Merasa haus, Pamela pun langsung berjalan menuju kantin, untuk membeli minuman yang dijual secara digital. Ia menunggu pesanan jadi, setelah itu Pamela kembali menuju UGD sambil menggenggap sacangkir minuman dingin.
Saat ia melangkah menuju lorong rumah sakit, tiba-tiba ada yang mengikutinya dari belakang, membuat Pamela langsung menoleh ke arah belakang, tetapi ia tidak melihat siapa-siapa, terlihat suasana sangat hening membuat Pamela mengabaikan semua itu.
Ketika tubuh Pamela menoleh ke depan, ia merasa ada benda tajam yang menghadang panjangannya, pisau itu terlihat sangat tajam, tepat berada di depan dadanya.
Kepanikan Pamela mulai muncul, rasa takut yang diikuti perasaan gemetar, membuat pria itu sangat senang melihat lawannya ketakutan.
"Jangan berteriak! Atau pisau tajam ini akan menusuk dadamu, dan nyawamu akan melayang," ancam pria bertopi hitam.
Pamela hanya terdiam, ia terus memandangi gerak gerik pria itu, menunggu lawannya lengah baru Pamela melawannya. Ada titik dimana pria itu mengambil ponselnya, ia tidak fokus pada pisaunya, dengan cepat Pamela langsung memutar tangan pria itu dan menjatuhkan pisaunya.
Pisau itu terjatuh dan tangan pria itu sengaja diputar oleh Pamela, sehingga ia meringis kesakitan.
"Dasar wanita kurang ajar, beraninya kau menyakitiku!" teriak pria bertopi hitam.
"Kau yang kurang ajar, beraninya dengan wanita yang lemah. Untung aku kuat, jadi kau kalah," kata Pamela.
Pamela membawa paksa pria itu, sampai di UGD dan kebetulan sekali saat ini, Polisi datang dengan beberapa rombongan untuk melakukan pemeriksaan kasus pelecehan seksual.
"Baik-baik kau ya kalo di penjara nanti," ucap Pamela.
"Kau tidak bisa memasukanku kepenjara," kata pria bertopi hitam.
"Kenapa tidak bisa? Tindakanmu sangat jahat, kau menghancurkan masa depan seorang gadis," jelas Pamela.
"Itu bukan salahku," ucap pria bertopi hitam.
"Lalu, salah siapa? Rumput yang bergoyang?" tanya Pamela akhirnya menyerahkan pria bertopi hitam itu kepada polisi yang saat itu sedang berada di ruang UGD.
"Apa orang ini yang bapak cari?" tanya Dokter Pamela.
"Benar Dok, terimakasih sudah membantu," jawab Polisi.
Akhirnya pria itu berhasil dibawa oleh kepolisian, dan pasien Nia akan segera mendapatkan keadilannya. Tetapi nyawanya tidak tertolong akibat kondisinya yang semakin melemah membuatnya langsung mengalami henti jantung secara tiba-tiba.
Semua Dokter yang ada di ruang hibrida langsung menuju ranjang pasien Nia, mereka segera melakukan resusitasi jantung paru, sampai waktu yang cukup lama. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Dokter Zen dan teamnya, tetapi takdir berkata lain. Pasien Nia menghembuskan napas terkahirnya dengan tenang.
"Waktu kematiannya pukul 01.20," ucap Dokter Tio.
Tangisan dari sang kakakpun menggemparkan ruang hibrida, membuat Pamelaa membantu Chai untuk bangkit dan mengikhlaskan semua yang sudah terjadi.
UGD sedang berduga, termasuk Pamela yang tak bisa menolong pasien Nia. Ada penyesalan yang terbesit dihatinya, dengan kelapangan, Pamela menatap wajah pucat pasien Nia untuk terakhir kalinya.
Proses mengembalian jenazah pun terlah diurus oleh perawat dan dokter yang bertanggung jawab. Pamela menemui keluar pasien yang di tinggalkan.
"Nona Chai!" panggil Pamela.
Dengan sesenggukan napasnya, Chai menatap Pamela.
"Iya Dok," jawab Chai.
"Besok aku akan mengeluarkan surat kematian untuk Nia," ucap Pamela.
"Kenapa tidak sekarang Dok?" tanya Chai.
"Tidak apa-apa, aku hanya mengikuti peraturan di rumah sakit ini," jelas Pamela.
