Spaghetti untuk tim

Tak seperti kegiatan masak di pagi hari, Elisa kini lebih paham dan tenang saat melakukannya. Layar biru transparan yang hanya dilihatnya menunjukkan tantangan resep jenis masakan, beruntungnya ibu Anita menyimpan bahan makanan yang dibutuhkan untuk resep spaghetti carbonara.

Tangan Elisa mulai cekatan menyiapkan panci untuk memasak spaghetti. Elisa mengedarkan pandangan mencari panci kecil yang akan digunakan memasak. Raka dengan cepat membantu lalu mengisi dengan air.

"Thanks, kamu bisa duduk manis and lihat aku aja disana. I'm ok!" kata Elisa sesaat setelah Raka meletakkan panci diatas kompor menyala.

"Serius, nggak butuh bantuan?" Raka kembali menyiapkan pisau dan talenan untuk memotong bahan.

"Yup, please percaya sama aku!" 

"Ok, I'll watch you there!" (Aku akan melihatmu dari sana)

[Spaghetti harus dimasak al dente, artinya tingkat kematangan sempurna. Tidak lembek, bertekstur empuk, dan tidak terlalu keras. Waktunya sekitar tujuh menit nona, tidak kurang tidak lebih!]

'Ok, apakah aku harus menambahkan minyak dalam air rebusan Amy?'

[Hanya garam nona, itu akan memberikan tekstur yang lebih baik pada pasta dan memberi sedikit rasa.]

'Kenapa no oil? Padahal aku biasa menggunakannya, apa berpengaruh?'

[Penggunaan minyak akan berpengaruh pada kemampuan pasta menyerap saus nona dan ini sangat dihindari.]

'Hhm, begitu rupanya. Baiklah mari kita lanjutkan. What's next Amy?'

Amy menuntut Elisa mengerjakan saus carbonara. Ibu Anita hanya memiliki sosis, brokoli, dan jamur kancing kalengan. Ia mulai membuat saus, mengocok telur dan keju dengan bumbu yang disebutkan Amy. Sistem ala chef mulai mengenalkan Elisa pada jenis bumbu yang ada di depannya. 

[Pastanya matang nona, anda bisa mengangkatnya terlebih dahulu!]

Elisa bergegas meniriskan spaghetti dalam panci lalu kembali membuat saus. Mengiris bahan pelengkap sesuai petunjuk Amy. Jika Elisa melakukan kesalahan Amy mengeluarkan gelombang kejut yang membuat Elisa mengumpat kesal.

'Amy! Aku bisa mati kalo begini caranya!'

[Tentu saja tidak nona, sistem telah mengaturnya agar gelombang ini tidak menyakiti secara fisik hanya sedikit efek kejut. Anggap saja ini sebuah pesan cinta.]

'Yeah, pesan cinta huh! Lucu sekali!'

Bu Anita berbisik pada Raka, ia memperhatikan tingkah Elisa yang mulai fasih dengan peralatan dapurnya. "Ka, cocok jadi calon mantu bunda!"

"Bun, nggak usah mulai deh! Kita nggak tahu hasilnya bisa dimakan apa nggak, kalo keracunan gimana coba!" 

Ibu Anita mengangguk, kali ini ia setuju. Ibu Anita memang sedikit meragukan tapi instingnya sebagai seorang ibu mengatakan jika Elisa adalah pribadi menyenangkan dan cocok dengan Raka putranya.

"Semangat Lisa sayang!" Layaknya menonton acara tanding memasak di televisi, ibu Anita berteriak dan bertepuk tangan membuat Rak la melirik kesal.

Rafi menatap takjub pada Elisa, sungguh baru kali ini ia melihat mantan bosnya itu terjun memasak di dapur. Pesona Elisa tampak sempurna di matanya. Kacamata minus Rafi merefleksikan siluet Elisa yang cantik dalam balutan celemek.

"Ya Tuhan, cantiknya udah kayak bidadari turun dari kayangan bukan untuk mandi tapi masak!" kedua bola mata Rafi berbinar layaknya anak kucing memohon.

Raka menoleh ke arah Rafi, "Kenapa mas?"

"Mbak Elisa cantik banget mas, saya jadi lupa kalo laper."

Raka menggelengkan kepala, tapi apa yang dikatakan Rafi memang benar. Pesona Elisa dengan rambut digelung berantakan, dan wajahnya yang serius memasak tampak menggemaskan lebih tepatnya ... menggairahkan, uups!

Pikiran Raka melayang pada ciuman kentang yang siang tadi digagalkan ibu Anita. Tanpa disadari Raka Bu Anita memperhatikan tingkah anaknya yang menahan senyum.

"Mikirin tadi pasti ya!" bisik ibu Anita sambil mencubit perut putranya.

"Apaan sih, nggak kok!" Raka malu karena sang bunda membaca pikirannya.

"Awas kalo mikir macem-macem! Dia kayaknya anak baik lho Ka, bunda suka."

