Pegangan Nakal

Adifa terkurung seharian di dalam apartemen mewah milik suaminya. Gadis itu memegangi perutnya yang terasa perih karena lapar.

Hening dan dinginnya malam membuat rasa lapar itu kian meronta-ronta. Bunyi perut keroncongan menjadikan pengingat bagi gadis itu untuk segera mengisi perutnya. Namun, apa mau dibuat? Jika ia tidak dapat menemukan sedikit pun bahan makanan untuk diolah menjadi makanan.

"Ke mana sih pria aneh itu? Jam segini belum pulang juga! Apa dia lupa kalau aku ini manusia yang butuh makan?" kesal Adifa dengan wajah ditekuk ke dalam.

Gadis itu memilih merebahkan dirinya di atas sofa yang berada di ruang tv. Ia jadi teringat akan toko baksonya yang ia kelola bersama Rosa. Mengingat hal itu, membuat sebulir air asin mengalir dari sudut matanya.

"Hiks, aku lapar dan ingin pulang," rengek gadis itu dibarengi dengan tangisan.

Srot!

Ia menyingkirkan ingusnya dengan menggunakan lengan baju yang ia kenakan. Ternyata sehabis menangis malah membuatnya semakin lapar.

"Memang suami durjana! Jika aku mati kelaparan, akan aku hantui kau setiap hari! Huaa laparnya."

Adifa yang terus mengeluh sambil menangis akhirnya tertidur di atas sofa dengan tubuh meringkuk seperti udang. Gadis itu bergelung di dunia mimpi yang membuatnya melupakan rasa lapar yang tengah melanda.

Sementara itu, Raja baru tiba di apartemennya. Pria itu menempelkan kartu akses masuk ke apartemennya, saat pintu terbuka ia langsung melangkahkan kaki masuk.

Mata pria itu menangkap Adifa yang sedang tertidur dengan mulut mangap. Jangan lupakan iler yang muncul di sudut bibir gadis itu.

Raja menghampiri istrinya, ia mengangkat tubuh kurus Adifa ke dalam gendongannya.

"Ayam goreng ... lapar," igau Adifa dengan memejamkan mata.

Pria yang baru bermain dengan wanita bayaran itu menatap wajah polos Adifa yang berada dalam gendongannya. Ia lupa jika di apartemennya tidak ada apapun selain minuman keras.

Raja bergegas membawa Adifa ke kamar, ia menurunkan tubuh istrinya ke atas kasur dengan hati-hati agar gadis itu tidak terbangun.

Tangan Raja menarik selimut untuk menutupi tubuh sang istri. Rasa bersalah mencuat begitu saja saat ia mendengar gemuruh dari perut Adifa.

Pria itu melihat jam yang melingkar di tangannya. "Pukul 2 pagi? Baiklah, masih ada pizza yang buka 24 jam," gumam Raja.

Ia merogoh sakunya untuk mengambil smart phone, lalu menekan nomor di layar pipihnya. Raja memesan 2 kotak pizza ukuran besar.

Tidak butuh waktu lama setelah beberapa menit memesan, terdengar bel dari luar yang menandakan jika pizza yang ia pesan telah tiba.

Raja mengeluarkan beberapa lembar uang dan memberikannya ke pada pria berpakaian merah itu.

Ia masuk kembali ke dalam apartemen, meletakkan pizza yang ia pesan ke atas meja makan. Raja memutuskan untuk memakan pizza-nya bersama sang istri besok pagi.

Pria itu kembali ke dalam kamar, ia memilih untuk membersihkan diri sebelum bergabung bersama istrinya di atas ranjang. Ia merasa tubuhnya begitu lengket karena aktifitas favorit yang tadi ia lakukan.

Air yang mengucur dari shower membasahi tubuh kekarnya yang polos tanpa sehelai benang pun. Ia menatap ke arah senjata andalannya.

"Hei, sabar ya bro. Kupastikan kau bisa masuk ke dalam rumahmu," ucap Raja pada sesuatu yang menggelantung di sela pahanya.

Pria itu mematikan shower saat acara membersihkan dirinya sudah selesai, ia mengeringkan rambutnya dengan menggunakan handuk putih. Pria itu mengenakan kaus serta celana bahan pendek.

Perlahan ia naik ke atas ranjang. Tangan Raja menyingkirkan surai panjang yang menutupi leher mulus Adifa. Kepala pria itu menyusup ke ceruk leher sang istri.

Tanpa permisi ia mengecup lama di leher mulus Adifa hingga meninggalkan bekas merah. Raja menarik kepalanya saat mendengar lenguhan sang istri, ia mengubah posisinya menjadi berbaring di samping sang istri.

"Kau milikku!" ucap Raja sebelum ia memejamkan mata.

