Coklat, makanan favorit untuk sebagian besar penduduk dunia. Rasanya yang legit dan sensasi sedikit pahit banyak digemari dan diimplementasikan dalam berbagai olahan mulai dari minuman, kue, cemilan ringan, sampai dijadikan bahan lulur kecantikan. Tapi untuk Elisa coklat termasuk makanan yang paling dihindarinya.
Sensasi gatal di tenggorokan saat mengkonsumsi sedikit berlebih membuatnya memilih untuk absen dari kudapan manis itu. Elisa tidak memiliki alergi pada coklat tapi aromanya terkadang membuat perutnya bergejolak.
Kepala Elisa rasanya hampir meledak saat harus mencium aroma coklat dan telur yang beradu di dapurnya. Tapi ia mencoba bertahan, tantangan dari sistem super chef membuatnya harus bisa menaklukkan dirinya sendiri.
Elisa memperhatikan ibu Anita memasukkan semua bahan yang tertera dalam resep brownies instan dan dalam waktu singkat seloyang kue coklat kesukaan sejuta umat pun selesai dibuat.
Elisa mengernyit, "Udah kelar? Kok cepet Tante?"
"Namanya juga instan ya cepet dong sayang, lagian kalau kelamaan kasihan mereka yang nungguin cemilan." Bu Anisa mengeluarkan loyang panas dari oven listrik saat timer berbunyi.
"Gampang kan? Yuk kita makan!"
Elisa termangu, sistem memintanya mengamati dan melakukan kreasi resep baru tapi tak ada ide apapun yang terlintas di pikirannya. Ia meraih kotak bekas pembungkus brownies instan.
Amy, aku sama sekali nggak ada ide!
[Anda harus mencobanya nona, jika tidak misi akan gagal dan aku akan …,]
Stop it! Oke, beri aku waktu!
Elisa bingung, sistem tidak akan mengijinkan dirinya menggunakan produk instan, lalu apa yang harus ia lakukan?
Apa aku bisa menggunakan bahan instan ini? Tidak ada bahan lain selain keju disini, Amy.
[Bagaimana jika anda mengkreasikan keju sebagai bahan dasar nona?]
Elisa berpikir cepat, bahan-bahan pun disiapkan. Mulai dari tepung, mentega, keju, telur, gula dan bahan pelengkap lainnya. Ia menggunakan resep dasar dari kotak brownies instan dengan mengganti beberapa bahan seperti coklat yang digantikan dengan keju. Elisa memilih keju parmesan sebagai pengganti coklat cair. Menambahkan sedikit margarin cair dan mengaduk balik agar adonan tercampur sempurna.
Elisa mengerjakannya dengan sangat hati-hati. Ia tak ingin gagal dalam misi. Tanpa menggunakan mixer, Elisa menyatukan semua bahan hingga membentuk kepadatan yang sama seperti brownies yang dibuat ibu Anita.
"I love cheese so, kejunya kita buat banyak plus susu." Ucapnya sendiri sambil menambahkan tiga sendok makan susu bubuk low fat.
Aroma keju menggodanya, Elisa mencicipi adonan mentah itu dengan ujung jarinya.
"Wow, kamu jorok banget! Itu mentah Lisa, bisa sakit perut kamu!" Raka yang melihat tingkah Elisa menggelengkan kepala melihat kelakuan wanita itu.
"Terus kalo nggak dicicipi mana tau kita rasanya pas? Cuma dikit nggak bakal sakit perut juga kali!" Elisa menjawab dengan santai sambil mengolesi loyang kecil dengan margarin.
Raka mendekati meja tempat Elisa mengeksekusi semua bahan. "Kamu ngapain?"
"Lagi jahit!" Jawab Elisa santai.
"Oh, jahitnya model baru ya? Pake tepung sama keju begini?"
"Hhhm,"
"Itu apaan?" Raka benar-benar menguji kesabaran Elisa, ia mendengus kesal.
"Bawel, bisa diem nggak?!"
Raka cengengesan dan akhirnya memilih pergi, membiarkan Elisa sibuk dengan kegiatannya.
[Sebaiknya anda cepat nona, waktu yang tersisa hanya 30 menit lagi.]
Iya, aku tahu Amy!
Elisa memasukkan adonan dengan cepat ke dalam microwave, lima belas menit dengan suhu 175 derajat. Elisa berjalan mondar mandir didepan oven, sesekali ia melihat jam di dinding rasanya tak sabar untuk menunggu bunyi timer. Elisa takut misinya gagal. Berkali kali ia mengintip kaca memperhatikan perkembangan kuenya.
"Ayolah, lama sekali!" Gerutunya sambil menggigit jarinya hingga akhirnya.
TIIING!!
Timer berbunyi. Hati Elisa lega dan dengan cepat ia membuka oven listrik. Aroma keju langsung merebak sempurna memenuhi ruangan dapur.
"Perfecto!"
Elisa membalik kue diatas piring datar membiarkan kepulan asapnya hilang sejenak sebelum memotong kue.
"Ayo kita lihat hasilnya," Elisa bergumam, matanya menatap penuh harap pada seloyang kue di depannya.
Binar bahagia terlihat jelas saat potongan kue beraroma keju nan wangi jatuh di piring. "I did it!" pekiknya girang.
"Waah, apaan nih? Mbak bikin sendiri? Kereen, ternyata bisa bikin kue juga?"
Rafi mengambil potongan kue pertama Elisa dengan cepat tak peduli pada protes gadis cantik yang sudah berjuang membuat kreasi baru selama hampir satu jam.
"Eh, main ambil aja, siapa suruh kamu ambil?"
"Mumpung masih anget mbak, wiiih enak lho ini mbak!" kata Rafi sambil mengunyah kue keju Elisa.
Raka dan Banyu menyusul Rafi, ikut memotong kue dengan asal tak peduli dengan raut wajah Elisa yang kebingungan.
"Hei, ini yang buat juga belum makan kenapa udah mau habis aja!" protesnya tak dihiraukan oleh ketiga lelaki itu.
Kue keju buatan Elisa akhirnya hanya menyisakan dua potong besar saja untuknya.
"Sori, kuenya enak banget totally cheese masih hangat lagi." Raka menyahut tanpa dosa dengan menyambar satu lagi potongan kue.
"Hei, itu bagianku!"
[Misi berhasil, anda mendapatkan uang 5 juta rupiah, penambahan poin, dan peningkatan sejumlah kemampuan.]
Thanks Amy! Aku mulai suka bekerja di dapur. Next bisakah aku memasak lagi? Aku lebih menyukai memasak ketimbang membuat adonan begini Amy!
[Permohonan ditolak, sistem tidak bisa melakukannya nona! Misi didapatkan secara random, anda harus bersiap dengan segala kemungkinan sesuai situasi dan kondisi.]
Baiklah, apa katamu saja! Kumpulkan misi sebanyak banyaknya Amy, aku butuh dana besar untuk merebut lagi perusahaan.
[Tentu nona, sistem akan membantu.]
Elisa dan yang lain berkumpul di ruang tengah. Merencanakan langkah yang akan mereka ambil untuk rencana selanjutnya. Sebuah pesan masuk ke ponsel Banyu, lelaki muda itu mengernyit ekspresi nya rumit kemudian ia berkata,
"Luna, ngabarin kalau Nico … ditemukan."
Elisa melonjak kegirangan, "Nico?! Serius, dimana dia? Aku kangen banget sama Nico!"
Banyu bingung harus menjawab apa, ia menoleh ke arah Raka menatapnya seolah ingin berkata, 'Apa yang harus aku lakukan?"
Raka menangkap gelagat buruk dari gelengan samar Banyu, sesuatu yang buruk pasti telah menimpa Nico.
"Kenapa, ada apa? Kenapa muka kalian begitu semua?" Elisa menghentikan rasa bahagianya.
"Masalahnya Nico sekarang ada di …," Banyu ragu melanjutkan.
Jantung Elisa berdebar cepat, sesuatu pasti terjadi pada Nico, firasatnya buruk. "Katakan padaku, apa yang terjadi?!"
Mata Elisa mengembun, ia tak ingin firasatnya benar, ia menolak perkataan hatinya. Banyu masih diam, bingung harus memulai darimana.
"Tell me even if that's the worst thing!"
Banyu menarik nafas panjang sebelum menjawab. "Nico ada di kamar mayat di salah satu rumah sakit Sumedang."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
buk e irul
sabar itu tiada batas El
2023-08-06
0
Hana Nisa Nisa
tarik nafas dulu
2023-07-30
0
🍭🍬Ayli🍬🍭
sabar elisa
2023-06-13
0