Diusir dari Rumah

Plak!

Gadis itu memukul lengan suami dadakannya dengan amarah yang membara, sungguh dirinya merasa sial sejak dipertemukan dengan Raja.

"Kau benar-benar tidak waras! Disaat seperti ini kau malah memikirkan hal seperti itu," sungut Adifa dengan wajah memerah karena menahan kesal.

Raja yang tidak terpengaruh dengan pukulan serta omelan istrinya hanya memasang wajah santai, hal itu semakin membuat Adiffa panas hati.

"Huaaa, kenapa sih aku harus bertemu sama orang—"

"Tampan," sambar Raja, memotong ucapan Adifa yang menangis frustasi.

"Hiks, dasar orang—"

"Kaya dan rupawan," ucap Raja, kembali menyambar perkataan istrinya.

Adifa maju selangkah, tepat berada di hadapan suaminya yang duduk di kursi teras rumah. Kedua tangan gadis itu membentuk kepalan dengan gerakkan mer€mas-r€mas.

Melihat itu, pikiran suci Raja langsung bereaksi. Ia menangkap sinyal jika Adifa menginginkan hal itu nanti malam.

"Ehem, patut dicoba. Nanti malam akan aku lakukan," ujar Raja dengan tersenyum.

Adifa langsung menghentikan pergerakkan tangannya, ia memasang wajah bingung. "Ha? Apa maksudmu? tanya gadis itu.

Pria yang kini berstatus sebagai suami Adifa, menegakkan tubuhnya yang terasa pegal sebelum menjawab pertanyaan sang istri yang terlihat polos.

"Kau pasti ingin dimanjakan dengan tangan kuatku ini kan? Karena aku suami yang baik, nanti malam akan aku pijitin si kembar," ucap Raja seraya menantap ke arah dada istrinya.

Spontan Adifa menyilangkan kedua tanganya. "Dasar pria nakal!"

"Ayolah, hal itu menyenangkan untuk dilakukan. Jika kau mencobanya, pasti kau akan ketagihan," ujar pria itu dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana.

"Aku tidak mau! Sana kau pergi dari sini! Aku tidak mau ikut denganmu." Adifa membalik tubuhnya, berniat masuk ke dalam rumahnya.

Namun, belum sempat kakinya melangkah. Raja sudah menahan lengan gadis itu. Tiba-tiba terlihat wajah serius serta mengintimidasi yang dilayangkan Raja ke pada istrinya.

Adifa seperti melihat sosok pria yang berbeda, wajah Raja kini terlihat lebih tegas. Pria itu menipiskan jarak dengan sang istri.

"Aku suamimu sekarang, suka tidak suka kau harus selalu bersamaku! Selamanya!" ucap Raja penuh penekanan.

Jarak di antara keduanya hanya setengah jengkal tangan. Maju sedikit saja, maka akan terjadi pertemuan antara kedua bibir mereka.

"Ayo masuk bersama, kita berpamitan dengan kedua orang tuamu." Raja menarik lengan Adifa.

Gadis itu tidak dapat melakukan apa-apa. Entah mimpi apa dia semalam hingga tiba-tiba menjadi seorang istri.

Begitu mereka masuk ke dalam rumah, pak Anto serta bu Ratna menoleh ke arah sepasang suami istri itu, lalu membuang wajah kembali.

"Bu ... ," panggil Adifa.

Gadis itu mendekati wanita yang sudah melahirkannya ke dunia ini. Ia berlutut di kaki ibunya dengan mata yang mulai mengeluarkan cairan bening.

"Maafkan Adifa, Bu. Sudah membuat Ibu dan Ayah kecewa sekaligus malu di depan para warga kampung. Adifa janji akan kembali membawa kebenaran," ucap gadis itu denfan terisak.

Raja yang berada tidak jauh dari istrinya, memperhatikan ibu dan anak itu dengan seksama. Dalam hati ia dapat merasakan jika ibu mertuanya sangat menyayangi Adifa, hanya saja saat ini bu Ratna sedang dilanda rasa kecewa yang teramat dalam.

"Sudah lah, lebih baik kamu bereskan pakaianmu," seru bu Ratna dengan wajah bertolak arah dari sang anak.

Pak Anto yang duduk di sebelah istrinya pun hanya diam tanpa kata. Walau sesekali mata ayah beranak satu itu melirik ke arah sang putri kesayangan. Ada rasa tidak rela saat ia mendengar istrinya menyuruh Adifa membereskan pakaian untuk angkat kaki dari rumah.

