Raja berdiri sembari menatap Adifa yang terlelap dalam tidurnya. Ia menyelimuti tubuh sang istri dengan selimut tebal agar gadis yang tengah meringkuk itu tidak kedinginan.
Dirinya melepaskan seluruh pakaian yang ia kenakan satu persatu, dan dengan santainya Raja berjalan menuju kamar mandi dalam keadaan nαk€d.
Salah satu sudut bibir pria itu tertarik ke atas, ia tertawa dalam hati membayangkan sang istri yang berteriak jika melihat tubuhnya yang tidak tertutupi sehelai benang pun. Langkah lebar Raja membawa pria itu ke dalam kamar mandi, ia mulai menyalakan shower dan menikmati setiap rintik air yang membasahi kulitnya.
Raja memejamkan mata, kepala pria itu mendengak. Membiarkan air yang mengucur dari shower menyentuh wajahnya. Pikiran kotor tiba-tiba melintas di kepala Raja. Bayangan dirinya dengan sang istri yang berada di bawah shower sambil memadu kasih berputar mulus.
"Oh sh!**! Apa yang kupikirkan. Sepertinya aku benar-benar jadi pria mesum." Raja m€r€mαs surai hitam legamnya.
Pria itu tidak ingin berlama-lama di dalam kamar mandi, benar apa kata orang jika di kamar mandi banyak setannya. Karena semenjak ia menginjakkan kaki di dalam kamar mandi, dari situlah otak cemerlangnya mulai membayangkan hal-hal yang menyenangkan. Eh, maksudnya hal yang mesum.
Tangan Raja menggosok setiap inci kulitnya dengan menggunakan shower gel. Pria itu buru-buru membasuh tubuhnya dengan air yang mengucur dari shower, begitu busa-busa yang menutupi permukaan kulitnya luruh, ia segera mematikan alira air dan menarik handuk untuk mengeringkan tubuh kekarnya.
Kaki Raja melangkah keluar, ia telihat segar dengan rambutnya yang basah. Pria itu pergi mengenakan pakaian tidur dan mulai bergabung ke atas ranjang bersama istrinya yang tengah terlelap.
"Besok Mas tagih hutangmu, Dek," bisik Raja di telinga sang istri.
Pria itu masuk ke dalam selimut yang juga menutupi tubuh Adifa. Ia mengecup kening istrinya sebelum memejamkan mata dan ikut bergelung di dalam indahnya dunia bawah sadar.
Malam sunyi menemani lelapnya kedua insan yang sedang tidur sambil berpelukan. Pria yang butuh pegangangan hidup itu tidak sadar mendaratkan tangannya di atas bukit sang istri.
Kepala Raja bergerak mencari tempat yang nyaman tanpa sadar, ia masuk ke ceruk leher Adifa yang dirasanya hangat. Tidak ada rasa terganggu sedikit pun, gadis itu malah menggeliat sebentar, lalu mempererat pelukannya dengan kaki yang melingkar di pinggang sang suami.
Waktu terus berputar, matahari mulai menunjukkan dirinya dengan malu-malu. Hangatnya mentari tak begitu terasa karena sinarnya terhalang oleh gorden yang menutupi jendela kamar di apartemen Raja.
"Eungh." Tubuh Adifa menggeliat, ia masih enggan membuka mata.
Tangan Adifa meraba-raba sesuatu yang keras, ia mengendus-ngendus tempat yang dijadikannya sebagai sandaran. "Kok keras? Bantal model apa ini?" ucap gadis itu dalam hati.
Kesadaran yang masih di awang-awang tidak membuat gadis itu sadar apa yang menjadi bantalnya. "Kok keras ya?" Tangan Adifa masih terus meraba, sampai sebuah suara menghentikan gerakan tangannya.
"Dek, jangan pancing-pancing Mas," ucap Raja dengan suara serak khas bangun tidur.
Deg!
Adifa langsung membuka mata lebar, ia langsung duduk dan membalik badan untuk melihat apa yang ia tiduri. Mulut gadis itu menganga saat melihat Raja yang tersenyum mesum ke arahnya sembari menaik turunkan alis.
"J-jadi, aku tidur di atas perut Mas?" Adifa menunjuk perut suaminya.
Raja dengan santai menganggukkan kepala seraya mengubah posisi berbaringnya menjadi miring. Ia menyanggah kepalanya dengan satu tangan untuk melihat ekspresi terkejut sang istri yang terlihat lucu di matanya.
"Gimana? Enakkan tidur bareng, Mas. Kamu bisa ngerasain nikmatnya berbaring di atas roti sobek punya Mas." Raja tersenyum nakal ke arah Adifa.
"Apanya yang enak! Keras begitu," ucap Adifs menyangkal.
"Itu tandanya perut Mas bebas dari lemak yang bergelambir. Memang kamu mau punya suami yang perutnya buncit?" Pria itu menjungkitkan alisnya.
