Raka dan Elisa duduk diam dalam mobil. Sudah dua jam lebih mereka memperhatikan gedung milik keluarga Elisa dan tak ada hasil apapun. Raka kesal, ia menghabiskan waktu seharian membantu Elisa memasak dan kini hari mulai gelap tapi Elisa sama sekali tak ingin berpindah tempat.
"Elisa! Aku kehabisan kesabaran disini, kita ini sebenarnya nungguin siapa sih?" Raka mendengus kesal.
Elisa tak mengalihkan pandangan dari pintu masuk gedung. "Hmm, entahlah."
Raka menarik nafas panjang menahan amarahnya, "Oke, baiklah! Sampai kapan?"
"Aku menunggu sekertaris Luna, juga Banyu manager kepercayaan aku." Elisa menyapu sekitar mencari sosok yang ia kenal.
"Kenapa kamu nggak masuk aja kesana or telepon buat cari mereka? Itu lebih menghemat waktu ketimbang kita nunggu sampai malam disini." Raka setengah berteriak.
"Dan mengatakan pada front office, 'Hai, aku Elisa bosmu dan aku baru bangkit dari kematian! Bisakah kau membantuku!' begitukah?"
Raka menatap tak percaya bahkan berkedip pun tidak. Ia sulit mempercayai pendengarannya. Elisa mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal.
"Jadi berita itu benar? Kamu hilang dari kamar mayat, dan hidup lagi?"
Elisa menatap Raka dengan serius, "Oh tidak, tidak … jangan katakan itu benar?" ujar Raka cemas.
Elisa masih tak menjawab dan terus menatap Raka, "Apa tatapan itu artinya iya? Kamu bercanda kan?"
"Nop, thats true. Keajaiban terjadi padaku Raka dan ini real. Mereka bersekongkol menghabisi aku dan keluargaku. Sekarang aku harus mencari dimana adikku, Nico."
"Aku tidak mempercayai siapapun, dan karena kamu sudah tahu semuanya, maka kamu harus bantu aku sampai akhir." sambung Elisa lagi, matanya kembali menatap Raka dengan serius.
"Aku bakal bayar berapapun yang kamu mau, asal kamu bantu aku cari informasi dan juga … bantu aku merebut lagi perusahaan keluarga ku dari tangan om Alex."
Raka mengacak rambutnya frustasi, bagaimana mungkin ia kini terlibat dalam situasi sulit seseorang yang baru dikenalnya. Membantunya merebut perusahaan? Haruskah Raka percaya dengan omong kosong ini?
Setelah terdiam beberapa saat Raka pun angkat bicara. "Baiklah aku akan membantumu tapi dengan satu syarat."
Elisa mencium pipi Raka tiba-tiba membuat lelaki muda itu terkejut. "Apa yang kamu lakukan barusan?"
"Cium kamu? Itu tadi syarat kamu kan? Tadi kamu ngajuin syarat begitu waktu bantuin aku masak?"
Raka berdecak kesal, "Ya masa sama juga syaratnya, lain dong! Ini pekerjaaan lebih susah! Masa bayarannya cuma cium?"
Elisa mengernyit bingung, Raka pun kembali bicara dengan sedikit tegas.
"Ah sudahlah lupain! Sekarang gini, daripada bingung cari sekretaris kamu, sekarang lebih baik cari orang lain yang bisa kamu percaya aja. Seseorang yang mengerti kamu dan keluarga, dan juga perusahaan tanpa banyak bertanya alias julid dan kepo!"
"Yang utama sekarang informasi tentang keberadaan Nico, adikmu! Tentang gimana kamu mau merebut perusahaan, kita pikirkan nanti setelah mendapat informasi penting lainnya!"
Kali ini Elisa setuju dengan pendapat Raka, ia belum bisa mempercayai orang dalam perusahaan. Bisa jadi ada pengkhianat yang berpura pura jadi sekutu. Itu terbukti dari tanda tangan Elisa yang entah bagaimana ada dalam dokumen perubahan nama pada RUPS tempo hari.
"Kamu bener, aku nggak bisa percaya juga sama Luna. Cuma dia dan Banyu yang punya akses masuk ke ruanganku."
"Nah, itu cerdas! Jadi sekarang gimana?" Raka menunggu perintah.
Elisa menggeleng pelan, "Entahlah, aku juga bingung. Siapa yang harus aku percaya."
Raka ikut pusing mendengarnya, ia menghela nafas panjang. "Repot udah kalo gini."
Mata Elisa menangkap sosok yang dikenalnya. Seorang pria yang baru saja keluar dari gedung kantor, salah satu staf akuntan yang lumayan capable. (mumpuni, layak)
"Rafi!"
Raka terkejut saat Elisa berteriak kegirangan, "Rafi? Mana?"
