Chapter 19

Vany tidak mengerti apakah kancil di dunia nya yang terlalu pintar, atau memang kancil di dunia lain itu bodoh-bodoh.

Hari ini, imajinasi Vany tentang kancil yang cerdas dan bijak itu buyar begitu saja hanya karena melihat pertarungan konyol Aelly dengan si kancil bermata merah.

Pertarungan yang sangat konyol karena kancil itu mati kehabisan tenaga, bahkan Aelly tidak menyerangnya sama sekali. Gadis itu hanya menghindar dan terus menghindar.

"Luar biasa, teknik yang menakjubkan. Dia membuat kancil itu mati tanpa harus mengeluarkan kekuatan sedikitpun," ucap Luke dengan mata berbinar-binar.

Vany mendelik, menatap aneh sahabatnya itu. "Hah...aku tidak percaya jika aku memilih dia sebagai teman pertamaku, dan menjadikan mereka sebagai teman satu tim."

Aelly yang melihat kancil itu terbaring tak bernyawa pun malah panik. "AAAA...VANY, BAGAIMANA INI?!"

Tolong siapapun yang bisa melihat masa depan, tolong katakan jika kedua manusia freak ini tidak akan menjadi teman Vany dimasa depan. Tolong katakan jika mereka tidak akan menua bersama sebagai teman!!

Setelah Luke dan Aelly mendapatkan inti hewan mereka masing-masing, maka sekarang giliran Vany untuk mencari mangsanya.

Awalnya Vany tertarik pada seekor rubah putih bermata biru, namun ia tidak akan mengincar hewan itu untuk sekarang karena ia sadar jika kekuatan nya tidak akan mampu.

Mungkin lain kali ia bisa kembali kesana dan memburu rubah itu.

Setelah bertemu beberapa hewan, akhirnya Vany memilih macan tutul putih yang akan menjadi hewan buruan nya.

"Macan ini sangat ganas dan kuat, kamu yakin akan memburunya?" tanya Aelly takut.

"Lebih jangan, atau kamu yang akan di buru olehnya," lanjutnya.

Vany menyeringai pelan. "Yang lebih menantang itu jauh lebih menarik."

Luke yang sudah mengenal baik Vany hanya mengangguk. "Sepertinya kita akan makan sate macan hari ini," seringainya senang.

"Sate macan? Aku berpikir ingin menjadikan nya steak." Kedua sahabat itu tertawa menyeramkan membuat Aelly merinding.

"Mereka sangat menakutkan, aku sampai merinding."

Tanpa menunggu banyak waktu lagi, Vany langsung melompat ke hadapan macan itu.

Sang macan mengaum keras, tanda tak suka dengan keberadaan Vany yang dianggap telah mengganggu nya.

"Mengaumlah lagi, dan aku akan mengakhiri hidupmu sekarang juga," ucap Vany tajam dengan mata emas yang menyala.

Dari jarak yang cukup jauh, Luke dan Aelly tentu tak bisa melihatnya, jadi ia tenang saja.

Si macan yang baru saja di ancam, entah kenapa merasa takut, apalagi saat mata emas Vany menatapnya dengan tajam.

"Siapa kau? Kenapa auramu bisa sekuat ini?" Tanya si macan dengan bahasa kalbu.

*Caelah, kalbu gak tuh.*

*Telepati dung.*

BRAK...

Bukannya menjawab, Vany malah menendang si macan dengan kuat hingga tubuhnya terpental cukup jauh.

Si macan yang marah tentu langsung membalas serangan Vany dan akhirnya pertarungan sengit pun di mulai.

****JDYAR****...

Macan tutul putih memang sangat terkenal dengan petir putihnya, dan Vany hampir saja mencicipi rasa sengatan petir itu jika dirinya tidak segera menghindar tadi.

"Sepertinya ini waktu yang bagus untuk mencoba alat baruku." Vany tersenyum dan mengambil sebuah benda persegi panjang di saku celana panjangnya.

Alat itu adalah alat yang dulu pernah ia buat di dunianya yang lalu. Alat kejut listrik dengan frekuensi yang cukup tinggi.

Vany belum mencobanya, tapi sepertinya macan ini cocok di jadikan monyet percobaan untuk alatnya ini.

JDYAR...

RAOR...

Suara jeritan sang macan terdengar sangat kencang hingga mengalihkan perhatian beberapa yang jaraknya saja cukup jauh dengan mereka.

