Mas dan Dek

Mata Adifa mendelik tajam, gadis bersurai panjang itu beranjak dari tempat tidur.

"Mau ke mana?" tanya Raja, menghentikan pergerakkan sang istri.

"Mau Mandi!" jawab Adifa melengos begitu saja.

Raja langsung turun dari ranjang, ia menyusul istrinya yang tengah melangkah ke kamar Mandi.

Grep!

Tangan kekar Raja menarik lengan kecil Adifa. Tubuh gadis yang tidak berisi itu menubruk dada suaminya yang keras.

Badan Adifa terasa Kaku, perbedaan tinggi mereka yang kentara membuat wajah Adifa sejajar dengan dada suaminya. Raja merasakan geli saat napas Adifa menembus lapisan kaus nya yang tidak tebal.

"Kau menggodaku ya?" Raja menjungkitkan alisnya.

Gadis itu langsung menarik kepalanya dari dada sang suami. Ia memasang wajah bingung. "Menggoda? Perasaan aku hanya diam." Adifa menggaruk sudut pelipisnya.

"Kau sengaja menempelkan bibirmu di atas dadaku agar aku terang$aπg kan?" Raja menaik turunkan alis tebal yang ia miliki.

Hal itu membuat Adifa kesal, ia memutar bola matanya malas. Bisa-bisanya Raja mengatakan ia menggoda pria itu, padahal jelas-jelas yang menarik lengannya adalah pria yang kini tengah berdiri di hadapannya.

"Dasar aneh!" Adifa membalik tubuhnya, berniat meninggalkan Raja yang selalu membuatnya kesal.

Lagi-lagi Raja menarik lengan istrinya. Adifa yang sudah kepalang kesal menghentakkan tangannya agar terlepas dari genggaman sang suami. Namun, Raja si pria yang kaya akan pemikiran bulusnya langsung mengangkat tubuh Adifa dengan gaya bridal style.

"AAA!" pekik Adifa kaget saat merasakan tubuhnya yang melayang. "Lepaskan aku!" Adifa memukuli dada suaminya dengan berutal.

"Lebih baik gulat di atas ranjang," ucap pria itu tanpa beban.

Langkah lebar Raja membawa keduanya ke sisi ranjang. Pria itu dengan hati-hati menurunkan tubuh Adifa. "Duduklah! Kita belum siap bicara." Raja turut duduk di sisi ranjang yang masih kosong.

Terdengar helaan napas Adifa. "Hm." Kepala gadis itu mengangguk.

"Kita mulai dari awal, yaitu saling menerima. Bagaimana?" Raja memiringkan tubuhnya agar bisa duduk berhadapan dengan Adifa.

"Memangnya kamu bisa jadi kepala keluarga yang baik?" tanya Adifa ragu.

Gadis itu sangat tidak yakin untuk membangun keluarga kecilnya bersama Raja. Melihat perilaku sang suami yang tidak sopan dan suka berlaku seenaknya lah yang membuat Adifa harus berpikir seribu Kali.

"Bisa," sahut Raja secepat kilat.

"Ck-ck-ck. PD banget! Semalaman aku harus menahan lapar Karena SUAMIKU YANG BAIK mengunci istrinya di apartemen TANPA MAKANAN." Adifa menyindir Raja dengan menekan suaranya.

"Ah itu ... A-anu. Ayolah, jangan suka mengungkit yang sudah terjadi. Pamali," elak Raja.

"Mana Ada yang begitu dikatai pamali, untung saja semalam aku tidak mati kelaparan!" dengus Adifa kesal. Gadis itu membuang muka ke samping sembari bersedekap dada.

"Ayolah, memangnya kamu mau jadi janda muda kalau Kita cerai?" Raja mencoba bernegosiasi.

"Tidak apa sih, lagian ada Kak Putra yang setia menunggu. Huaaa Kak Putra apa kabar ya?" Adifa menggigit ujung jarinya, terlihat wajah gadis itu yang tampak khawatir.

Raja tidak suka Melihat hal itu. Ia memegang kedua bahu istrinya, lalu memutar tubuh Adifa menjadi berhadapan dengannya.

"Jangan memikirkan pria lain! Kau itu I-S-T-R-I-K-U! Paham?!" Mata Raja mengunci tatapan Adifa.

Gadis itu menggelengkan kepalanya. Raja menghembuskan napas dengan kesal. Dalam hati Adifa bersorak riang Karena bisa membuat sang suami merasa kesal kepadanya. "Emang enak! Ha-ha-ha gantian." Adifa tertawa dalam hati.

"Semua milikku adalah milikmu

Termasuk ini, ini dan ini." Tangan Raja membawa telapak tangan istrinya ke wajah, perut, lalu berhenti di senjata miliknya yang berada di bawah pusar.

