Adifa mengucek matanya saat terdengar suara kericuhan yang berasal dari depan rumah. Gadis itu membuka kunci kamarnya, saat ia berada di ruang TV terlihat pria yang semalam ia tolong masih menutup mata.
"Ada apa ini ramai-ramai, Pak, Buk?" tanya Adifa dengan wajah bingung.
"Kamu kelihatannya saja polos, ternyata oh ternyata suka main dengan sembarang pria saat Ibu dan Ayahmu sedang tidak ada di rumah," hardik Ibu berdaster merah.
Ibu berdaster merah mirip sekali dengan hantu legendaris dari negara A, yaitu kuntilanak merah. Wajah dan ucapannya sangat mengerikan. Alias sama menyeramkannya.
Wajah Adifa menujukkan kebingungan, dan ia semakin heran saat melihat pak
Lurah turut hadir di hadapannya.
"Jadi begini, Dek Ad—"
"Ada apa ini? Kok pada ngumpul di depan rumah saya?" tanya bu Ratna, ibunya Adifa.
"Iya, ada apa ya Pak Lurah?" Anto selaku ayahnya Adifa terlihat bingung, pagi-pagi begini sudah ramai saja rumahnya dengan para warga.
"Nah, kebetulan sekali ada Ibu dan Ayahnya Adifa," lanjut pak Lurah yang ucapannya tadi sempat terpotong karena kehadiran kedua orang tua Adifa. "Jadi begini, Pak Anto dan Bu Ratna. Salah satu warga kita melihat Adifa memasukkan seorang pria ke dalam rumah tadi malam," ujar pak Lurah.
"Apa? Tidak mungkin, Pak Lurah. Anak sematawayang saya ini baik, tidak mungkin melakukan hal itu," bela ayah Adifa.
Adifa menganggukkan kepalanya, setuju dengan apa yang diucapkan oleh sang ayah. Namun, sedetik kemudian wajahnya berubah pias mengingat ia memang membawa pria asing masuk ke dalam rumah semalam.
"Tapi, Pak Anto ... sudah ada bukti berupa foto," tambah pak Lurah.
"Sekarang sudah zaman modern, Pak Lurah. Semua serba canggih. Apa-apa bisa diedit, istri saya yang kuning langsat saja bisa jadi putih pucat di poto profil Facebook-nya."
Plak!
Satu tepukan mendarat mulus di lengan pak Anto, Bu Ratna beralih ke pada Lurah kampungnya.
"Benar juga apa yang dikatakan oleh suami saya, Pak. Bisa saja itu poto editan," ucap bu Ratna mendukung suaminya.
Pak Lurah menganggukkan kepalanya. "Begini saja, biar lebih jelas—kita masuk saja ke dalam rumah Bapak dan Ibu. Bagaimana?" tawar pak Lurah.
Kedua orang tua Adifa mengangguk setuju, mereka berdua yakin jika putrinya tidak mungkin melakukan apa yang tuduhkan warga desa terhadap Adifa.
Wajah gadis itu berubah pucat, ketika ibu dan ayahnya mempersilahkan warga itu masuk. Adifa yang masih berdiri di ambang pintu tersentak kaget saat suara ibunya menyadarkannya.
"Difa! Minggir! Biar semuanya masuk dan lihat kalau kamu itu tidak melakukan apa yang mereka tuduhkan," ucap bu Ratna.
"I-iya, Bu." Adifa menggeser tubuhnya dengan enggan.
Baru saja para warga ingin melangkah masuk. Namun, semua urung karena pria yang dimaksud oleh warga muncul dari balik pintu.
"Tuh! Benarkan," ucap salah satu warga.
Lalu suara bisik-bisik mulai terdengar dari para warga yang hadir. Bahkan pak Lurah menggelengkan kepala tidak percaya.
"Kalian siapa ya?" tanya pria itu.
"Hei, harusnya saya yang tanya ke kamu, kamu itu siapa? Ngapai masuk ke dalam rumah kami? Atau jangan-jangan kau penjahat yang mencoba melukai putriku!" Bu Ratna masih mencoba berpikir positif di tengah suara sumbang para warga.
"Jelas-jelas anak dia tidak baik, masihhh aja dibela," sindir ibu berdaster merah.
"Bu, Pak ini tidak seperti yang kalian pikirkan. Dia adalah orang gila yang saya selamatkan, semalam pria ini terkapar di teras rumah Adifa," jelas Adifa.
"WHAT!? ORANG GILA? Enak saja! Aku ini waras," tangkis pria tampan berusia 25 tahun itu.
"Nah dengar sendirikan Pak Lurah? Pria ini waras, mana ada orang gila seganteng anak muda ini!" sambar ibu berdaster merah yang tidak henti menjadi kompor.
"Tidak, Bu! Dia memang orang gila. Semalam ucapannya tidak jelas," ucap Adifa dengan wajah panik.
Kedua orang tua Adifa hanya bisa diam, mereka menatap putrinya dengan tatapan kecewa. Adifa yang melihat itu menggelengkan kepalanya saat air mata ibunya terjatuh.
"Sudah kita nikahkan saja mereka, Pak! Jangan sampai menjadi aib di kampung ini," ucap teman ibu berdaster merah.
"Tidak mau! Dia itu orang gila, Adifa tidak mau menikah dengannya," tolak Adifa mentah-mentah dengan lelehan air mata.
Pria yang jengah terus disebut sebagai orang gila itu ikut angkat bicara.
"Jadi begini bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian," ucap pria itu mengangantung.
`
`
`
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
💜⃞⃟𝓛 ⏤͟͟͞R𝐙⃝🦜༄༅⃟𝐐ƙׁׅуα
main bawa masuk aja si jadikan begini,di fitnah,udh taulah mulut tetangga itu nyinyir lebih pedas dr cabai level berapapun
2023-11-24
0
ɴᴜ͜ᴀʜ
anakmu memang baik Pak, itu yang fitnes yang jahat! Suer.. tu yang fitnah minta di jitak pakek palu.
mereka bakal kawin dadakan kaanya ya?
2023-11-24
1
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Sefati Winari
Ekhem sorry, saran aja Yo jangan asal nuduh. Tapi kalau udah warga yang ngomong ya capek
2023-11-24
1