Chapter 16

Marka senang tentu saja mendapatkan pelukan se-erat ini dari Vany. Hanya saja, ia sedikit khawatir karena keponakan bungsunya itu tiba-tiba menangis.

"Hei, ada apa? Apakah ada sesuatu yang mengganggumu? Ayo cerita dengan paman."

Yang di tanya tak kunjung menjawab, ia malah semakin mengeratkan pelukannya.

Tangan besar berurat milik Marka mengusap rambut Vany dengan lembut. Ia tau, yang di butuhkan oleh omega muda itu sekarang hanyalah sebuah pelukan hangat yang bisa membuatnya tenang.

Merasa jika Vany sudah lebih tenang, Marka pun sedikit memberikan jarak di antara mereka untuk menatap wajah sembab Vany.

"Sekarang katakan, apakah Beta itu melakukan atau mengatakan sesuatu yang membuatmu sakit hati?" Dengan lembut, Marka mengusap pipi yang telah basah oleh air mata itu.

Yang ditanya pun akhirnya mengangguk. "Dia bilang, kelahiranku adalah sebuah kesialan. Mommy dan Daddy meninggal karena aku, dan dia bilang jika paman dan kedua kakak juga membenciku karena itu." Air mata yang tadi sempat surut, kini kembali menggenang.

"Hei hei hei, dengarkan paman." Marka menangkup wajah mungil Vany dengan kedua tangan besarnya.

"Kelahiranmu bukanlah kesialan, tapi anugerah. Kelahiranmu adalah anugerah untuk bangsa kita."

"Asal kamu tau Vany, kelahiranmu telah dinanti-nantikan sejak ratusan tahun yang lalu," lanjutnya yang malah membuat Vany bingung.

Oh, tentu saja raut kebingungan itu hanya akting belaka karena sejujurnya ia memang sudah tau atau lebih tepatnya sudah bisa menebak siapa dirinya yang sebenarnya.

Melihat raut wajah Vany yang kebingungan membuat Marka tersadar. "Sudahlah, kamu jangan memikirkannya. Yang perlu kamu tau adalah, kami sayang dan mencintai kamu dengan tulus." Sebuah usapan lembut mendarat dengan halus di kepala Vany.

"Ternyata begini ya rasanya memiliki paman yang baik dan perhatian."

Setelah berbicara dengan Marka, kini Vany bersama dengan Luke telah berada di dalam ruang rahasia milik Vany yang tidak di ketahui siapapun termasuk Marka dan Olla.

"Wah, aku adalah orang pertama yang kamu ajak kemari? Jadi kamu benar-benar mempercayaiku?!" Seru Luke penuh semangat.

Vany tidak menjawab, namun ia diam-diam tersenyum tipis melihat sahabatnya itu yang sangat excited.

"Eoh, benda aneh apa ini?" Luke mengambil sebuah benda pipih berbentuk persegi panjang yang ada di atas meja.

Benda itu terlihat sangat asing di pengelihatan seorang Luke Xlyn, atau lebih tepatnya di pengelihatan makhluk asli dunia ini.

Vany mengambil benda itu dari tangan Luke lalu menyalakan nya, membuat Luke terkejut. "AAAA, BENDA ITU MENGELUARKAN CAHAYA!!" Alpha muda itu panik.

Vany yang melihatnya hanya mendengus kesal. "Tidak usah panik, benda ini memang seperti itu."

"Ini namanya handphone. Sebenarnya kegunaannya untuk berhubungan jarak jauh, tapi karena disini tidak ada sinyal, maka benda ini hanya bisa untuk mengambil gambar dan suara saja." Vany membuka kunci di handphone itu lalu membuka aplikasi kamera.

*Cekrek...

Tubuh Luke membeku saat flash hp itu menyala dengan suara aneh yang terdengar.

Vany membalik handphone nya dan menunjukkan hasil foto yang ia ambil kepada Luke.

"AAAAAA... BENDA ANEH INI BISA MENANGKAP GAMBARKU!!"

PLAK...

"Bisakah kau tidak berteriak?! Telingaku sakit mendengarnya," marah Vany.

Yang di marahi malah berkacak pinggang. "Bagaimana aku tidak berteriak? Benda aneh itu bisa mengeluarkan cahaya dan bisa meniru wajahku."

Seharusnya Vany maklum dengan respon Luke, tapi menurutnya, laki-laki itu sedikit berlebihan.