Sudut bibir Adifa berkedut. Lidahnya kelu untuk mengucapkan barang sepatah kata. Bahkan tangan Adifa terasa lemas saat Raja dengan tidak tahu malunya mengusap-ngusapkan telapak tanganya di atas tempat yang disebutkan oleh pria itu.

"Begitupun sebaliknya. Ini, ini dan ini adalah milikku. Hanya milikku," tegas pria itu sembari menyentuh wajah, bukit kembar serta aset bawah Adifa.

Wajah gadis itu melongo, Adifa mencoba mengumpulkan tenaganya. Dan .... "PRIA MESUMMM!!!" teriak Adifa dengan wajah marah.

"Lah kok ngamuk? Milikmu halal untuk disentuh, diraba, dicoba." Raja tidak terpengaruh dengan teriakan serta wajah galak istrinya, ia malah membalas tatapan berkibar api yang dilayangkan Adifa padanya dengan wajah today berdosa.

"Haaa, ampun tuhan. Kenapa Ada pria seperti dia di dunia ini?!" Adifa berdiri sambil menunjuk wajah suaminya. "Pokoknya aku tidak mau jadi istrimu!" teriak Adifa dengan menghentakkan kaki di atas lantai.

Raja ikut berdiri, ia melipat kedua tangannya di depan dada. "Kau istriku, jika Kau lupa."

Kruyuk ....

Tiba-tiba keduanya terdiam, kedua insan itu serentak tertuju ke perut Adifa yang mengeluarkan gemuruh tanda lapar.

"Di meja makan ada pizza," ucap Raja masih dengan Mata tertuju ke arah perut datar sang istri.

"Nasi gurih tidak ada? Lontong?" tanya Adifa.

"Yang Ada hanya pizza, ganjal saja dengan itu. Nanti setelanhnya kita pergi makan di luar."

"Oke lah kalau begitu," sahut gadis itu santai seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya.

Sungguh aneh pasangan suami istri yang kini malah berjalan beriringan menuju dapur. Keduanya seakan lupa dengan kejadian sebelumnya hanya Karena bunyi perut Adifa dan pizza.

"Hangatkan dulu di microwave." Raja menarik kotak pizza yang dipegang oleh istrinya.

Adifa yang tidak mempunyai microwave di rumahnya hanya bisa melihat Raja yang sudah terbiasa dengan alat pengahangat makanan itu.

Mata gadis itu tampak berbinar saat Raja membawa pizza ukuran besar yang sudah dihangatkan.

"Ini, makanlah."

Tanpa menunggu lama, Adifa langsung menyantap pizza dengan lahap. Pria yang duduk di hadapan istrinya itu hanya bisa melongo menyaksikan kebringasan Adifa dalam mengunyah.

"Pelan-pelan, nanti tersedak."

"Uhm, akuhh luapar tahu!" dengus Adifa dengan mulut yang penuh.

"Hah." Raja menghela napas berat. Memang benar kata orang-orang. Jangan pernah menganggu singa yang kelaparan.

Beberapa menit berlalu, Adifa mengelap bibir yang terkena saus dengan lengan bajunya. Raja yang melihat itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.

"Sudah kenyang?"

"Lumayan," jawab Adifa.

"Hari ini Kita mulai untuk membangun keluarga kecil ya," ucap Raja tiba-tiba.

"Ya, ekkkkk," sahut gadis itu diiringi dengan sendawa.

"Serius?" tanya Raja dengan wajah terkejut. Ia bahkan tidak memperdulikan sendawa yang keluar dari mulut istrinya.

"Ya, habisnya kamu terus maksa." Adifa memutar bola matanya malas.

"Begini, aku dan kamu itu suami istri. Masa manggilnya aku, kau, kamu."

"Jadi panggil apa?"

"Panggil aku 'Mas'." Raja mengusulkan panggilan yang menurutnya cocok.

"Kamu orang jawa ya?" tanya Adifa dengan memicingkan mata.

"Bukan."

"Terus, kok aku harus panggil 'Mas'?" Gadis itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Raja berusaha meningkatkan kesabarannya. Inilah wanita yang ia pilih sebagai istri, jadi mau tidak mau dirinya harus bisa menghadapi Adifa.

"Panggil 'Mas' tidak harus orang jawa. Aku panggil dirimu 'Dek'. Oke deal!"

"Tapi kan—"

"Deal!" Raja memotong ucapan Adifa agar pembicaraan seputar panggilan ini cepat selesai.

`

`

`

Bersambung ....

Othor heran lihat pasangan suami istri ini😪

Aneh bin ajaib🙊

Terpopuler

Comments

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Lafega Sastaya

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Lafega Sastaya

Mau apa lagi nih orang, jangan bikin orang makin was - was deh

2023-11-21

1

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Picrika Latka

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Picrika Latka

Suka - suka istri elo lah, jadi Paksu jangan terlalu sibuk

2023-11-21

1

Kicria Mutya

Kicria Mutya

Gak Selo amat nariknya, bikin orang jadi ya nubruk gitu

2023-11-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!