Hingga akhirnya, pandangan Adifa semakin buram.
"Dek!" pekik Raja.
Hampir saja tubuh Adifa terjerungup ke lantai, untungnya Raja memegang pinggang serta bukit kembar milik istrinya dengan erat. "Dek Difa, kamu kenapa?!" Raja bertanya pada sang istri, ia berpikir jika Adifa merasakan lemas pada kedua kakinya. Akan tetapi, karena tidak mendapati sahutan, Raja jadi bingung dan memilih untuk melakukan kontak fisik agar Adifa menyahutinya.
"Dek, Dek?" Raja membangunkan istrinya dengan cara menekan bukit kembar Adifa.
Pria itu benar-benar tidak ingin memubazirkan kesempatan yang ada. Dari banyaknya anggota tubuh yang bisa disentuh untuk membangunkan sang istri, Raja malah menjatuhkan pilihannya pada bukit kembar milik Adifa. Raja menepuk pelan pada gundukkan medium size itu. Ia menepuk layaknya menyadarkan orang yang sedang tertidur, bedanya adalah Raja menepuk pada bagian yang sensitif.
"Pingsan ya, Dek?"
Sungguh, Raja sudah terserang virus mengesalkan yang bernama on tambah on alias oon.
Mengetahui sang istri tidak sadarkan diri, membuat Raja mengambil tindakan bijak. Yaitu, mengangkat tubuh Adifa dan meletakkannya di atas ranjang. Sebelum mengangkat tubuh istrinya, Raja membuat tanda cinta pada leher Adifa. Sangat bijak perbuatan Raja, ia benar-benar menjadi orang yang tidak suka menyia-nyiakan kesempatan.
Raja membawa tubuh yang hanya tertutupi oleh pengaman segitiga itu ke atas ranjang. Raja menahan agar air liurnya tidak menetes. Bagaimana tidak, jika matanya disuguhkan dengan pemandangan bukit indah yang melambai-lambai minta disentuh.
"Masih disentuh begini saja kamu pingsan, Dek. Gimana kalau si Bro masuk ke rumahmu. Bisa-bisa langsung tewas." Raja menggeleng-gelengkan kepalanya.
Pria itu menarik selimut untuk menutupi tubuh Adifa. "Sebenarnya tidak baik menutupi indahnya ciptaan Tuhan, tapi ... dari pada kamu masuk angin," ucap Raja bermonolog.
Wajah tampan Raja tampak menekuk, ia seperti sedang berpikir. "Aku belum pakai apapun, kamu juga hanya pakai segitiga berenda. Kalau di DP sekarang boleh tidak, Dek? Kata si Bro dicicil dulu, soalnya yang mau dibayar banyak."
Raja menarik pelan selimut yang menutupi tubuh sang istri. "Tenang, Dek. Kamu tidak akan masuk angin, karena aku yang hangatin kamu."
Pria itu seperti orang tidak waras yang berbicara pada orang pingsan. "Mas buka ya, Dek. Biar nyicilnya enak," kata Raja. Ia meletakkan tanganya pada pinggang segitiga berenda milik Adifa.
"Eh, buka punyaku dulu deh." Raja menarik kembali tangannya dari pinggang sang istri dan beralih pada handuk yang melingkar di pinggangnya.
Srak! Puk!
Raja melempar handuk putih yang dikenakannya ke sembarang tempat hingga kain lembut itu mendarat di atas lantai yang dingin.
"Bro, udah tidak lesu lagi ya," ucap Raja seraya melihat ke arah miliknya. "Sekarang kita buka tirai rumah Difa." Pria itu dengan semangat menggerakkan tangannya.
Belum sempat menarik segitiga berenda milik sang istri, sebuah teriakkan yang diiringi dengan tindakkan membuat tubuh Raja terjengkang ke belekang.
"HIYAK!" teriak Adifa dengan kencang seraya mengayungkan kakiknya ke arah Bro milik sang suami.
Bugh!
"AW ****! SENJATAKU!" pekik Raja kesakitan.
Adifa yang sedari tadi hanya berpura-pura pingsan langsung meloncat dari atas ranjang, ia mengambil handuk milik Raja yang berada di bawah kakinya lalu melilitkan handuk itu ke tubuh yang hampir di bajak oleh sang suami.
"Dek, ahh, kamu kok gitu." Raja meringis memegangi miliknya yang nyut-nyutan sehabis dicium oleh kaki istrinya.
Adifa berdiri di tepian ranjang sambil bersedekap dada, menyaksikan Raja meringkuk sambil memegangi si Bro yang terkena tendangan maut.
"Dek, kayaknya si Bro patah." Raja membuka sedikit tangannya yang menutupi si Bro untuk mengecek.
"Masa sih? Coba lihat!" Kepala Adifa maju ke depan untuk melihat bagian yang dikatakan patah oleh suaminya. "Kayak begini patah?"
"Iya, Dek. Coba perhatikan nih!" Tangan Raja mengangkat si Bro untuk menjukkannya ke sang istri.
"Bentuknya masih sama seperti kemarin," gumam Adifa.
Namun, sedetik kemudian. "AAA MATAKU TERNODAI DENGAN CACING." Adifa berlari meninggalkan Raja.
Gadis itu sampai terpentok sudut nakas yang berada di dekatnya karena berlari dengan terburu-buru. "Uh! Jempolku," aduh kesakitan Adifa. Namun, gadis itu tetap melanjutkan aksi berlarinya menuju kamar mandi.
Di samping itu, Raja terbengong melihat kelakuan sang istri yang berlari kabur darinya, ia hanya bisa diam. Rasa sakit pada senjatanya tak kunjung minggat. Jadilah ia meredakan rasa sakit itu dengan menahan diri untuk tidak menyusul Adifa ke dalam kamar mandi.
"Mau masuk rumah ada aja cobaannya," keluh Raja. Pria itu menarik napas dalam sebelum beranjak dari tempat tidurnya.
Rasa malu Raja yang sudah menguap entah ke mana membuatnya tidak malu berjalan tanpa sehelai benang pun. Pria berwajah tampan itu dapat berjalan dengan santai karena nyeri yang ia rasakan sudah mereda.
"Dek, buka pintunya!" Raja menggedor pintu kamar mandi yang terbuat dari kaca.
Adifa mendengus sebal, sudahlah pakaian serta kacamata bukitnya tertinggal di luar. Eh, ditambah sekarang Raja malah mengetuk pintu kamar mandi.
"Mas, udah dong. Capek tau menghadapi Raja Mesum," rengek Adifa yang bersembunyi di balik pintu kamar mandi. "Mau Difa sleding lagi tuh pentungan!" Ancam gadis itu.
Spontan Raja memegang senjatanya. "Kalau disleding, bisa-bisa bengkok punya Mas."
Kedua orang itu terus saja berbicara dengan pintu yang menjadi penghalang. "Dek buruan, Mas pakai baju dulu. Kamu jangan lama-lama ya. Mas sudah lapar, habisnya pizza sebesar itu kamu santap sendiri."
"Iya, makanya jangan gangguin mulu! Jadinya kan makin lama," teriak Adifa dari dalam kamar mandi.
"Buruan!"
"Iya!!!" balas Adifa dengan suara yang lebih lantang.
"Dosa teriak-teriak sama suami!" balas pria itu sebelum beranjak pergi.
Adifa tidak menyahuti Raja agar perdebatan ini tidak semakin panjang kali lebar. Dan benar saja, suara suaminya tidak lagi terdengar.
Dirasa sudah aman, gadis itu membuka pintu kamar mandi dengan perlahan. Kepala Adifa menyembul dari balik pintu, ia celingak-celinguk ke kanan dan ke kiri. Sang suami tidak ada di kamar, lebih tepatnya sedang memakai baju di ruang ganti.
"Fyuh, aman." Adifa mengusap dadanya lega. Ia melangkah keluar dan buru-buru mengambil pakainnya yang tertinggal di atas tempat tidur.
Gadis itu kembali masuk ke dalam kamar mandi, tidak lupa ia mengunci pintu untuk menghindari kedatangan Raja yang tiba-tiba layaknya jelangkung.
"Oke udah siap!" ucap Adifa dengan semangat.
Ia keluar dalam keadaan sudah berpakaian lengkap. Pada saat itu pula Raja muncul dari pintu ruangan mengganti baju.
Mata Adifa tersajikan dengan penampilan suaminya yang tampan dan juga keren. Jaket hitam serta kaus berwarna putih sebagai dalaman membuat Raja terlihat sangat keren, ditambah model sisiran rambut ala Zayn Malik semakin menambah ketampanan Raja.
"Mas kelihatan ganteng ya?" Raja memasang wajah tengil. Tangan pria itu menjawil dagu Adifa yang sempat terpanah oleh ketampanannya.
`
`
`
Bersambung ....
Ampun deh lihat dua orang ini😪 Babang Raja itu pentungannya mau dikerangkengin! Biar gak nakal😒 Adifa masih ting-ting, jangan sistem sat set sat set dong.
Hayuk readers, angkat jempolnya😍
Lope-lope sekebon zeyeng-zeyengku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Pancaranⁱⁿᵈᵃʰ ♭⌰ℼℊ⍺Gesfa
Hmmm gak mau nyia - nyiain kesempatan ya? bener - bener ni orang
2023-11-29
1
☘❄Butiranʰᵘʲᵃⁿ↯⍺ℓⅉ⌰Ersa⛄
Gue jadi kesel sama tangan pak sunya itu bener - bener ya gak boleh gak belok dikit pun
2023-11-29
1
𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ𝗚ˢ⍣⃟ₛ
astaga Difa masak itu dedek misua disleding kalau patah bahaya Lo🤣🤣🤣
2023-08-30
1