"Ku dengar kau akan interview di rumah sakit ini besok pagi bukan," ucap Dokter Jhoni.
"Bagai mana dokter bisa tahu?" tanya Pamela.
'Oh, jadi wanita sok jagoan ini seorang dokter. Awas kau ya, akan ku beri pelajarian agar kau tidak semena-mena terhadap ku,' batin Anton.
Jhoni tersenyum dan meninggalkan mereka berdua di dalam ruangannya, merasa penasaran dengn Jhoni, Pamela pun mengikuti langkahnya.
"Apa dokter besok yang akan menginterview saya?" tanya Pamela.
Langkah kaki Jhoni pun terhenti, dan menoleh ke arah Pamela.
"Persiapkan dirimu untuk besok, karena akan ada senior yang lebih dari ku," pesan Jhoni.
Pamela terdiam ketika mendengar penuturan yang keluar dari bibir manis Dokter Jhoni, senyumnya mampu membuatnya terdiam mematung tidak berdaya.
"Wah, dia dokter idamanku, cara memperlakukanku sangatlah keren. Aku rasa dia menjadi idola di rumah sakit ini," gumam Pamela.
Pamela pun memutuskan untuk pulang dari rumah sakit itu, dengan rasa lelah membuatnya berjalan sambil memperhatikan rumah sakit yang sangat megah.
'Rumah sakit ini sangat keren, ku dengar hanya orang-orang pilihan yang mempu kerja di rumah sakit sebesar ini, ini terdengar sangat keren,' batin Pamela.
Mempercepat waktu, Pamela menaiki taksi agar segera sampai di kosannya. Sampai lah di depan kos, Pamela masuk ke dalam dan langsung membersihkan tangan dan kakinya, ia memutuskan untuk tidur karena sudah larut malam.
Perlahan matanya terpejam saat tidak ada cahaya lampu yang menerangi kamarnya, suara dengkuran itu terdengar sangat keras membuat seseorang sudah tidur dengan pulas.
Sampai akhirnya terdengar suara alarm berbunyi, membuat Pamela terpaksa membuka matanya.
Melihat jam sudah menunjukan pukul 5 pagi, Pamela langsung bangkit dari tidurnya, tidak lupa melaksanakan ibadah dan mandi pagi.
Merasa sudah siap, Pamela keluar dari dalam kosnya.
Pamela berusaha menghirup udara segar pagi hari yang di penuhi embun yang membuat udara itu semakin sejuk.
"Sejuk sekali," ucap Pamela.
"Udara pagi memang sejuk, mempu menenangkan pikiran kita," kata Nenek Marlin.
Pamela menoleh kearah sumber suara, melihat ada seorang wanita lansia yang selalu berasa di dekat kos tempat Pamela tinggal. Ia selalu menemani Pamela di kala sedang sedih, ia berusaha menjadi seorang nenek yang selalu menyayangi cucunya.
"Nenek!" panggil Pamela.
"Kenapa cu, kau sudah rapi, mau kemana?" tanya Marlin.
"Hari ini aku interview di rumah sakit pusat rujukan Utama Medika nek, doain ya nek," ucp Pamela.
"Doa nenek selalu menyertaimu, jaga dirimu baik-baik di sana. Ingat cung, dunia kerja tidak seindah hayalan kita, banyak orang yang iri terhadap prestasi yang kita miliki, karena iri hati itu akan menimbulkan kebencian hingga mampu menciptakan kekerasan dan kecurangan. Kau harus berjanji pada nenek untuk menjaga dirimu baik-baik. Jadilah dokter yang baik budi pekertinya, layani semua pasien yang sedang membutuhkan mu," pesan Nek Marlin.
"Aku terharu, nek," ucap Pamela memeluk Nenek Marlin.
"Sudah sana berangkat, nanti macet dan kau akan terlambat," ucap Marlin.
"Baiklah nek, aku berangkat," ucap Pamela mencium pipi Nenek Marlin.
Terlihat dari sifat manja yang di tunjukan Pamela kepada Nenek Marlin, ia sangat menyayanginya. Bahkan seseorang mengatakan jika Pamela cucunya Marlin. Hal itu di iyakan oleh Pamela, membuat Marlin sangat bahagia karena ia pernah kehilangan sosok cucunya karena tidak mampu melawan penyakit kanker yang di derita.
Pamela masuk ke dalam rumah sakit, untuk menemui wakil direktur yang bernama Arif.
Pamela di suruh menunggu di lantai 2 yang memanv khusus untuk urusan kepegawaian, ia duduk di ruang tunggu, ada 2 dokter muda yang akan di interview bersama pamela.
Pamela melihat suasana UGD yang selalu ramai berdatangan pasien dari penjuru daerah. Dokter yang berjaga pun merasa sangat kualahan, ia terus melihat dari lantai 2.
Hatinya tergerak untuk turun tapi di cegah oleh 2 dokter muda yang sedang bersamanya.
"Kau mau kemana?" tanya Obi.
"Siapa kau? Aku ingin turun," ucap Pamela.
"Kita harus menunggu wakil direktur menemui kita, untuk apa kau turun," kata Obi.
Pamela tersenyum mentapa Obi dan langsung berubah menunjukan wajah seriusnya.
"Kau tidak lihat, UGD sangat ramai pasien? Apa aku akan duduk bersantai di sini sambil menunggu wakil direktur datang?" tanya Pamela.
Obi pun melihat ruangan UGD yang dipenuhi banyak pasien yang terus berdatangan. Membuatnya tidak berani mencegah niat Pamela.
"Aku ikut dengan mu," sahut Kiki.
"Ayo kita turun," ajak Pamela.
Dengan cepat Pamela dan Kiki turun ke lantai dasar, membantu dokter yang hanya berjaga satu orang.
"Apa keluhannya?" tanya Pamela yang sedang membasuh tangannya dengan handsanitizer, salah satu perawat yang melihat kembali Pamela, setelah kejadian semalam langsung berbisik kepada temannya.
"Pasien datang dengan keluhan nyeri dada, tekanan darah 180/120mmhg, denyut nadi 99 kali permenit, suhu tubuh 39°c," ucap perawat.
"Baiklah, pasang selang infus, beri cairan 3 tetes permenit, berikan 1 ampul tramadol, setelah 30 menit lakukan ronsen dada. Cepat!" perintah Pamela.
"Dokter, ada pasien di sini!" panggil petugas ambulance.
Pamela mendekat.
"Bagai mana keadaan pasien?" tanya Pamela langsung memeriksa pasien dengan stetoskopnya.
"Terdapat luka tembak di bagian kakinya, tekanan darahnya 90/80mmhg, denyut nadinya 87 kali permenit. Pasien kehilangan banyak darah," ucap petugas ambulan.
"Suster, bawa pasien untuk pindai CT, setelah itu konfirmasih hasilnya ya," perinta Pamela.
Dengan begitu cekatan Pamela membantu sebagian pasien yang terus berdatangan, kehadirannya sangat membantu dokter Varel yang sangat keteteran melayani pasien.
Satu persatu pasien sudah di tangani oleh Pamela dan Kiki, rasa lelahnya pun datang menghampiri tubuhnya.
Saat ia ingin duduk di kursi, tiba-tiba ia teringat jika dia harus menemui wakil direktur. Pamela menatap Kiki, seperti menyampaikan dengan bahasa isyarat, mereka pun akhirnya beranjang untuk naik ke lantai 2.
"Kerja bagus dokter," ucap perawat Nisa.
"Kau sangat bekerja keras hari ini," sahut Pamela dengan senyumannya yang sangat manis.
"Berhenti melangkah!" seru Pak Arif.
Pamela langsung terdiam, menoleh ke arah sumber suara.
"Kau yang bernama Pamela? Kau yang di juluki dokter sok jagoan? Apa itu benar?" tanya Pak Arif.
"Maaf pak sebelumnya, nama saya Pamela, saya akan interview di rumah sakit ini sebagai dokter magang, saat saya berada di lantai 2 untuk menunggu wakil direktur datang. Tidak sengaja saya melihat UGD yang terus di penuhi pasien berdatangan, membuat hati saja tergerak dan turun untuk membantu dokter lain yang berjaga, maaf jika saya lancang pak," jelas Pamela.
Arif yang dari awal menunjukan wajah marahnya, setelah mendengar penjelasan Pamela dan ia melihat secara langgung bagai mana Pamela mengatasi semua pasien, membuatnya langsung tersenyum.
"Selamat kau besok sudah boleh magang di rumah sakit ini," kata Pak Arif.
Pamela terbengong mendengar Pak Arif mengatakan hal itu, menbuatnya langsung memperjelas ucapannya.
"Maksud bapak, saya di terima kerja di rumah sakit ini? Apa bapak bernama Arif?" tanya Pamela.
Arif menganggukan kepalanya menatap Pamela yang terlihat bingung sekaligus senang karena ia akan magang di rumah sakit impiannya.
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments