Raja Kang Nyosor

"M-mas," lirih Adifa.

Tubuh gadis itu dihimpit oleh sang suami, Raja benar-benar tidak menyisahkan jarak dengan Adifa. Tubuh mereka menempel bak roti selai. Raja menatap wajah istrinya dengan tatapan intens, jangan lupakan mata Raja yang memerah.

"M-mas mau a-apa?" tanya Adifa tergagap saat Raja menundukkan kepala.

"Mau kamu!" jawab Raja dengan seringai di wajahnya.

Raut wajah Adifa berubah panik, ia melirik ke kanan dan kiri mencari celah untuk kabur.

"Kenapa, Dek? Kamu sudah buat mata Mas jadi kepedasan, jadi kamu harus dihukum." Sebelah tangan Raja terangkat untuk membelai wajah istrinya.

Adifa yang mendapat sentuhan seperti itu spontan memejamkan mata, ia merasa merinding akan belaian tangan Raja di pipinya.

Tangan yang sedikit kasar milik Raja bergerak perlahan seakan menggoda, perlakuan Raja membuat lutut gadis berambut panjang itu gemetaran.

Raja menyatukan keningnya dengan kening kening sang istri. Adifa semakin merapatkan pejaman matanya. Jantung gadis itu semakin berdisko ria.

Pluk!

Spontan Raja menoleh ke arah pintu keluar toilet, Adifa yang tadinya memejamkan mata kini membuka mata dan ikut melirik ke arah yang sama. Terlihatlah Rosa yang mematung di depan pintu.

"R-rosa," ucap Adifa tergagap.

Gadis yang disebut namanya itu tersadar dari keterkagetan, ia memungut serbet yang terjatuh dari tanganya dengan kikuk. Niat hati ingin mengambil beberapa serbet baru di lemari kecil yang jaraknya tidak jauh dari kamar mandi, eh malah melihat adegan asemelehoy.

"He-he-he, maaf menggangu wahai sahabatku tercinta," ucap Rosa cengengesan.

Gadis itu melangkah maju. "Mari dilanjutkan." Rosa tersenyum lebar sampai deretan gigi putihnya terlihat.

Brak!

Pintu kamar mandi ditutup oleh Rosa dengan buru-buru. Mata Adifa berkedip-kedip tidak menyangka akan tindakan sahabatnya yang di luar nalar.

"Rosaaaa! Nasibku bagaimana? Alamat tidak bisa kabur kalau begini," teriak Adifa dalam hati.

"Sahabat kamu pengertian ya, Dek. Tau aja kita butuh waktu untuk berduaan." Raja kembali membelai pipi istrinya.

Kini bukan hanya lutut dan kaki Adifa saja yang bergetar. Namun, bibirnya pun ikut gemetar saat Raja memiringkan wajah dan mulai mendekat untuk menyatukan benda kenyal milik mereka berdua.

Deg! Deg! Deg!

Jantung Adifa berpacu dengan sangat kencang, tempat yang senyap membuat detak jantung gadis itu terdengar hingga ke telinga Raja. Bibir tebal milik Raja perlahan demi perlahan semakin tak berjarak, saat kedua benda kenyal itu hampir menyatu ....

"Hentikan!" pekik Adifa menghentikan pergerakan bibir sang suami yang hampir mendarat di bibir mungil miliknya.

Raja menghela napas kasar, tinggal sedikit lagi ia dapat mencecap kenikmatan benda kenyal milik sang istri. Tapi harus terhenti sebelum terjadi. Sungguh malang.

"Ada apa, Dek?" tanya Raja dengan wajah lesu.

"Difa tidak mau dicium sama, Mas!" Adifa memberontak, ia menggerakkan tubuhnya agar terlepas dari rengkuhan sang suami.

Raja semakin menekan tubuh Adifa kedinding sehingga istrinya tidak dapat berkutik lagi. Matanya mengunci tatapan sang istri. "Kamu harus terima hukuman dari Mas dengan lapang dada, lapang bibir, lapang—"

"Iya, iya! Tapi apa dulu nih hukumannya? Jangan-jangan hukumannya anu ya!" Adifa memotong ucapan sang suami yang mengandung kemesraan. Eh, maksudnya kem€suman.

"Kita gulat bibir ya, Dek. Itu hukumannya," jawab Raja tanpa melonggarkan jarak.

"Sekali aja ya!" Wajah gadis itu tertekuk ke dalam.

"Siap, Dek!" Raja menyahut dengan semangat.

Dalam hati pria itu bersorak riang, akhirnya ia bisa merasakan kembali manisnya benda kenyal yang begitu menggoda.

Raja memiringakan kepalanya. "Eits, tunggu dulu!" Tiba-tiba Adifa menghentikan gerakan sang suami. Dan hal itu sukses membuat Raja merasa kesal.

"Apa lagi dek?!" Wajah Raja berubah masam.

"Sekali aja ya, Mas. Abis itu kita keluar dari sini," ucap Adifa mewanti-wanti jika sang suami tidak dapat berhenti.