Luke dan Aelly yang melihatnya lantas ternganga. "Macan tutul putih yang kekuatan utamanya adalah petir, bisa di kalahkan dengan petir? Tapi darimana dia mendapatkan petir itu?"

Seharusnya Luke sudah tidak terkejut lagi dengan Vany, karena gadis itu memang selalu bisa membuat alat-alat aneh, namun hebat.

Namun, menghasilkan petir? Luke tidak bisa untuk tidak terkejut untung hal itu, walaupun dia adalah Ellvany Andisti Morsue sekalipun.

Setelah berhasil membunuh macan tersebut, Vany segera mengambil inti kekuatan hewan itu atau seseorang akan datang dan menyakan tentang jeritan sang macan.

"Ada apa ini?"

Nasib s*al untuk Vany karena seorang alpha laki-laki tiba-tiba datang, sepertinya ia adalah teman Derlina karena mereka mengenakan seragam yang sama.

"Vany, kamu tidak apa-apa kan?"

Vany langsung saja melototi Derlina yang terlihat khawatir dan hendak berjalan mendekatinya.

"Putri Derlina terlalu baik. Saya tidak apa-apa, terimakasih atas perhatiannya." Vany tersenyum manis lalu membungkuk ala bangsawan, bersikap seolah mereka adalah orang asing.

Derlina sadar jika Vany ingin menyembunyikan identitas nya, namun jika seperti itu ia akan sulit untuk menjaga sang adik.

"Kalian mengabaikan ku? Apa yang terjadi hingga macan tutul putih meraung sekencang itu?" ucap Alpha yang datang bersama Derlina dengan tatapan datar dan nada suara yang terlampau dingin.

Luke dan Aelly yang sudah berada di samping Vany hanya bisa saling pandang. Mereka tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya atau Vany akan dalam masalah.

"Macan itu meraung karena seranganku," jawab Vany lugas tanpa ada rasa gugup dan takut sedikit pun.

Mata laki-laki menajam. "Benarkah? Apakah dirimu sekuat itu hingga hanya dengan sebuah serangan saja bisa membuat macan tutul putih meraung sekencang itu. Kalian pasti menyerangnya bersamaan kan."

Derlina mendelik tak suka pada teman satu kelasnya itu. "Enak saja kalau ngomong, keturunan Morsue memang sekuat itu tau! Bahkan lebih kuat dari itu." maki Derlina dalam hati kepada Alpha menyebalkan yang s*alnya adalah Alpha yang pernah ia cintai.

Sang empu yang di tuduh hanya menghela nafas panjang lalu berkata. "Anda tidak percaya jika saya bisa?" Sontak Alpha itu mengangguk. "Tentu saja."

"Anda belum melihat kemampuan saya, bagaimana anda bisa seyakin itu?"

"Hanya seorang omega saja, bagaimana mungkin bisa mengalahkan macan tutul putih yang sangat kuat? Apalagi menghadapi petirnya," jawab si Alpha remeh.

Vany tersenyum. "Sepertinya anda lupa jika putri Derlina juga adalah seorang omega, namun beliau sangat kuat seperti Alpha dewasa."

Alpha itu terlihat tak suka dengan tatapan Vany padanya. "Memangnya kamu pantas disamakan dengan Derlina? Dia adalah putri kedua kerajaan Morsue, tentu saja dia bukan omega biasa."

"Lalu kau kira adikku putri kerajaan mana?!"

Vany terkekeh mendengarnya. "Semua orang yang ada disini adalah pangeran dan putri dari sebuah kerajaan. Apakah anda tidak berpikir jika mungkin saja saya adalah putri dari kerajaan hebat yang mungkin saja menuruni kekuatan dari kerajaan saya?"

"Cih, tidak mungkin," elah sang Alpha pada kemungkinan yang bisa saja benar-benar terjadi.

"Terserah anda jika begitu, mohon maaf saya harus pergi sekarang." Vany langsung pergi di ikuti kedua temannya setelah mengatakan itu.

Sejujurnya Vany bukanlah orang yang pandai dalam berdebat, jadi lebih baik ia pergi atau semuanya akan terbongkar sekarang juga.

Masa bodohlah ia dengan teman sang kakak yang terlihat kesal, ia tak peduli.

Terpopuler

Comments

faquuu Fidinn

faquuu Fidinn

cemungut

2023-06-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!