Tetapi, orang tua Adifa merasa ini lebih baik dari pada nanti putrinya akan menjadi olok-olokan serta gunjingan para tetangga yang sering kali julid.

Adifa berdiri dari posisi berlutut, ia menoleh ke arah sang ayah. Berharap pria yang selalu membela dirinya ketika sang ibu memarahinya itu menahannya agar tidak pergi dari rumah yang menjadi saksi bisu tumbuh kembang Adifa dari bayi hingga sekarang menginjak usia 20 tahun.

Namun, harapan Adifa patah saat sang ayah ikut memalingkan wajah seperti ibunya.

"Baiklah, jika ini mau Ayah dan ibu." Adifa mengusap air matanya dengan lengan baju yang ia kenakan.

Gadis itu membalik tubuhnya, saat ia berpapasan dengan sang suami. Adifa langsung memasang wajah sengit ke arah Raja lalu masuk ke dalam kamar untuk membawa pakaian-pakaianya.

Ketika Adifa sudah benar-benar masuk ke dalam kamarnya. Pak Anto mengamhampiri Raja yang berdiri di dekat kedua orang tau istrinya.

"Raja Shaga Salim, umur 25 tahun. Ayah harap diusiamu saat ini bisa menjadi suami yang baik untuk putriku. Tolong jangan pernah sakiti dia," ucap ayah Adifa sembari menepuk pelan bahu menantunya.

Raja mengulas senyum, sudah ia duga jika kedua orang tua Adifa begitu menyangi gadis itu.

"Dia tidak suka dibandingkan," sambung bu Ratna.

Pria yang berstatus sebagai suami Adifa itu mengangguk paham.

"Di mana rumahmu? Bisa berikan alamatnya? Mungkin suatu saat nanti kami ingin berkunjung," ucap pak Anto.

Raja menyebutkan alamat tempat ia tinggal. Yaitu, apartemennya.

"Ingat! Jangan sakiti putri kami!" Pak Anto dan bu Ratna kembali memberi peringatan ke pada menantu mereka.

Cklek!

Terdengar suara dari handle pintu kamar Adifa, pak Anto buru-buru kembali ke posisi duduknya. Sedangkan bu Ratna yang masih di posisi yang sama hanya merubah ekspresi wajahnha menjadi cuek dan datar.

Raja yang melihat itu hanya bisa menyembunyikan senyumannya. Dalam hati ia sedikit merasa iri akan kehangatan keluarga istrinya. Pria itu juga merasa bersalah karena sudah membuat gadis yang bernama Adifa merasa diacuhkan oleh kedua orang tuanya.

"Ayo kita pergi," ajak Raja dengan menggenggam tangan sang istri.

Adifa menepis tangan Raja yang lancang. Ia menghampiri ayah serta ibunya dengan membawa tas yang biasanya ia pakai ketika mudik.

"Ibu, Ayah ... Adifa pamit ya, jangan lupa jaga kesehatan. Adifa sayang sama Ayah dan Ibu." Adifa hanya mendekat tanpa berani memeluk kedua orang tuanya.

Gadis itu membalik tubuhnya ketika tidak mendapat respon apapun dari ayah dan ibunya.

"Saya pamit," ucap Raja sebelum menarik tangan sang istri keluar dari rumah.

Kedua pasangan suami istri baru itu berjalan kaki menuju jalan besar untuk mencari angkutan umum agar bisa membawa mereka ke terminal bus.

"Hem, apa tidak ada kendaraan lain selain mobil yang dinaiki beramai-ramai oleh orang?" tanya Raja dengan nada mengeluh.

"Apa kau punya uang untuk membayar ongkos mobil pribadi?" balas Adifa dengan bertanya.

Dengan gaya sombongnya Raja menjawab, "tentu saja. Saat ini aku tidak memegang uang selimper pun, tetapi kita bisa membayarnya saar sudah berada di apartemen."

Gagal sudah rencana Adifa untuk kabur dari suaminya. Padahal terminal bus yang ramai bisa membantunya untuk lepas dari jeratan pria gila seperti Raja.

`

`

`

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Arzita Mirage

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Arzita Mirage

pukul aja terus sampe buru pun gak papa dukung aku

2023-12-18

1

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Sefati Winari

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Sefati Winari

Hmm tak ada salahnya sih, lagian pria seperti dia moga bisa paham setelah mendapatkan hal itu

2023-11-29

1

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨

Lelaki kayak gitu emang gak tau makasihnya kalau di tolong, yang ada malah ngelunjak minta di tendang tapi kadang masih kalah tenaga.

2023-11-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!