"Hah! Iya-iya! Lanjut ya."

Kepala Adifa mengangguk, gadis itu memejamkan mata. Sementara Raja turut kembali memiringkan kepala dan penyatuan benda kenyal pun terjadi.

Diawali dengan kecupan yang syahdu, lalu benda tak bertulang miliknya berusaha menerobos masuk untuk menencecap kenikmatan.

Raja yang sangat ahli dalam pergulatan bibir mampu membuat Adifa larut dalam gerakan lidahnya. Tanpa sadar, gadis itu memegang kedua pundak suaminya.

Kedua insan itu mulai kehabisan napas, Raja melepas pangutan benda kenyal mereka sebentar, ingat hanya sebentar! Ia bernapas sejenak sebelum akhirnya kembali meraup bibir sang istri dengan rakus.

Adifa tidak sadar dengan apa yang ia ucapkan sebelumnya. Gadis itu terlena dalam permainan benda kenyal tak bertulang sang suami yang begitu memabukkan.

Pria yang semakin terbakar dengan api gαirαh itu mulai melupakan jika ia hanya boleh melakukannya sekali. Berhubung sang istri tidak menghentikannya. Jadilah ia melanjutkan aktivitas mengasyikan itu dengan hati yang ikhlas.

Tangan Raja yang tadinya berada di dinding, lebih tepatnya di sisi kanan dan kiri kepala Adifa. Kini menjelajah ke tengkuk sang istri. Ia menekan kepala Adifa, hal itu membuat pergulatan benda tak bertulang mereka semakin membara.

Sebelah tangan Raja yang menganggur mulai merambat ke tempat pegangan hidupnya. Yaitu bukit kembar sang istri.

Gerakan tangan Raja semakin tidak karuan, ia menekan bukit kembar sang istri yang membuat Adifa mengeluarkan suara indah. Mata gadis itu mendelik saat r€mαsαn tangan Raja kembali menyerang.

Adifa tersadar dari keterbuaian gerakan tangan Raja. Namun, ia masih diam dalam keterkejutannya. B!bir mereka masih menyatu. Akan tetapi Adifa tak lagi membalas pergulatan lidah yang masih dilakukan suaminya.

Pria itu begitu menikmati sensasi rasa yang menyetrum dirinya. Mata Adifa semakin mendelik lebar saat tangan Raja mulai menjalar ke bawah.

"Aw!" pekik Raja.

Spontan Raja menyudahi pergulatan benda kenyal dan tak bertulang mereka. Ia memegangi bibirnya yang digig!t oleh Adifa.

"Rasain! Dikasih hati malah minta nambah!" sungut gadis itu dengan wajah memerah. "Lihat nih bibirku jadi memble gara-gara Mas!"

"Mas tidak sadar, Dek. Lagian salah kamu juga tidak ingatkan Mas," elak Raja yang tidak mau disalahkan.

"Ini gimana kalau Rosa tanya kenapa bibir Difa ndower?!" Adifa mendengakkan kepalanya, menatap sang suami dengan tajam.

"Ya jawab aja habis disosor suami," sahut pria itu dengan santai tanpa beban.

Adifa melongo mendengar jawaban sang suami. Benar-benar membuat panas hati saja.

"Dek lanjut yuk, si Bro masih bangun nih." Jari Telunjuk Raja menunjuk ke arah senjata kebanggaanya.

"Nih lanjut!" Adifa menyentil senjata milik Raja sebagai balasan.

"Aw, Dek!!!" Raja menunjukkan wajah protes.

Adifa yang sudah tidak sanggup meladeni sang suami memilih untuk keluar dari kamar mandi, ia membuka pintu dan melenggang pergi.

Gadis itu meninggalkan Raja yang tengah dilanda rasa denyut atas bawah. "Dicubit sudah pernah, disentil juga sudah. Dimanjain yang belum. Bro-bro, apes banget!" Raja mengelus miliknya dengan perasaan iba.

`

`

`

Babang Raja ada-ada aja😒 gelarnya nambah lagi nih. Selain mesyum, babang juga kang nyosor🙊 noh bibir istrimu sampai ndower.

Othor jadi pingin cium babang Raja, eh maksudnya getok babang Raja🙈 biar sengkleknya ilang😂

Terpopuler

Comments

☘❄Butiranʰᵘʲᵃⁿ↯⍺ℓⅉ⌰Ersa⛄

☘❄Butiranʰᵘʲᵃⁿ↯⍺ℓⅉ⌰Ersa⛄

Ngeri ya Bun... Tatapannya itu astaga bikin jantung jedag jedug disko Wkwkwk

2023-12-18

1

𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ𝗚ˢ⍣⃟ₛ

𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ𝗚ˢ⍣⃟ₛ

sabar ya Bro Bro 💪 fighting 🤭😂😂

2023-08-30

0

𝒟𝑒𝒶 🄰L𝑒ⓝ𝒶

𝒟𝑒𝒶 🄰L𝑒ⓝ𝒶

mau apa tuh mencurigakan banget wkwk

2023-08-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!