"Mau aja, memangnya kenapa kalau perut buncit? Eh kok aku bisa ada di sini? Bukannya kita masih di—"
"Mas yang menggendong kamu ke sini, romantiskan?" ucap Raja memotong ucapan istrinya dengan tersenyum bangga.
Adifa membuang wajah ke samping untuk menghindari ekspresi songong sang suami. Gadis itu malas sekali rasanya untuk meladeni Raja, ia mengambil ancang-ancang untuk berdiri. Namun, suara Raja menginstrupsi gerakannya.
"Mau kemana? Kamu masih ada hutang sama, Mas!"
Spontan gadis itu kembali menoleh ke arah suaminya, ia menatap Raja dengan bingung. Hutang apa yang dimaksud oleh pria itu? Bukannya sudah dibayar ketika berada di warung bakso? Pikir Adifa.
"Bukannya udah dibayar ya? Kan kita ...." Adifa mengerucutkan kedua tangannya lalu menyantukan kerucutan itu menjadi seperti gerakan orang yang sedang berciuman. "Di warung bakso, apa Mas lupa?!" lanjut Adifa dengan dagu terangkat.
Raja tersenyum kecil, ia beranjak duduk dan menarik bahu istrinya. "Mas tidak lupa, kamu yang lupa mau pijitin Mas." Jari telunjuk pria itu menjawil pucuk hidung Adifa.
Adifa spontan memundurkan badan, ia menepis tangan Raja dari kedua bahunya. "P-pijitin?"
Kepala Raja mengangguk. Sementara itu, Adifa baru teringat dengan permintaan Raja sebelum mengantarnya pergi ke warung bakso. "Astaga! Aku lupa. Tenang-tenang, cuma mijitin kok." Gadis itu berusaha menenangkan dirinya.
Adifa memperbaiki ikatan rambutnya, Raja yang melihat hal itu meneguk salivanya dengan susah payah. Adifa terlihat sangat s€xy saat mengibaskan rambutnya yang panjang, gerakan itu terlihat seperti slow motion di mata Raja.
"Wah!" Raja berdecak kagum.
"Ayolah Difa pijitin, sebentar aja ya, Mas. Jangan lama-lama." Adifa mangacungkan jari telunjuknya ke arah sang suami.
"Siap, Dek!" sahut Raja semangat.
Pria itu mulai melucuti pakaian yang menempel di tubuhnya, Adifa jadi panik sendiri menyaksikan itu, apa lagi saat tangan Raja hampir menurunkan celana yang dikenakannya.
"Stop! Mas mau dipijitin apa mandi?! Kok buka semuanya!" gerutu Adifa dengan wajah tidak bersahabat.
"Biar enak mijitnya, Dek." Raja menjawab dengan santainya.
Pria itu berniat melanjutkan gerakannya. Namun, sang istri kembali mengintrupsi. "Kalau Mas buka celana ... Difa tidak mau pijitin!" ancam Adifa dengan mimik wajah serius.
Terdengar helaan napas Raja setelah diancam istrinya. Ia tidak jadi melepas celananya. "Ya sudah, nih pijitin punggung Mas. Jangan komplain lagi karna Mas tidak pakai baju," ucap pria itu seakan tahu jika sang istri akan kembali protes.
"Mas balik badan gih! Masa mau dipijitin hadap-hadapan." Adifa memutar bola mata malas.
"Iya, Dek. Ngomel terus, kurang dicium kayaknya," kata Raja dengan suara mengecil.
Tangan Adifa mulai menyentuh punggung suaminya, ia menekan dengan gerakan ke atas dan ke bawah.
"Ah yahh, mantep Dek."
"Uh yahhh di situuh tuh, ah enaknya."
"Mas! Jangan lebay suaranya, ngeselin banget. Nih rasain!" Adifa memijit punggung suaminya dengan kekuatan super.
"Aw, Dek. Kukumu bisa-bisa nancep di punggung Mas."
Spontan Adifa menarik tangannya, benar saja tanpa sengaja ia melukai kulit punggung suaminya yang putih nan bersih.
"Maaf, Mas. Difa tidaj bermaksud." Adifa menundukkan kepala merasa bersalah.
"Tidak apa—"
Ting tong! Ting tong!
Suara bel berbunyi, membuat ucapan Raja terpotong. "Siapa yang datang sepagi ini? Dasar orang sinting!"
`
`
`
Kira-kira siapa yang datang ke apartemen Raja?
Hai-hai zeyeng, ada yang kangen sama othor? Eh maksudnya babang Raja dan Difa? 🙊😂
Jangan lupa angkat jempole yo zeyeng, komen juga boleh🙈😘 lope sekebon zeyeng-zeyengk😍😍😍😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ𝗚ˢ⍣⃟ₛ
jangan 2 tamu pagi harinya mama Raja🤭🤔🤣🤣
2023-08-31
0
Yayang Lop3♡ Risa
Raja perhatian sekali menyelimuti Exie sang istri
2023-08-15
0
@ Yayang Risa Selamanya
Raja menyelimuti istrinya supaya tidak kedinginan
2023-08-15
0