Malam sudah terlalu larut, Raka bersungut-sungut sambil membawa barang belanjaan. Elisa membuatnya terjebak di supermarket selama hampir lima jam. Ia lapar dan Elisa bahkan tak memberinya kesempatan untuk sekedar mampir di food court.
"Bunda! Besok lagi kalau mo nitip belanjaan sama Rafi tuh! Kaki Raka sampai pegel bener, lama dikit aja patah ni kaki!"
Ibu Anita tergelak, ia melirik jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam.
"Tuh ada ayam goreng Kalasan tulang lunak kesukaan kamu. Sana deh makan dulu." Bu Anita menepuk lembut bahu Raka yang baru meletakkan belanjaan di meja dapur.
Elisa juga berjalan gontai tapi wajahnya masih terlihat ceria. Ini pengalaman barunya berbelanja sendiri sekaligus menyelesaikan misi dari Amy.
"Wah, kalo yang ini kayaknya bahagia banget belanja. Gimana, have fun?"
Elisa tersenyum manis dan mengangguk, "Shopping itu menyenangkan Tante."
Bu Anita memperhatikan Elisa dari ujung kepala ke ujung kaki.
"Sebentar, kamu … wah, ini keren sayang! Bagus banget, kamu berbeda jauh sama Elisa sebelumnya! Tante yakin si Alex sialan itu nggak bakal kenalin kamu."
Bu Anita terpesona dengan gaya rambut dan penampilan Elisa saat ini. Ia bahkan meminta Elisa untuk berputar bak boneka dalam kotak musik.
"Kamu juga harus ganti gaya tampilan, kalau dulu kamu serba elegan, mewah, ala wanita karir banget sekarang kamu harus tampil energik, cantik, memikat, atraktif dan juga sensual." Ibu Anita memperagakan gerakan dengan ekspresi menggoda.
Elisa terkikik geli, sensual? Oh my, itu tidak pernah ada dalam kamus Elisa!
"Ehm, untuk yang terakhir nggak deh Tan mana mungkin saya berpenampilan begitu. Itu sedikit … nakal?"
"Be naughty, it's needed to make a difference between you as Elisa and Diana."
( Menjadi nakal itu diperlukan untuk membuat perbedaan antara Elisa dan Diana)
Perkataan ibu Anita membuat Elisa berpikir sejenak, "Haruskah, Tan?"
"Harus dong, jangan tanggung-tanggung kalo kamu mau berubah image! Penyamaran kamu harus sempurna. B sudah cerita ke Tante, ada kesempatan untuk masuk ke vendor beverage dan kamu bisa masuk langsung ke perusahaan. Untuk itu penampilan, sikap, and your manner must be different sayang."
Elisa manggut-manggut tanda mengerti, ia membantu Bu Anita mengisi lemari esnya dengan barang belanjaan. Pemikiran Bu Anita ada benarnya juga, ia harus merubah semuanya. Menghilangkan atau setidaknya meminimalisir setiap kebiasaan di depan para musuh. Ia harus bisa tak terlihat meski ada didepan mata.
"Mandi dulu deh, makan, istirahat, besok pagi bantuin Tante masak. Kamu nginep aja disini."
"Tapi saya nggak bawa baju ganti Tante?"
"Udah Tante siapin semua … sama dalemannya juga!" Ibu Anita berbisik dan mengerling jenaka.
"Eeh,"
*
*
*
Elisa duduk menyendiri di teras rumah Raka, jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam dan ia sama sekali belum mengantuk. Elisa menikmati kesunyian malam, merenungkan apa yang akan dilakukannya untuk membalas perbuatan sang paman.
"Ngapain sendirian disini?" Raka terheran heran karena Elisa seperti tak memiliki rasa lelah seharian rapat kecil, ke salon, ditutup dengan belanja.
"Kamu belum tidur?" Elisa menjawab ringan, tanpa menoleh sedikitpun pada Raka.
"Tadinya mau tidur tapi lihat pintu kebuka kirain ada maling, ya udah aku cek aja. Ternyata kamu?"
Elisa tersenyum kecil, tak menyahut ataupun menoleh. Pikirannya berat, ia merindukan Nico. Disaat seperti ini, sunyi, sepi, dan tenang memori Nico terus muncul ke permukaan. Nico begitu dekat dengannya, setiap saat adik lelakinya itu selalu ada untuknya. Dikala kedua orangtuanya sibuk, Nico selalu memberi peran untuk melindunginya.
Raka memperhatikan raut wajah Elisa yang muram, "Kangen?"
Pertanyaan singkatnya berhasil membuat Elisa menoleh dan menjawab gamang. "Nico? Hhm, begitulah."
"Ini cuma masalah waktu, kamu bisa ngadepinnya. Sakit jelas tapi aku yakin kamu bisa lakuin ini semua."
"Thanks," Elisa tersenyum masam dan kembali diam. Ia sedang tak ingin bicara apa pun, Elisa hanya ingin sendiri.
Setelah menunggu beberapa saat Raka akhirnya mengalah, Elisa mungkin tidak ingin ditemani ia pun beranjak masuk.
"Jangan pagi-pagi tidurnya, ingat besok ada tugas memasak dari bunda!"
Elisa hanya mengangguk samar, ia tak merespon Raka yang sengaja memasang wajah konyol. Sense of humor nya sedang tidak dalam mode on membuat Raka tersenyum kecut dibuatnya.
"Percuma ngajak ngobrol tembok!"
Elisa mendengar itu tapi ia tak peduli, "Tampilkan statusku Amy!"
[Menampilkan status terbaru!]
Super Chef System<
[Nama : Elisa Nataprawira]
[Umur : 26 tahun]
[Pesona : 58]
[Kecantikan : 70]
[Soft skill chef : 5]
[Hard skill chef : 4]
[Kemampuan recreated : 4]
[Kemampuan pastry and bakery: 2]
[Kemampuan memasak : 2]
[Total dana : 15,5 juta]
[Hadiah tambahan : kemampuan deteksi bahan makanan]
[Hadiah kejutan : -]
[Misi 4 dan 5 : berhasil]
[Hadiah : uang sejumlah 5 juta untuk misi 3 dan uang sejumlah 3 juta untuk misi 4 diikuti penambahan poin.]
[Sistem pemandu : Amy]
"Aku sampai melewatkan euforia keberhasilan misi 3 dan 4." Elisa menghela nafas berat, memejamkan mata berusaha menenangkan diri.
[Sepekan yang berat bukan nona?]
"Hhhmm, sangat berat." Elisa menatap langit malam yang hanya dihiasi satu bintang besar yang selalu setia di sisi rembulan.
"Lihatlah itu, bahkan bulan pun ditemani bintang yang bersinar terang. Amy, aku merindukan Nico. Bulan itu seperti ku dan bintang itu, Nico. Kami nggak pernah berpisah dan selalu ada untuk melengkapi satu sama lain." Suara Elisa tercekat, bibirnya gemetar dan matanya mulai mengembun.
[Nico masih ada nona, dia tersimpan dalam ingatan anda dalam setiap memori yang abadi di dalam pikiran anda.]
"Aku tahu Amy, aku cuma … merindukannya." Airmata Elisa pun luruh, seandainya kepergian Nico wajar pasti ia bisa merelakan dengan ikhlas.
Di dalam rumah, Elisa tak menyadari jika Raka masih berdiri mengamatinya. Ia mendengar semua gumaman Elisa,"Gadis yang aneh, ngomong sendiri kayak ada lawan bicaranya. Mungkin karena terlalu sedih kehilangan keluarga dalam waktu singkat."
Raka mengenang memorinya, ketika sang ayah tewas dibunuh Alex ia juga sempat mengalami hal yang sama. Marah, kesal, sedih, takut, kecewa, semua bercampur merajai hatinya mendidihkan darah ketika bertemu dengan Alex.
"Aku akan menjadi bintangmu, Elisa. Aku pastikan itu terjadi. Kita akan berjuang bersama mengalahkan si gila Alex!"
Pagi berjalan dengan cepat menggantikan malam. Sejak subuh, Elisa sudah bersiap di dapur dengan apron milik Tante Anita. Setelah semalam merenung, kini Elisa memiliki semangat baru. kematian keluarganya harus dibalas dan ia harus bangkit dan segera menyusup ke dalam perusahaan.
[Selamat pagi, nona! Apa anda siap dengan tantangan hari in!"
"Tentu saja, let's do it Amy!"
DIING!
[Misi keenam : mengimitasi resep egg tart, membuat varian rasa baru dari resep dasar.]
"Oke, tampilkan resep nya Amy!"
