
Di bawah tatapan tiga orang lainnya Banyu akhirnya setuju tapi dengan sejumlah persyaratan dan salah satunya adalah mengganti penampilan Elisa. Menjadi berita utama di setiap stasiun televisi jelas membuat wajahnya sangat mudah dikenali. Permintaan Banyu cukup masuk akal.
Elisa diminta kembali ke apartemen, Banyu akan mengirimkan kapster dan ahli make over untuk mengubah penampilan Elisa. Selain itu untuk menjaga keamanan nama Elisa berubah menjadi Diana.
"Tunggu, apa kami bisa percaya kamu, B?" Raka menghentikan pemaparan rencana Banyu.
"Kamu mencurigai aku?"
"Yup, semua orang yang ada di perusahaan Elisa patut dicurigai sebagai kaki tangan Alex. Rafi juga tidak mempercayai kamu so apa jaminannya kalau kita benar-benar ada di pihak yang sama?"
"Elisa?!" Banyu juga bertanya pada Elisa sendiri.
Elisa menatap Banyu dan Raka bergantian, "Dia benar, B! Aku dikhianati orang ku sendiri. Wajar jika aku juga bertanya hal yang sama. Apa aku bisa percaya padamu? Aku akui aku gegabah langsung memintamu untuk membantu tapi …,"
"Kau bisa percaya padaku, Elisa! Alex menghancurkan keluargaku!"
"Apa maksudmu?" Tanya Elisa tak mengerti.
Banyu menghembuskan nafas, "Putra Alex, Steven menghancurkan hidup adikku. Amelia hamil dan Steven tak mau bertanggung jawab. Aku menuntut Alex sebagai ayahnya tapi apa yang aku terima? Caci maki dan ancaman pembunuhan. Demi melindungi adikku, aku rela menjadi budaknya tapi kemudian adikku bunuh diri lebih tepatnya dibuat seperti bunuh diri. Lalu ibuku menjadi gila setelah mengetahui hal itu, apa itu tidak cukup menjadi alasanku membantu kalian!"
"Ya Tuhan, B kapan itu terjadi? Kenapa kamu nggak bilang sama aku?" Elisa terkejut dengan fakta yang baru diungkap Banyu.
"Untuk apa, mengasihani ku? Lima tahun lalu, dan aku menyimpan dendam ini dengan baik sampai hari ini datang." Banyu menarik nafasnya, "Apa bisa kita lanjutkan?"
Raka memberi kode setuju begitu juga dengan yang lain. "Baiklah sampai dimana kita tadi?" Banyu kembali membeberkan rencananya, semua mendengarkan dengan seksama kecuali ibu Anita.
"Tante kenapa?" Elisa bertanya heran karena Bu Anita terlihat tidak menyimak.
"Kalian masih lama nggak bahasnya, Tante kelaparan. Boleh kan Tante makan duluan?"
Keempatnya tergelak, mereka baru menyadari jika sedari tadi makanan yang dipesan belum juga tersentuh. Akhirnya mereka pun menunda pembahasan dan akan melanjutkannya lagi di apartemen Elisa.
Dua jam berselang dan mereka telah kembali ke apartemen. Raka, Rafi dan Banyu terlibat obrolan serius perihal rencana mereka sementara Bu Anita dan Elisa memasukkan bahan makanan yang baru dibeli ke lemari pendingin.
"Kayaknya kita butuh cemilan deh, gimana kalau kita bikin kue. Kamu mau bantu Tante kan?"
DIING!!
Oh my, Amy?! Memasak lagi?!
[Misi ke-4 membantu, mengamati, dan membuat kreasi baru dari resep kue yang akan diajarkan ibu Anita.]
Membuat kreasi baru? Apa aku bisa?
[Anda harus bisa memahami dan membuat inovasi dari sebuah resep masakan ataupun makanan agar kemampuan anda semakin meningkat.]
Hhhm, baiklah aku tidak punya pilihan lain bukan?
[Tersenyumlah nona, karena perasaan bahagia akan membuat rasa makanan yang anda buat semakin nikmat.]
Sebagai seorang pemandu sistem kau sangat pintar bicara!
[Terimakasih atas pujiannya!]
"Kita buat cemilan yang gampang dan semuanya suka, brownies panggang!" Tante Anita memperlihatkan kardus brownies instan yang baru dibelinya tadi di supermarket.
Coklat? Ya Tuhan, berapa kalori yang akan masuk dalam tubuhku hari ini! Amy, aku benci coklat!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
buk e irul
semangat Bu erte
2023-08-06
1
Hana Nisa Nisa
😍😍😍😍
2023-07-30
1
ዪጎልክጎ
maaf batu mampir lagi kak
in sya allah siang aku lnjut bca bab berikut nya kak
2023-06-27
1