Seorang pria duduk di kursi takhta dengan lapisan seperti emas, perak, dan permata.
Kivasta dan Alissa berjalan ke hadapan Sang raja. Di samping raja ada seseorang dengan baju zirah yang lengkap beserta pedangnya. Sepertinya ia adalah seorang kesatria.
Berhenti di hadapan Sang raja lalu Alissa berkata, “Yang mulia, dia adalah Kivasta Ekova Lanhamr. Pemuda dengan sihir elemen es dan berasal dari Alvia,” ujar Alissa.
Sang raja mulai berbicara, “Jadi, kamu yang namanya Kivasta. Saya adalah Ron Zivanna. Aku ingin tahu apakah kamu sudah tahu kenapa kamu ada di sini?” Tanya Sang raja dengan nada berwibawa.
Kivasta melangkah satu kali dan menjawabnya, “Ya, saya Kivasta Ekova Lanhamr dari Alvia. Anda ingin saya melakukan serangan balik jika Kekaisaran Veratha melanggar gencatan senjata..., aku anggap ini sebagai kontrak”
“Oh kamu menganggap ini kontrak, baiklah.... Selama dalam misi kamu akan selalu dibimbing oleh Alissa sebagai mentormu, status sihir budakmu baru akan dilepas jika kamu sudah menyelesaikan kontrakmu.”
“Namun..., jika Anda ingin saya melakukan itu. Anda harus menerima tiga persyaratanku....”
Sang raja menaikkan alisnya menunjukkan perasaan penasaran terhadap pernyataan ku.
“Apa saja?” Tanya Sang raja dengan penasaran.
“Pertama, saya ingin selama dalam kontrak misi ini tidak ada yang bisa memerintah saya selama saya masih berada dalam tujuan misi. Kedua, saya bisa melakukan apa saja yang menurut saya perlu dan ingin dilakukan dalam kontrak ini. Terakhir, saya ingin pihak Kerajaan memberiku 50.000 Selova setelah kontrak berakhir sebagai imbalan dan juga menghapus sistem perbudakan.”
Tiba-tiba kesatria yang berada di samping menyela dan mulai berbicara.
“Yang mulia! Bocah tengil ini hanya ingin bermain-main. Dia bahkan mungkin lebih lemah dari yang orang lain,” protes kesatria itu dengan nada tinggi.
“Ini mungkin tidak sopan. Bukankah jika Sang raja memilihku, itu berarti aku lebih mampu dari dirimu?” Tanya Kivasta dengan perasaan cemooh.
Sang raja menghentikan perdebatan supaya tidak terjadi kekacauan di istananya. Sang raja menyetujui tawaran Kivasta dan ia memberinya sebuah busur beserta tas anak panah. Busur itu tidak terlalu besar. Namun, memiliki bentuk dan hiasan yang indah serta mengeluarkan aura energi sihir.
Kivasta berjalan maju ke hadapannya. Prajurit penjaga menyuruh Kivasta untuk menunduk saat mengambil busur. Kivasta menadahkan telapak tangannya ke depan, sementara wajahnya menghadap ke bawah. Layaknya seseorang yang menerima gelar kehormatan.
Singkat saja setelah memberikan busur itu dan menandatangani sebuah kertas yang berisi kontrak. Kivasta dan Alissa diantar pergi dari istana menuju kembali ke akademi sihir.
Sambil berjalan Kivasta bertanya pada Alissa kenapa harus Alissa yang menjadi "mentor" nya.
“Karena aku yang memegang sihir budak. Jadi secara hukum kamu itu budakku.” Ucap Alissa dengan rasa kebanggaan.
Bagi Kivasta ini adalah sebuah penghinaan harus mematuhi wanita yang tidak ia kenal. Walaupun harus diakui dia sangat cantik meski di umurnya yang sudah tidak lagi muda.
Tiba-tiba Alissa mengelus kepala Kivasta saat sedang berjalan, “Apa yang kamu lakukan?!” Kivasta menunduk menghindari niat anehnya.
“Kenapa tidak boleh? Rambutmu halus jadi aku ingin menyentuhnya....” ucapnya dengan nada menggoda sambil berjalan mendekati Kivasta.
“Tidak! Sentuh saja rambutmu sendiri.” Kivasta lari darinya menuju bangunan kelas akademi.
Alissa hanya memperhatikan Kivasta lari menjauh darinya. “Kamu beruntung aku tidak membuatmu berhenti....”
