Hari sudah sangat larut saat Elisa kembali ke apartemen miliknya. Tubuhnya penat dan juga lengket, setelah mandi air hangat dan menyelesaikan rutinitas malamnya Elisa merebahkan tubuh lelahnya di kasur empuk.
"Tampilkan status, Amy!"
[Baik, nona!]
>Super Chef System<
[Nama : Elisa Nataprawira]
[Umur : 26 tahun]
[Pesona : 55]
[Kecantikan : 66]
[Soft skill chef : 4]
[Hard skill chef : 3]
[Kemampuan recreated : 2]
[Kemampuan pastry and bakery: 0]
[Kemampuan memasak : 2]
[Total dana : 7,5 juta]
[Hadiah tambahan : kemampuan deteksi bahan makanan]
[Hadiah kejutan : -]
[Misi 3 : berhasil]
[Hadiah : uang sejumlah 3 juta rupiah dan penambahan poin, hadiah tambahan 2 juta rupiah.]
[Sistem pemandu : Amy]
"Hhm, lumayan juga hari ini. Lelah tapi menghasilkan. Definisi kebahagiaan yang sempurna." Elisa memutar slide kegiatan hari ini di kepalanya.
[Anda senang hari ini, nona?]
"Ya begitulah, ini hari terpadat yang pernah aku jalani." Elisa terdiam sejenak,
"Aku baru menyadari, kebahagian bisa didapat dari hal kecil. Dulu kegiatanku cuma ke kantor, meeting dari satu tempat ke tempat lain boro-boro masuk dapur, makan sama-sama aja harus tunggu weekend itu kalo nggak ada acara liburan." kenang Elisa getir.
Matanya membayang, "Itu dulu, sekarang aku merindukan mereka Amy. Sangat rindu," Elisa menarik diri dalam selimut, isak tangis pilu terdengar kemudian hingga akhirnya Elisa lelah dan tertidur.
[Tidurlah nona, anda akan merasa lebih baik setelah ini.]
*
*
*
Elisa memperhatikan berita tentang dirinya yang kembali diulas. Perubahan nama perusahaan dan misteri hilangnya Nico juga dikupas habis. Berita yang disajikan benar-benar jauh dari kenyataan.
Diberitakan keluarganya mengalami krisis keuangan hebat karena pola hidup Nico yang terjerat narkoba. Hutang menumpuk dan gaya hidup Hedonis yang Elisa jalani menyebabkan keluarganya terjerat hutang. Bisa ditebak kemudian Alex lah yang hadir sebagai penyelamat perusahaan.
Elisa menatap sinis berita berulang yang terus memojokkan dirinya dan keluarga. Apalagi ketika wajah Alex tampil dalam wawancara eksklusif salah satu stasiun televisi.
"Lihatlah pahlawan kita, Amy!" gumamnya sambil minum secangkir mocha latte instan.
[Kita akan membalasnya nona, dan aku akan membantumu.]
"Bagaimana caranya Amy, ada ide?"
[Tingkatkan kemampuan memasak anda nona,maka jalan untuk mendekati perusahan food and beverage milik nona akan terbuka.]
Elisa tersenyum miring, satu ide tiba-tiba saja terlintas di pikirannya. Menjadi salah satu vendor penyedia makanan bisa menjadi jalan baginya untuk diam-diam kembali masuk ke dalam perusahaan. Ia memiliki Rafi, cukup handal sebagai ahli IT. Hampir seluruh program perusahaan dibuat dan didesain olehnya.
Loyalitas Rafi padanya tak diragukan lagi, kabarnya Rafi menyukai Elisa dan sangat mengidolakan dirinya. Itu poin penting, karena kagum dan loyalitas berbanding lurus. Elisa membutuhkan dua orang lagi yang akan membantunya mengintai perusahaannya sendiri.
Bel pintu berbunyi, Elisa beranjak membukakan pintu segera. "Kejutan!"
Suara lantang berbarengan yang memenuhi apartemen miliknya itu menyambar kesadaran Elisa. Ia mengerjap sempurna saat ibu Anita dan Raka datang bersamaan dengan Rafi. Ibu Anita masuk begitu saja saat datang, disusul dengan Rafi yang kemudian duduk santai di sofa empuk kesayangan Elisa.
Elisa menatap Raka bingung, "Apa aku melupakan sesuatu?"
Belum juga dijawab pertanyaan Elisa, ibu Anita sudah berteriak. "Elisa, lemari es kamu kosong? Ya ampun, terus kamu udah sarapan belum? Sudah hampir jam dua belas siang lho?"