Raka tersenyum masam dan kembali memperhatikan Elisa. Raka tak memungkiri jika ia juga setuju dengan pendapat sang bunda.

Elisa bekerja cepat, Amy menghitung waktu yang tersisa untuknya. Ia mengaduk sausnya terlalu cepat hingga menumpahkan sedikit dan mengenai tangannya halusnya.

[Jika dalam perlombaan itu termasuk poin pengurangan nona!]

"Tapi ini bukan lomba Amy! Ini belajar memasak!" Ia bergumam kesal karena sungguh Elisa sangat bekerja keras untuk memasak spaghetti.

Dulu Nico yang sering membuatkan masakan untuknya, dan kalaupun Elisa harus membuat sendiri ia lebih memilih instan yang tinggal dihangatkan dalam microwave.

[Apa tingkat kematangan brokoli pas? Anda harus memastikan sayuran tetap hijau, vitamin dalam sayuran bisa rusak jika terlalu matang.]

'Ya chef, aku pikir ini welldone!' Elisa kembali memeriksa brokoli yang ada dalam panci.

Akhirnya Elisa berhasil menyelesaikan tantangan sistem sebelum waktunya berakhir. Elisa puas dengan hasil kerjanya.

"Bagaimana?" Elisa menunggu review dari ketiga orang yang mulai menikmati makanannya.

"Hhhm, ini enak banget sayang. Saus carbonaranya pas banget Tante suka! Saus carbonara itu harus memiliki tekstur yang creamy dan gurih perpaduan dari susu dan keju juga telur. Ini nggak amis telur, creamy banget!" 

Elisa bahagia mendengar review positif dari ibunda Raka, ia beralih menatap Raka dan Rafi. Kedua lelaki itu seolah tak memahami tatapan Elisa. Mereka terus makan tanpa bicara sampai Elisa berdehem keras.

"Kalian nggak kasih aku nilai?"

Raka dan Rafi berhenti makan dan saling memandang. "Saya yang penting makan enak!" sahut Rafi santai.

Sementara Raka hanya manggut-manggut dan kembali makan hingga tandas tak bersisa. Elisa sedikit kecewa apalagi Amy tak juga memberikan suara.

"Ehm, gagal ya?"

"Apanya yang gagal? Kamu dah masak dengan susah payah, bikin kita kenyang, abis lagi! Gagal apanya?" Raka menatap serius Elisa.

Ekspresi Elisa rumit, ia menundukkan kepala. "Padahal aku ngarepin duit, aku perlu modal untuk merebut lagi perusahaan." gumamnya lirih tapi cukup terdengar oleh Rafi dan ibu Anita.

"Apa?" Ibu Anita terperanjat, "Bilang sekali lagi Elisa, apa yang mau kamu rebut? Perusahaan siapa?"

"Mbak serius?" Rafi ikut bertanya dan meletakkan sendoknya.

Elisa menatap ketiganya bergantian, "Maaf, tapi Elisa Nataprawira tidak bisa membiarkan semua ini terjadi. Papah mamah seandainya masih hidup juga pasti akan melakukan hal yang sama. Untuk itu bisakah kalian membantuku?"

"Ya Tuhan, jadi kamu beneran Elisa yang lagi jadi berita utama di tivi?" Ibu Anita terkejut dengan pernyataan Elisa.

"Iya Tante, itu saya dan saya … berencana menyerang balik dengan cara halus."

Ibu Anita mengerjap tak percaya begitu juga dengan Rafi. "Kalau begitu bunda bantu. Bunda ikut dalam misi!" Tangan Bu Anita menjulur ke tengah meja makan.

Disusul Rafi, "Saya ikut!"

Ibu Anita, Rafi, dan Elisa menatap Raka.  Akhirnya dengan setengah malas ia ikut menggerakkan tangannya, "Yah gimana lagi, bunda ikut ya saya ikut! Nggak mau jadi anak durhaka deh! Bayaran akur kan?!"

[Misi berhasil! Hadiah sebesar tiga juta rupiah ditambahkan dalam akun, hadiah tambahan sebesar dua juta rupiah juga ditambahkan dalam akun. Anda juga mendapatkan penambahan poin.]

Elisa tersenyum bahagia, ia menemukan tim nya dan juga mendapatkan sejumlah dana untuk memulai pergerakannya.

"Tunggu aku Nico aku pasti nemuin kamu dan kita bakalan sama-sama rebut perusahaan lagi!"

Terpopuler

Comments

buk e irul

buk e irul

oooh bisa ya minyak di ganti garem,,, baru tempe saya 🤭

2023-08-06

0

Sri_sena

Sri_sena

yeah amy betul .. terkadang pesan cinta itu mengejutkan😪..🤣

2023-06-01

1

EL SHADAY

EL SHADAY

wayahe mampir mie pangsit pengkolan 😎

2023-06-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!