"Tapi benda ini sangat keren." Mata Luke berbinar.

"Aku akan memberikan satu benda ini padamu dan akan aku jelaskan bagaimana cara kerjanya. Tapi sebelum itu, kita harus melakukan sesuatu yang sangat penting."

Vany membawa Luke ke pojok ruangan sebelah laki-laki itu menyentuh barang-barang nya yang lain.

Kini kedua remaja itu telah berdiri di depan sebuah baskom antik besar yang di dalamnya terdapat air yang mengeluarkan banyak asap.

"Berikan pedang mu."

Alis Luke berkerut, "Untuk apa?"

"Berikan atau segera keluar dari sini?" Ancam Vany.

"Baiklah-baiklah, akan aku berikan."

Vany segera menuang racun yang sebelumnya Luke berikan ke dalam air itu, lalu ia memasukkan seluruh tubuh pedangnya dan Luke kecuali bagian pangkal ke dalam sana.

"Biarkan pedang ini tetap disini, besok kita kembali dan mengambilnya."

"Eoh, hanya seperti ini? Kukira kita akan melakukan sesuatu yang seru seperti berlatih pedang atau apa."

"Kita tidak akan berlatih pedang, tapi aku akan memperlihatkan beberapa barang bagus. Apakah kamu tertarik?"

"Apakah benda bagus itu seperti benda tadi?"

Vany mengangguk pelan. "Tidak mirip, hanya saja, ya seperti itu." Vany tidak tau bagaimana cara menjelaskan nya jadi ia 'iya'kan saja pertanyaan Luke.

"Dududu~ Dududu~" Luke bersenandung senang sambil berjalan menuju kamarnya di dampingi sang mengawal yang terlihat sibuk membawa sebuah bungkusan besar yang Luke dapatkan dari Vany.

Luke mendapatkan begitu banyak barang-barang aneh dan unik dari gadis itu.

"Pangeran, sebenarnya apa saja yang putri Vany berikan kepada anda? Benda-benda ini terasa sangat ringan tapi memiliki jumlah yang banyak."

"Hanya beberapa mainan saja."

Mainan? Biasanya jika Luke menyebut mainan, maka benda itu pasti adalah sebuah senjata tajam. Lalu apakah benda-benda didalam kantung itu adalah senjata tajam? Tapi jika dirasakan, benda-benda itu sepertinya bukan benda berbahaya.

"Apa kamu baru saja mengemis di kerajaan Morsue? Benda apa yang pengawal mu bawa itu?"

"Salam Ayah raja." Luke membungkuk untuk memberi salam kepada sang ayah.

Di dalam hatinya, Luke sudah mendengus malas. Ia sangat merasa tidak beruntung karena harus berpapasan dengan sang ayah yang sepertinya baru saja selesai melakukan rapat dengan beberapa tetua dan petinggi kerajaan.

"Kamu belum menjawab pertanyaanku pangeran."

"Ini hanya beberapa mainan yang saya dapatkan dari putri ke-tiga. Apakah ada masalah Ayah raja?" jawab Luke terdengar sedikit sarkas.

"Mainan? Berapa usia mu sekarang, masih saja suka dengan mainan anak kecil," raja Xlyn mendengus kasar dan itu hanya di tanggapi Luke dengan raut wajah tak kalah sinis dari sang ayah.

"Apakah ayah raja pernah mendengar tentang 'masa kecil kurang bahagia' ? Aku rasa aku juga merasakannya," kalimat sarkas itu tak digubris sama sekali oleh raja Xlyn.

Raja dari kerajaan yang tidak bisa dikatakan kecil itu hanya menganggukkan kepala kecil, lalu berlalu pergi begitu saja.

Luke yang melihatnya hanya mendengus. Ia memilih seorang ayah tapi rasanya seperti anak yatim-piatu saja.

"Pangeran, apakah anda baik-baik saja?" tanya sang pengawal khawatir.

Yang ditanya pun memasang senyum tipis. "Tidak apa-apa, ayo kita pergi ke kamarku. Aku tidak sabar mencoba mainan baruku."

Sang pengawal hanya patuh mengikuti langkah Luke yang terlihat lebih cepat, tidak sesantai seperti tadi. Bahkan laki-laki itu sudah tak bersiul dan bersenandung senang seperti tadi.

Terpopuler

Comments

faquuu Fidinn

faquuu Fidinn

Ada apa dengan Luke dan ayahnya?

2023-06-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!