Elisa menjawab sambil menoleh ke arah Raka yang terkekeh, ibundanya itu memang terlihat sangat bersemangat sejak mereka berangkat.
"Ehm, belum Tante dirapel aja deh sama makan siang."
Bu Anita membuka lemari penyimpanan Elisa, "Hhm, nggak ada bahan makanan disini selain telur dan … kosong?!"
"Kita belanja gimana?!" Elisa cepat menyahut.
Rafi yang sedari tadi sibuk mengganti ganti saluran televisi sontak menjawab, "Setuju, aku suka belanja! Mau masak apa kita?" Seringai bahagia tampak di raut wajahnya sambil memperhatikan Elisa.
"Tante mau bikin sup buntut gimana, atau rawon, atau mungkin ayam lagi?"
Elisa menggeleng cepat, "Kita bikin nasi goreng seafood aja gimana?"
"Yaah, nasi goreng lagi! Mbak Elisa tiap malam saya makan nasi goreng Suroboyoan masa ini menunya sama lagi sih!" Protes Rafi dengan wajah kesal.
"Ah, udah deh yang penting belanja aja dulu! Malah ribut bikin menu, udah kamu siap-siap nggak pake lama!" Raka menukas cepat menutup perdebatan.
Beberapa saat kemudian Elisa dan Ibu Anita sudah sibuk di bagian grocery. Mereka berbelanja di salah satu supermarket terdekat. Ibu Anita mengajari Elisa cara memilih bahan makanan yang baik, memilah sayuran, kentang, daging dan beberapa ekor ikan segar. Elisa terlihat menikmati proses belajarnya, ia bahkan tak segan mengajukan pertanyaan ada Bu Anita tentang bahan makanan yang mereka beli.
"Mas, kayaknya mbak Elisa serius mau jadi chef?" Rafi berbisik pada Raka sambil mendorong troli mereka.
"Memang sebelum nya dia nggak gitu?" Raka menjawab sambil memasukkan cemilan kesukaannya.
"Sewaktu jadi bos, dia boro-boro mau mendekat ke gudang makanan. Kalau waktunya inspeksi dia selalu mewakilkan sama mbak Luna atau mas Banyu. Kabarnya sih dia alergi makanan beku!"
"Oh ya, menarik. Mungkin kebiasaan baru setelah bangkit dari kematian."
Rafi menghentikan langkahnya, "Mas saya masih belum percaya deh kalau mbak Elisa itu bangkit dari kematian? Apa dia mati suri kemarin?"
"Entah deh, yang pasti kalaupun benar terjadi pasti ada maksud dari hal itu." Raka dan Rafi memandang Elisa yang mengembangkan senyum bersama Bu Anita.
"Apa ada kabar dari adiknya?" Raka bertanya pada Rafi yang dijawab dengan gelengan kepala.
"Dia bagai menghilang ditelan bumi. Tak ada jejak apa pun."
"Semoga tidak terjadi hal yang buruk sama Nico." Ucapan Raka itu membuat Rafi menoleh padanya, "Apa? Ada yang salah sama doanya?"
Rafi menggeleng pelan, "Entahlah, mbak Elisa kabarnya ditembak, pak direktur dan ibu juga disinyalir meninggal dibunuh, sekarang Nico hilang. Aku cuma khawatir dia juga mengalami.hal yang sama." Rafi menatap iba pada Elisa.
"Heh, lo serius! Ditembak, dibunuh? Kenapa beritanya …,"
"Semuanya ditutup rapi mas, tapi sebaik baiknya bangkai disimpan tetap tercium juga dikalangan staff. Kami nggak ada yang berani bicara meskipun kami tahu, tidak ada yang berani melapor karena kami takut dibunuh."
"Gila! Kenapa sih nggak ada yang mau bertindak? Mati rasa semua!" Raka menahan kesal.
"Bukan mati rasa mas, kami masih pengen hidup. Dan sekarang saya rasa perlu untuk bertindak. Saya bakal bantuin mbak Elisa demi keadilan." Ucap Rafi serius.
Kedua pria muda itu kembali menatap Elisa yang kini mendekat ke arah mereka. Ditangannya ada brokoli, dada ayam segar dan jamur kancing.
"Selesai, yuk pulang! Laper!" Elisa terlihat berseri seri.
Raka dan Rafi mendorong troli belanjaan yang hampir penuh ke kasir. Ketika tiba tepat di depan kasir, satu tepukan mengagetkannya.
"Elisa?!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Hana Nisa Nisa
🥰🥰🥰🥰
2023-07-30
0
ዪጎልክጎ
siapa tuh kak author
2023-06-05
0
EL SHADAY
mungkinkah itu pamannya? 🤔
2023-06-04
1