Raja membantu sang istri untuk kembali berdiri tegak. Adifa yang canggung berpura-pura merapikan baju sembari menahan malu karena hampir saja ia menyium lantai.
"Dek, lain kali jalan jangan terburu-buru. Hampir saja kamu jatuh," ucap Raja yang berdiri di belakang Adifa.
Gadis yang berdiri memunggungi suaminya itu meringis, ia berbalik menghadap sang suami yang kali ini terdengar bijak.
"Iya, Mas. terima kasih ya," ucap Adifa dengan tulus. Bahkan tak segan ia memberikan senyum versi paket hemat miliknya.
Mata Adifa mengernyit saat melihat ekspresi sang suami. Raja menjungkitkan alis tebalnya, hal itu membuat Adifa merasa ada yang aneh. Ia sampai berpikir apa ada yang salah?
"Mas kenapa?" tanya Adifa.
Raja menyugar rambutnya yang basah dengan sekali usap. Kesan keren tak luput dari pria berusia 25 tahun yang kini berdiri di hadapan Adifa.
"Hanya ucapan terima kasih saja, Dek?" Raja bersedekap dada.
"I-iya, memangnya apa lagi selain itu?" Gadis itu mengernyitkan dahi, menimbulkan kerutan-kerutan halus di wajah cantiknya.
"Mas orangnya pamrih, tidak ada yang gratis di dunia ini," kata Raja dengan wajah santai.
"Termasuk menolong istri sendiri?" tanya Adifa tak percaya. Ia menatap sang suami dengan wajah melongo.
Baru saja ia merasa suaminya sedikit bijak dan perduli. Namun, semua runtuh karena ucapan Raja yang memancing rasa kesalnya kembali timbul.
Masa dengan istri sendiri harus ada bayaran karena sudah ditolongi, Adifa sampai berpikir apa ada suami seperti Raja di dunia ini. Tapi hati nuraninya mengatakan jika suami seperti Raja hanya ada satu di dunia. Raja adalah suami edisi terbatas yang sulit untuk disyukuri.
"Nanti Difa bayar, dasar suami perhitugan!" dengus Adifa.
"Mas tidak mau uang. Suamimu ini orang kaya, Dek," ucap Raja dengan gaya sombong. "Mas maunya dibayar pakai ini," lanjutnya.
Mata Adifa mengerjap saat satu jari telunjuk sang suami menyentuh bibirnya. Spontan ia menepis tangan Raja. Ia segera berbalik badan dan kabur meninggalkan suaminya yang tengah menyeringai.
Raja berjalan menyusul sang istri dengan santai. Pria itu duduk di sebelah Adifa yang berusaha menghindarinya dengan terus bergeser agar tidak saling berdekatan.
"Dek, jangan jauh-jauh. Sini!" Raja menarik pinggul sang istri hingga wajah Adifa menempel tepat di dadanya.
"Mas!" protes Adifa dengan bibir manyun.
"Minta dicium?" Raja mengangkat sebelah alisnya.
"His tidak!" Gadis itu membuang muka.
Raja tersenyum kecil seraya menggelengkan kepala. Tangan pria itu terangkat untuk mengusak surai sang istri.
"Gemes banget sih istrinya Mas," ucap pria sebelum mendaratkan kecupan singkat di pipi Adifa.
Cup!
"Lunas!" kata Raja seraya mengedipkan sebelah mata.
Pipi Adifa terasa panas, bagaimana bisa ia tersipu hanya karena gombalan picisan khas Raja.
Beberapa menit berlalu, akhirnya orang yang ditunggu-tunggu oleh Adifa tiba. Siapa lagi jika bukan Rosa, sahabat terbaiknya.
"Nih hp-mu, tadi bu Ratna nanyain kamu, Dif. Kata ibumu, jangan lupa hubungi kalau sudah sampai di rumah," ucap Rosa seraya menyodorkan ponsel genggam milik Adifa.
"Masa sih, Ca? Perasaan ibuku paling semangat ngusirnya. Ngomong-ngomong, makasih ya." Adifa menerima uluran dari Rosa.
Raja yang menyimak percakapan keduanya sudah dapat menebak jika kedua orang tua Adifa begitu merindukan anak perempuan mereka. Ia masih ingat betul saat kedua orang tua istrinya meminta untuk menjaga Adifa dengan baik.
"Ya, Dif. Ibu sama bapakmu pasti kangen, mereka tidak mau kamu ada di sana pasti ada alasannya dan tentunya itu semua demi kebaikanmu."
Kepala Adifa mengangguk lesu, ia jadi merasa bersedih dan ingin segera memeluk kedua orang tuanya. Ia berpikir, jika tidak membawa Raja ke dalam rumahnya pada saat itu, pasti tidak akan jadi seperti ini.
Hari semakin sore, Adifa memutuskan untuk kembali pulang karena jarak tempuh dari warung bakso ke apartemennya memakan waktu lebih kurang 4 jam.
"Oca, aku pamit pulang ya. Maaf tidak bisa bantu-bantu di warung." Adifa memeluk tubuh Rosa dengan perasaan sedih karena ia tidak lagi bisa menghabiskan banyak waktu bermain dengan sang sahabat.
Pria yang berada di belakang Adifa, lebih tepatnya Raja si pria mesum menatap iri pada Rosa yang dipeluk oleh istrinya. Ia harus melakukan berbagai cara agar bisa mendapatkan hal itu, tapi gadis yang sedang di peluk oleh sang istri bisa mendapatkannya dengan mudah.
"Dunia memang tidak adil," gerutu Raja dalam hati.
Kedua gadis itu mengurai pelukan, keduanya saling melambaikan tangan. Raja hanya diam menjadi penonton, pria itu menarik tangan sang istri saat acara perpisahan yang menurutnya lebay itu usai.
Adifa mendengus akan kelakuan suaminya yang berlaku sesuka hati. Gadis itu memandangi sang dengan dahi yang mengernyit. Matanyanya mengikuti pergerakkan Raja yang melepas jaket kulit berwarna hitam.
"Kamu pakai jaket ini, kita pasti sampai di apartemen malam hari. Jangan sampai kamu masuk angin. Lebih baik kemasukan aku," ucap Raja seraya mengedipkan mata menggoda.
Gadis itu memutar bola mata malas, sebenarnya ada saja hal yang membuat Adifa merasa terpanah, tapi selalu saja lebur karena ucapan mesum sang suami.
Rosa yang memandang kedua pasangan itu dari kejauhan merasa terharu akan keromantisan Raja yang memasangkan jaket ke tubuh Adifa.
"Oke sudah aman, sekarang pakai helm." Raja memasangkan helm pada istrinya. Jari telunjuk pria itu menjawil pucuk hindung Adifa dengan gemas.
Deg!
Adifa merasakan debaran yang aneh, tapi dapat gadis itu pastikan jika apa yang dirasakan olehnya bukanlah cinta. Ya, bukan perasaan cinta.
`
`
`
Aduh babang Raja ada saja kelakuanmu. Adifa kenapa tuh?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ𝗚ˢ⍣⃟ₛ
suami Difa sebenarnya baik ya tapi terlalu omesnya😂😂😂
2023-08-30
0
𝓭𝑒🄰꒒ⓞѵ🄰
cie uhuk terima kasih katanya wkwkwk
2023-08-15
0
𝒟𝑒𝒶 🄰L𝑒ⓝ𝒶
udah mulai lah tuh si raja mau anu pasti
2023-08-15
0