Layar biru transparan muncul, menampilkan resep egg tart. Elisa mengikat rambut dan tersenyum, "Aku bisa melakukannya. Berapa waktuku Amy?!"
[Tiga puluh menit, nona!]
"Countdown, Amy!"
Dengan cekatan Elisa mulai memotong motong roti tawar memasukkannya dalam cup aluminium foil, menatanya sedemikian rupa membentuk mangkuk. Sedikit menggilas potongan roti agar bentuknya sempurna mengikuti wadahnya.
Elisa dengan hati-hati memisahkan putih telur dari kuningnya. Susu cair, maizena, sejumput garam dan vanili dikocok perlahan hingga tercampur rata. Tak ketinggalan telur yang sudah dipisahkan dari putihnya itu. Cairan susu telur itu kemudian disiram di atas potongan roti tawar.
"Base recipes done, kita buat turunannya." Gumam Elisa.senang karena hasilnya sempurna.
Egg tart original mulai dipanggang, ia perlu tiga puluh cup untuk arisan ibu Anita. Elisa kembali mengolah resep dan memadukannya dengan buah-buahan dan tentu saja coklat, kesukaan sejuta umat. Susu, telur, coklat bubuk ditambah dengan coklat cair dan bubuk maizena dicampur sempurna dan kali ini ia tidak menggunakan roti tawar tapi kulit pie.
Elisa mencampur terigu, mentega, sedikit gula.halus dengan air dingin. Ia juga tak lupa menambahkan telur, setelah kalis Elisa mencetaknya dalam cetakan pie besar yang sudah dioles margarin. Menusuk nusuk adonan pie agar memiliki udara dan mempercepat tingkat kematangan. Tepat disaat simple egg tart nya matang, egg tart choco pie siap bersauna dalam oven.
Aroma wangi vanila dan susu memenuhi dapur Bu Anita di pagi hari. Membuat penghuninya penasaran dan segera menuju dapur.
"Waah sepagi ini kamu udah bikin egg tart tanpa bantuan Tante? Kemajuan kayaknya nih!" Bu Anita yang masih mengenakan baju tidur dan rol rambut mengambil satu cup egg tart, mencium wangi dan aroma sempurnanya.
Elisa mengulurkan sendok, "Cobain, Tan! Kasih nilai."
Bu Anita mengecap rasa yang membaur dalam mulutnya, merasakan creamy susu dan gurihnya keju dan gula pasir yang sengaja di taburkan sesaat setelah matang.
"Elisa! Tante suka paduan butiran kasar gula, creamy susunya pas apalagi ditambah keju. Ini enak banget!"
Raka yang masih bermuka bantal tak percaya dengan ulasan bundanya. "Masa sih, yakin aman nggak ni?! Nggak bikin racun apa mules kan!"
"Ini bisa …,"
Elisa kesal ia menyumpal mulut Raka dengan sesendok egg tart hangat buatannya. Raka yang terkejut mau tidak mau mengunyah potongan kecil egg tart.
"Enak?!" Tanya Elisa sambil melipat kedua tangan di dada.
Raka tersenyum dengan sedikit memaksa, "Enak sih, cuma …,"
"Rasain yang bener!" Kembali Elisa menyiapkan sesendok lagi.
"Enak kok enak, apalagi pake kopi item tambah sedep. Bikinin gih, kamu kan baik!"
Elisa mencebik, bersamaan dengan itu open listriknya berbunyi menandakan egg tart pie choco nya matang. Senyum lebar mengembang di bibir Elisa. Ia menghirup dalam dalam aroma coklat yang menggoda.
"Sempurna! Now it's gorgeous!" Gumamnya setelah menghias pie nya dengan aneka buah segar.
[Misi berhasil! Hadiah sebesar tujuh juta rupiah ditambahkan pada akun anda nona.]
Elisa tersenyum puas, satu langkah maju tercapai. Ia mulai mencintai dapur dan acara masak memasak berhadiah uang dipandu Amy. Andai Nico bisa melihatnya Elisa akan menjerit dan berkata,
"Lihat aku Nic, aku bisa memasak sekarang. I'm a woman now!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
EL SHADAY
harusnya pemandunya chef tatto, jd Elisa lbh semangat
2023-06-26
3
EL SHADAY
ngelamak! berasa punya babu pribadi ya bro
2023-06-26
2
anna maryanah
enyway good luck Elisa step by step yant jd super chef
2023-06-25
2