"Ah! Hampir saja aku lupa. Aku butuh pegangan ketika tidur." Pria itu memeluk tubuh istrinya.

Tidak lupa ia meletakkan satu tangannya ke atas gunung kembar milik Adifa. Inilah yang pria itu maksud sebagai pegangan.

Di alam bawah sadar, Adifa bermimpi sedang di kejar oleh nyamuk raksasa. Ia berlari dari kejaran nyamuk besar itu demi menghidari serangan mulut nyamuk.

Bagaikan adengan sinetron, Adifa terjatuh saat berlari. Disaat nyamuk raksasa itu semakin dekat.

"Huahahaha."

Adifa kaget mendengar nyamuk raksasa yang bersiap-siap menyerangnya tertawa lebar dengan suara pria.

"Pergi kau siluman nyamuk!" teriak Adifa dengan lantang.

Tubuh Adifa beringsut mundur saat nyamuk itu bersiap menancapkan mulut tajam ke arahnya.

"Aaa!!!" pekik Adifa begitu mulut tajam nyamuk raksasa menancap tepat di dadanya.

"Hah ... hanya mimpi," ucap Adifa saat terbangun dari mimpi buruknya.

"Eh tunggu dulu, astagaaa!!!" pekik Adifa saat merasakan gunung kembarnya dihisap oleh seseorang, yang tak lain dan tak bukan adalah suaminya sendiri.

Spontan gadis itu mendorong kepala Raja yang berada di atas gunung kembarnya. "Tidur aja tetap mesum," geram Adifa.

Raja yang sangan mengantuk dan kelelahan, tidak terganggu dengan dorongan serta pekikkan sang istri.

Adifa menatap jam di dinding yang masih menunjukkan pukul 3 pagi. Ia menunduk, menatap bajunya yang basah akibat isapan Raja.

"Huh! Sabar Adifa, sabar ... orang sabar disayang ayang," ucap Adifa mengusap dada.

"Kok aku bisa ada di sini? Bukannya semalam aku ada di ruang tv? Apa dia yang memindahkanku ke kamarnya?"

Adifa terdiam saat perutnya kembali mengeluarkan bunyi keruyuk. "Hem laper, masih lama matahari terbit. Lebih baik aku tidur lagi agar ketika bangun aku bisa keluar dari tempat ini untuk membeli makanan."

Gadis itu mengambil guling, lalu meletakkannya di tengah-tengah ranjang. Ia menjadikan guling itu sebagai pembatas untuk berjaga-jaga agar hal tadi tidak terjadi lagi.

Adifa berusaha memejamkan matanya. Namun, upaya untuk kembali tidur tidak semudah yang ia pikirkan.

"100, 99, 98 ...." Adifa menghitung mundur agar rasa kantuk kembali menghampirinya.

Benar saja, setelah hitungan mudur di angka 50, ia sudah kembali tertidur. Tangan Raja meraba-raba sekitarnya dengan memejamkan mata, ia merasa ada sesuatu yang kurang. Ternyata, pegangangannya tergantikan oleh guling yang tidak seempuk gunung milik sang istri.

Pria yang masih memejamkan mata itu menggeser guling pembatas jauh-jauh darinya, lalu ia meletakkan telapak tangannya kembali ke atas gunung kembar Adifa.

Setelahnya, barulah Raja dapat tertidur pulas kembali. Kedua insan itu bergelung dalam mimpinya masing-masing.

Adifa tidak lagi bermimpi dikejar seekor nyamuk raksasa, kini gadis itu bermimpi sedang dipijat oleh seseorang yang tidak begitu jelas wajahnya.

Sedangkan Raja, bermimpi sedang mengarungi nikmatnya surga dunia bersama Adifa. Peluh membanjiri wajah pria itu, padahal hanya mimpi. Namun, terasa nyata bagi Raja.

`

`

`

Bersambung ....

Wah Raja, bener-bener nakal kamu👀

Readersku zeyeng, ojo lali jempole yo rek. Jangan lupa komen di kolom komentar 😁😘 kalau zeyeng suka sama novel ini, bisa klik tombol subscribe (❤+) agar mendapat notifikasi ketika cerita ini update😍

Gimana pendapat kalian tentang pria seperti Raja? Apa senjatanya layak mendapatkan rumah Adifa?

Terpopuler

Comments

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Arzita Mirage

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Arzita Mirage

Mungkin di pikirannya kamu itu Makhluk lain yang gak butuh makan kali

2023-12-18

1

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Lafega Sastaya

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Lafega Sastaya

Sad banget dah dengarnya kayak orang di penjara aja meski dalam tempat mewah

2023-11-21

1

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Picrika Latka

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Picrika Latka

Iyalah gimana gak sakit itu perut, orang belum makan

2023-11-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!