"Itu yang pake kacamata lagi jalan kesini!"
"Kamu yakin dia bisa dipercaya?"
"Yakin, semua rahasia perusahaan ada sama dia dan Raffi termasuk karyawan yang loyal terutama sama aku sih." Elisa dengan yakin menjawab.
"Oke kamu disini aja biar aku yang deketin Rafi dan bawa dia kesini."
Raka bergegas keluar tanpa menunggu persetujuan Elisa lagi. Gadis cantik itu menunggu dengan cemas.
[Nona, sistem mendeteksi adanya bahaya di arah jam dua belas!]
"Apa, bahaya? Mana?" Manik indah Elisa melihat om Alex diikuti asistennya berjalan tepat ke mobil yang ditumpanginya.
"Om Alex, bahaya! Aku harus sembunyi!"
Elisa menunduk, menghindari bertatapan dengan Alex, meski kaca mobil Raka cukup gelap tapi Elisa tak mau ambil resiko. Bagi Alex, Elisa sudah mati dan sebaiknya memang begitu agar Elisa leluasa bergerak.
Jantung Elisa berdegup kencang saat Alex melewati mobil Raka, entah kemana tujuan Alex karena biasanya mobil kesayangan Alex terparkir khusus dekat pintu keluar masuk gedung. Elisa baru berani menoleh saat Alex berjalan menjauh, "Tunggu aja om, aku nggak akan tinggal diam."
"Amy, tampilkan statusku!"
[Tentu, nona!]
>Super Chef System<
[Nama : Elisa Nataprawira]
[Umur : 26 tahun]
[Pesona : 54]
[Kecantikan : 64]
[Soft skill chef : 4]
[Hard skill chef : 3]
[Kemampuan recreated : 0]
[Kemampuan pastry and bakery: 0]
[Kemampuan memasak : 1]
[Total dana : 2,5 juta]
[Hadiah tambahan : kemampuan deteksi bahan makanan]
[Hadiah kejutan : -]
[Misi 2 : berhasil]
[Hadiah : uang sejumlah satu juta rupiah dan penambahan poin, hadiah tambahan soft kill satu juta rupiah.]
[Sistem pemandu : Amy]
"Masih jauh dari perkiraan, kapan kemampuan memasak dan bakery ku meningkat Amy?"
[Anda bisa mengikuti pelatihan di beberapa tempat kursus nona, atau belajar secara otodidak.]
"Hhm kamu benar, tapi untuk masuk dalam pelatihan itu masih terlalu berbahaya. Berita kematianku masih hangat dibicarakan. Satu satunya yang aman … ibu Anita! Dia bisa memasak, aku bisa minta ajarin dia masak untuk sementara waktu."
[Ide bagus nona!]
Pintu mobil terbuka tiba-tiba membuat Elisa terkejut. Rafi masuk ke dalam mobil diikuti Raka. Lelaki berkacamata itu terlihat masih bingung dan tak menyadari kehadiran Elisa di kursi depan.
"Kita pergi dari sini, cari tempat aman!" Raka menyalakan starter mobil dan melakukannya menjauh dari area perkantoran.
"Kita kemana mas, katanya ada yang mau ketemu saya? Apa saya punya fans, penggemar rahasia mungkin? Atau cewek yang mau jadikan saya pacarnya? Kebetulan saya baru jomblo mas!"
Elisa membulatkan matanya meminta penjelasan pada Raka yang menahan geli. Raka.mengedikkan bahu sebagai jawaban pada Elisa yang masih bersembunyi.
"Jomblo berapa bulan mas?" tanya Raka mengulum senyum.
"Baru sehari mas, si Sulis pacar saya tega bener mutusin cuma karena kacamata saya minus delapan."
"Hah!" Elisa dan Raka menyahut bersamaan.
"Lho emang harusnya berapa?" Raka penasaran.
"Harusnya silinder dan minus 10 persis kayak dia."
"Jadi kalian beneran pacaran!" Wajah Elisa menyembul dari balik kursi penumpang.
Rafi terkejut bukan kepalang melihat bos nya yang dikabarkan meninggal ada di depannya. "Se-setan!"
"Apa, mana? Dimana setannya?" Elisa celingukan mencari sementara Raka tak lagi bisa menahan tawa.
"Kamu setannya pake nyari!"
Ucapan Raka sukses membuat Rafi terkulai lemas, ia pingsan.
"Eeh, dianya pingsan! Sialan aku dikira setan!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Denisa
kasian juga rafi,kaget lihat elisa sampe pingsan
2023-05-30
0
ዪጎልክጎ
kepo sama hsil nya euy
2023-05-29
0
anna maryanah
setan nya cantik nambah lah mas
2023-05-28
1