Akhirnya pasien yang meresahkan UGD pun sudah ditangani semuanya, hanya tinggal menunggu keesokan harinya, untuk memeriksa pasien yang menjalani rawat inap. Ternyata, waktu berputar sangatlah cepat, pergantian malam ke pagi pun terasa bagaikan hembusan napas. Mereka yang sedang berjaga dimalam hari pun kadang tidak menyadari saat sinar mentari mulai menyinari bumi, membuat mereka baru menyadari jika hari sudah pagi.
Mereka semua masih tertidur, ada yang tidur di kursi, dan di bad khusus staf. Mereka semua mendapatkan notifikasi melalu ponselnya masing-masing, membuat ponsel mereka berdering.
Salah satu dari mereka terbangun, memeriksa ponselnya yang berdering, seketika Dokter Kiki dengan hebohnya berteriak karena terkejut, membuat semua staf yang tidur langsung terbangun seperti akan ada gempa datang.
"Ada apa? Apa ada gempa?" tanya Perawat Ken.
"Masih ngantuk," sambung Dokter Ria.
"Apa dia tidak tahu, semalem kita bertempur dengan banyak pasien," sambung Dokter Pamela
"Kalian semua harus memeriksa ponsel kalian, Dokter Zen mengirim pesan di group," sahut Perawat Amel.
Mereka semua langsung membuka matanya dengan lebar, seketika langsung memeriksa ponselnya masing-masing, saat mereka membaca pesan digroup, dengan cepat mereka bertaburan ke sana kemari, ada yang mencari sandalnya, ada yang mencari jas dokternya, bahkan ada yang sempat cuci muka dan gosok gigi.
Sampai akhirnya mereka berkumpul di ruang Dokter Zen, melihat Dokter Zen sudah menunggu.
"Dokter Zen, maafkan kami telat datang untuk berkumpul di ruanganmu Dok," ucap Dokter Tio.
"Aku memanggil kalian, karena kalian adalah teamku, terutama Dokter Pamela yang menangani pasien VIP, aku baru mendengar kabar jika pasien VIP sudah siuman, dan lusa akan menjalani operasi menganggkatan sel kanker, ini akan menjadi PR untuk kita, kemungkinan operasi hanya 40%, tapi kita tetap harus mengoprasinya," jelas Dokter Zen.
"Bagaimana jika operasinya tidak berhasil Dok?" tanya Pamela.
"Karir kita yang akan menjadi taruhannya, kita akan kehilangan segalanya, tapi tetap ingat tujuan kita, kita melakukan tindakan harus sesuai SOP, jadi mulai sekarang kau harus pahami dan kau pelajari, sebelum operasi di mulai," jawab Dokter Zen.
"Siapa saja yang akan ikut serta di dalam operasi pasien VIP Dok?" tanya Dokter Tio.
"Dokter Pamela, Dokter Jhon, dan Dokter Anton," jawab Dokter Zen.
"Ini tidak masuk akal, kenapa bukan Dokter Zen saja yang mengoprasi pasien VIP? Kenapa harus Dokter yang lain?" tanya Dokter Tio.
"Ini sudah menjadi peraturan rumah sakit, kalian harus mematuhinya," jawab Dokter Zen.
Dokter Tio terus memandangi Dokter Pamela yang hanya terdiam mendengar semua yang di katakan Dokter Zen, mereka semua pun keluar dari ruangan Dokter Zen.
"Apa kau benar-benar siap?" tanya Dokter Tio.
Pamela menatap Dokter Tio, sambil tersenyum.
"kapanpun aku dibutuhkan, aku siap," jawab Dokter Pamela dengan penuh keyakinan.
"Tapi ini operasi besar, karirmu akan hancur jika kau terus-terusan menuruti kemauan dokter yang lainnya," ucap Dokter Tio.
"Biarlah Dok, aku hanya mengikuti perintah, semoga nasib baik berpihak padaku," sahut Pamela.
Dokter Tio menatap kepergian Pamela, dengan rasa yang tidak biasa, Dokter Tio memiliki firasat yang tidak baik, ia merasa bahwa ada salah satu dokter yang akan menggulingkan posisi Dokter Pamela. Dokter Tio pun kembali masuk ke dalam ruangan Dokter Zen.
"Permisi Dok," sapa Dokter Tio.
Dokter Zen pun menoleh, ia menatap Dokter Tio yang sudah berdiri tepat di depan pintu ruangannya.
"Ada apa?"
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments