The Ice Line

The Ice Line

Chapter 1: Perjalanan Awal

Kivasta Ekova Lanhamr. Biasanya orang-orang memanggilnya Kivasta. Ia lahir di negeri yang berada di gurun pasir yang bernama Alvia. Kivasta memiliki tiga saudara dan satu saudari, tetapi semua keluarganya telah berpisah dan menjadi keluarga hancur.

Keluarga Kivasta mengalami banyak masalah, seperti masalah ekonomi, pekerjaan, hingga makan saja susah. Suatu hari pada saat Kivasta baru menginjak usia 14 tahun, ayah dan ibunya memutuskan bercerai. Dua saudara dan satu saudarinya mengikuti ibunya, satu saudara lain mengikuti ayahnya. Sementara Kivasta memutuskan untuk tidak mengikuti siapapun dan memilih untuk memulai peruntungan baru di tempat berbeda.

Kivasta mengambil beberapa uang dari lemari sebelum pergi. Kivasta menumpang ke salah satu rombongan kereta kuda pedagang yang akan pergi ke kerajaan Setavia, sebuah kerajaan yang berada di benua Yhokava. Benua dengan suhu yang cukup dingin dan dikenal dengan sihir mereka yang hebat.

Awalnya saat Kivasta ingin menumpangi rombongan kereta kuda pedagangnya ditolak oleh mereka, tetapi setelah mereka melihatku mengeluarkan kekuatan es mereka langsung percaya dan memintKivasta untuk menjadi pelindung mereka selama perjalanan ke Setavia.

Selama perjalanan yang memakan waktu 2 bulan lamanya, Kivasta mempelajari bahasa Setavia dari para pedagang yang pernah ke Setavia. Para pedagang juga mengatakan bahwa walau Setavia adalah negeri yang cukup makmur, tetapi perbudakan masih terjadi di sana dan para pedagang mengingatkannya agar jangan sampai menjadi budak di Setavia.

Singkat cerita, mereka pun sampai di kerajaan Setavia atau lebih tepatnya kami sedang berada di ibukotanya, yaitu kota Letonia yang dikenal dengan tembok beton putih yang sangat kuat mengelilingi sisi kota. Kivasta turun dari kereta kuda para pedagang dan memasuki kota melalui gerbang yang besar. Sebelum itu ada beberapa pedagang yang memberinya perak dan sedikit emas sebagai imbalan karena telah melindungi mereka selama perjalanan, Kivasta mengambil perak dan emas yang mereka berikan.

Kivasta meninggalkan para pedagang dan berjalan di kota yang benar-benar sangat berbeda baik dari desain bangunan dan kondisi sosial di sini. Setelah berjalan selama beberapa saat Kivasta menemukan toko emas dan Kivasta langsung memasuki toko tersebut dan berbicara kepada pemilik toko yang merupakan orang yang sudah agak tua dan berambut putih dengan kulit yang sudah keriput. Kivasta berbicara dengan aksennya yang masih cukup buruk.

Karena ini pertama kalinya diriku berada di tempat yang sangat asing jadi saat Kivasta berbicara dengan pemilik toko membuat Kivasta merasa agak malu, “H-halo pak, a-aku ingin menjual emas dan perak ini...,” ucapku dengan suara yang agak terpotong-potong karena agak malu.

“Baiklah anak muda.” Balas pemilik toko tersebut

Kivasta mengeluarkan emas dan perak lalu memberikannya pada pemilik toko. Pemilik toko memeriksa emas. Namun, saat ia memeriksa perak matanya sedikit membesar seperti orang yang terkejut akan sesuatu.

“Ada apa pak?” tanya Kivasta pada pemilik toko.

“Ini adalah perak vatia, perak yang sangat langka dan hanya ada di wilayah kerajaan Alvia! Dari mana kamu menemukan ini?” tanya balik pemilik toko.

“Aku menemukannya di lemari orang tuaku, kupikir ini adalah perak biasa. Oh ya Kivasta berasal dari Alvia.”

“Kamu dari Alvia? Pantas saja perak ini sangat asli. Apa yang membawamu kemari ke Letonia nak?”

“Masalah keluarga, jadi aku lebih memutuskan untuk merantau ke kerajaan Setavia melalui kereta kuda para pedagang.”

“Begitu ya....”

Karena perak vatia adalah perak yang langka jadi Kivasta hanya menjualnya separuh saja, sementara yang lain ia simpan. Tetapi, semua emas ia padanya.

Setelah melakukan transaksi dan mendapatkan banyak uang, Kivasta memutuskan untuk langsung pergi dari toko emas. Tetapi sesaat Kivasta baru saja berbalik untuk menuju pintu depan, pemilik toko memanggilku.

“Ada apa pak?” tanya Kivasta sambil kembali berbalik ke arahnya.

“Saya hanya ingin mengingatkan saja, bahwa walaupun Setavia dikenal sebagai bangsa yang cukup maju tetapi perbudakan masih terjadi di sini dan kebanyakan dari para budak adalah orang-orang yang berasal dari luar Setavia dan ras Reva, ras yang memiliki ciri fisik mirip hewan. Kamu juga masih baru di sini jadi berhati-hatilah jangan sampai menjadi budak di sini, oh ya bukannya saya ingin menyebarkan keburukan tetapi kau harus berhati-hati jika ingin bertransaksi permata di toko emas lain karena mereka semua adalah penipu dan bahkan saya membuka toko ini untuk memerangi mereka. Jadi lebih berhati-hati jika perlu bawa senjata seperti pedang.” ucap pemilik toko dengan nasihat panjangnya.

“B-Baiklah, aku akan lebih berhati-hati.”

“Baiklah kalau begitu, selamat tinggal! Kapan-kapan berkunjunglah kemari!” ucap pemilik toko dengan suara keras saat Kivasta keluar dari toko emasnya.

Keluar dari toko emas, Kivasta kembali berjalan-jalan di jalanan kota pada siang hari sembari memerhatikan bangunan kota dan penduduk yang berjalan lalu-lalang. Saat Kivasta melihat ke arah kiri Kivasta melihat sebuah kandang yang berisikan manusia dan manusia dengan ciri fisik hewan seperti yang dijelaskan oleh pemilik toko tadi, yaitu ras Reva. Seorang gadis dengan ekor dan telinga berwarna putih tapi agak kotor seperti kucing menatapku dengan tatapan kosong. Namun, seolah ia berkata bahwa ia membutuhkan bantuan. Kivasta sendiri merasa bahwa sepertinya tatapan itu akan menjadi hutang bagiku padanya. Namun, bagaimana bisa ku menyelamatkannya jika Kivasta saja belum punya tempat untuk tidur....

Kivasta meninggalkannya dengan perasaan yang tidak enak, yah mungkin Kivasta terlalu baik? Tapi sepertinya seolah Kivasta sudah membuat janji untuk menyelamatkannya. Yah nanti saja yang penting bagaimana bisa bertahan hidup di sini itu adalah prioritas pertamanya

Berjalan beberapa langkah Kivasta menoleh ke arah kanan dan melihat sebuah bar kecil dengan berisi cukup banyak pelanggan. Berhubung Kivasta sedang lapar jadi Kivasta memasuki bar itu untuk memesan makanan.

Bar kecil ini terlihat bagus dengan beberapa ukiran dan lukisan pajangan di dindingnya. Kivasta berjalan ke tempat untuk memesan makanan, ia hanya memesan sepotong daging, roti, dan air putih saja. Kemudian setelah memesan makanan Kivasta berjalan ke kursi dan meja kosong yang berada di sebelah dinding dan duduk di situ.

Beberapa saat kemudian seorang pelayan wanita dengan baju berwarna putih, rok berwarna hitam, seperti seragam datang membawa makanan pesanannya.

“Ini pesanan Anda,” pelayan wanita meletakkan piring yang berisi sepotong daging panggang dan roti tidak lupa juga ia meletakkan segelas air di mejanya.

Pelayan itu pergi meninggalkan meja Kivasta untuk kembali bekerja. Kivasta mulai melahap daging dengan menggunakan pisau dan garpu yang disediakan. Setelah memakan makanan dan minum yang cukup, Kivasta berdiri dan menuju ke tempat pemesanan makanan untuk membayar makananku tadi.

Makan telah selesai sekarang Kivasta harus mencari tempat agar ia bisa tidur, Kivasta keluar dari bar dan kembali berjalan di jalanan kota dan melihat istana yang begitu megah. Namun....

Terpopuler

Comments

PociPan

PociPan

PociPan hadir
jgn lupa follow ig Pocipan_Pocipan
thank you

2024-06-03

0

Vellysia

Vellysia

jejak hadir..
silahkan kunjungi karyaku
Sedarah pusara lembah hitam.

recomended banget buat lanjut bab 2 nih.

2023-06-26

1

𝓥𝓪𝓷𝓮𝓼𝓼𝓪 🦋

𝓥𝓪𝓷𝓮𝓼𝓼𝓪 🦋

udah mampir nii

2023-06-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!