Kivasta tetap berlari, lalu ia bersembunyi dibalik dinding sambil mengintip apakah dia masih mengikutinya atau tidak. Kivasta memerhatikan dia berjalan ke arah kanan dan tidak mengarah kepada Kivasta.
Tiba-tiba datang seseorang dari belakang. dengan suara cempreng yang sangat mudah dikenali, “Boo,” itu Chiva. Dia membuat Kivasta teriak kaget hingga melompat.
Chiva benar-benar membuat Kivasta terkejut. Dibandingkan meminta maaf dia malah bertanya dari mana Kivasta dan kenapa ia membawa busur.
“Kamu dari mana? Kok bawa busur?” Tanya Chiva.
“Seharusnya aku yang bertanya!” Balas Kivasta dengan pertanyaan.
Kivasta memaksanya untuk menjawab pertanyaannya terlebih dahulu, yaitu dari mana dia datang dan kenapa dia bolos waktu pelajaran. Chiva menjelaskan bahwa, dia sedang buang air kecil dan tidak sengaja melihat Kivasta bersembunyi dibalik dinding. Jadi dengan niat jahilnya dia mengendap-endap mendekatinya lalu memberi Kivasta kejutan.
Kemudian dia kembali mempertanyakan pertanyaannya, yaitu Kivasta baru saja dari mana dan kenapa membawa busur. Kivasta tidak bisa menjawab pertanyaannya dan terpaksa berbohong.
“Aku baru aja membeli busur ini untuk kujadikan sebagai bahan untuk praktik membuat senjata dari sihir elemen.” Ujar Kivasta.
Sialnya dia malah bertanya kenapa busur Kivasta banyak ornamen mewah dan indah. “Banyak tanya juga nih anak!” Ucap Kivasta di dalam hatinya.
Kivasta menjawab kalau busur tersebut ia dapatkan dari seseorang dan bukan tempat yang biasa saja. Namun, dia masih saja bertanya dan itu membuat Kivasta kesal sehingga Kivasta memutuskan untuk meninggalkan Chiva dan berjalan ke kamarnya. Setelah berjalan agak lama, langkah Kivasta terhenti dan ia berpikir. “Sebentar.... kalau dipikir-pikir bukankah saat ini masih jam pelajaran Alissa? Apa tidak ada guru pengganti sehingga sampai jam kosong? Terserahlah tapi yang penting aku simpan dulu saja busur ini di tempat yang aman.”
Kivasta berjalan melewati kelas-kelas yang sedang belajar sembari menyembunyikan busur di dalam seragamnya
Kivasta menyembunyikannya dengan baik sehingga tidak ada orang yang curiga sampai ia berada di depan pintu kamarnya. Kivasta membuka kunci pintu lalu membuka pintu sembari melihat memperhatikan kiri dan kanan, memastikan tidak ada orang yang mengawasinya.
Kemudian setelah memastikan tidak ada orang, Kivasta masuk dalam kamar dan menutup pintu lalu menguncinya. Kivasta juga menutup tirai agar tidak ada yang tahu di mana ia menyimpan busurnya.
Namun, Kivasta bingung harus menyembunyikan busur ini di mana.
“Simpan di belakang lemari ajalah.”
Kivasta sedikit menggeser lemari belakangnya lalu meletakkan busurnya di belakang lemari. Kemudian Kivasta kembali menggeser lemari ke posisi semula.
Setelah melakukan itu semua Kivasta keluar dari kamarnya dan menutup pintu rapat-rapat lalu menguncinya. Baru satu langkah berjalan sudah terdengar bunyi dentingan bel istirahat.... Untung saja tadi tidak ada guru yang mengajar.
Kivasta pergi ke kantin agar tidak ada orang yang mencurigainya. Namun, Chiva benar-benar tahu persis Kivasta sedang berada di mana.
Chiva terus mengikuti Kivasta sampai di kantin dan mengambil makanan. Mereka duduk di kursi yang agak jauh dari rombongan Rovka Zivanna supaya Chiva tidak diejek lagi....
Setelah sesi istirahat habis. Mereka berjalan pergi ke kelas. Namun, saat sedang berjalan mereka melihat sesuatu di lapangan melalui kaca jendela.... Seseorang dengan jubah hitam sedang menggunakan sihir aneh berwarna hitam..., dan....
DUAR!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Ig.tinasali85
Semangat thor 😄
2023-06-23
0
Neonnorey
hih ngrendahin gk tuh
2023-05-28
0