Suara ponsel Pamela berdering, membuat pamela tidak menyadari, jika panggilan itu dari rumah sakit tempatnya bekerja.
Anton yang dalam kondisi mabuk, meluapkan emosinya kepada Pamela, ia selalu menyebutnya sebagai wanita sok jagoan.
"Aku sangat muak dengan wanita yang ada di sana, dia wanita gila, sok pintar, sok jagoan. Aku sangat membencinya, kau tahu, dia seorang wanita penghibur sama seperti dirimu," ucap Anton dalam kondisi mabuk.
Selesai acara, musik DJpun berhenti, membuat Pamela turun dari panggung itu, dan kembali ke tempat duduk yang sudah disediakan. Ia mengambil air mineral, Pamela tidak sedikitpun minum alkohol.
"Siapa pria yang berbicara kasar itu?" tanya Kevin membuat Pamela menoleh.
"Pria yang mana kak," jawab Pamela.
"Kau liat, pria yang menggunakan baju berwarna merah dengan codet di keningnya. Dia terlihat sangat membenci seseorang, mendengar kata-katanya pun aku merasa ngeri," jelas Kevin.
Pamela memperhatikan pria itu, seperti tidak asing baginya, membuat Pamela langsung mengingat jila dia adalah Anton.
Matanya menatap lebar, ia sangat terkejut melihat Anton ada di acara ini.
Saat Pamela ingin pergi dari club ini, tiba-tiba terdengar suara teriakan orang-orang yang meminta tolong.
"Pak Bos! Bangun! Apa yang terjadi, bangunlah Bos," panggil ajudannya.
Pamela menghentikan langkahnya saat mendengar seorang pria paruh baya jatuh pingsan dengan matanya menatap ke atas.
Pamela langsung membalikan tubuhnya, melihat pria itu, rasa penasarannya pun langsung menyebrangi kerumunan orang di tempat itu.
"Permisi Pak, kenapa dengan pria itu?" tanya Pamela.
"Dia tiba-tiba terjatuh saat meminum wine," jawab ajudan.
Pamela melihat kondisinya dari jarak yang cukup jauh, ia memperhatikan gerakan tangan dan respon matanya, teihat seperti kejang.
Pamela langsung menerobos ajudan itu, dan memeriksa deyut nadi yang ada di leher dan memeriksa pernapasan pria itu. Ajudan itu hanya terdiam, melihat Pamela sedang memeriksa Bosnya seperti seorang dokter.
"Apa kau seorang dokter?" tanya ajudan.
"Cepat panggil 119!" perintah Pamela.
Pamela langsung memiringkan pasien ke kiri, dan meminta sendot untuk mengganjal mulut pasien saat sedang kejang. Tindakan Pamela menjadi pusat perhatian di club itu, sampai ada salah satu orang yang memvideo aksinya.
"Ambulan akan datang 2 menit lagi," ucap ajudan.
"Baik lah, bersiap-siap!" seru Pamela.
Aril yang melihat Pamela menangani pasien yang kejang membuatnya merasa bingung, ia menatap Kevin yang hanya terdiam melihat Pamela.
"Apa yang terjadi dengan Bos kita?" tanya ajudan.
"Apa pria ini memiliki tekanan darah tinggi? Apa pernah hampir strok? Aku rasa dia baru sama meminum obat pengencer darah, tetapi dia lupa jika dia meminumnya dicampur dengan minuman wine," jelas Pamela.
Ajudan itu menatap Pamela, ia terlihat seperti tidak yakin dengan ucapan yang di katakan wanita yang ada di hadapannya ini. Tetapi tentang riwayat yang di miliki Bosnya, itu semua benar.
Ambulan datang, dengan cepat membawa pria paruh baya itu masuk ke dalam ambulan dan membawanya ke rumah sakit besar.
Pamela ikut di dalamnya, ia terus memeriksa pasien menggunakan stetoskop.
Sampai di UGD, Pamela langsung membantu petugas ambulan mendorong brangkar, untuk masuk ke dalam ruang UGD.
"Pasien datang!" teriak petugas ambulan.
Dokter yang berjaga malam itu semuanya sedang sibuk, hampir saja tidak ada yang menjaga di ruang UGD, hanya ada dua perawat yang membantu petugas ambulan mengangkat pria itu.
"Di mana dokter yang jaga malam ini?" tanya Pamela.
"Dokter sedang berada di ruang operasi, jadi ... tidak ada dokter gak ada yang berjaga di UGD," jawan Amel.
"Baiklah, segera pasang infus Ringer Lactat, siapkan alat intubasi, aku akan mengganti pakaianku terlebih dahulu," perintah Pemala.
Dengan cepat, Pamela langsung mengganti pakaiannya dengan baju OK, ia langsung berlari kembali masuk ke dalam ruang UGD.
"Bagaimana dengan tanda vitalnya?" tanya Pamela.
"Semuanya normal dok, hanya saja pasien mengalami demam tinggi, ia mulai menggigil," jawab Amel.
Pamela langsung memeriksa detak jantungnya, terasa detak jantungnya sangat cepat di ikuti dengan badan yang bergetar dan mengeluarkan keringat. Kondisi ini membuat Pamela terdiam karena ia sedang memikirkan penyebab terjadinya keringat yang keluar terus menerus.
Pamela melihat perut bagian atas terlihat membesar, membuatnya langsung menekannya, terasa sangat keras. Pamela mengira ini adalah pengerasan batu empedu.
"Berikan paracetamol flash! " perintah Pamela.
Pamela langsung mendekatkan alat USG, ia memeriksa bagian perut pasien dan ternyata, ada pembengkakan di bagaian hati sehingga menekan empedu dan tulang rusuk.
Setelah Pamela mampu mengatasi kejang dan demam tinggi pada pasien, ia langsung menemui ajudannya.
"Maaf pak mengganggu, boleh saya bertanya?" tanya Pamela.
"Katakanlah, ada apa?" jawab ajudan.
"Pasien dalam keadaan yang kritis, selain tekanan darahnya yang tinggi, ada pembengkakan pada organ hatinya, kami mencurigai ini adalah kanker ataupun tumor hati, saat ini perawat sedang membawa darah pasien untuk di periksa lebih lanjut," jelas Pamela.
"Akhir-akhir ini beliau selalu mengatakan nyeri di perut bagian atas, karena tidak mau periksa dan minum obat. Beliau meminum ramuan yang di buatkan oleh istrinya," ucap ajudan.
"Itu bisa menjadi penyebab terbentuknya sel kanker, aku akan segera menghubungi dokter yang mampu menangani masalah kanker," kata Pamela.
"Baiklah, terima kasih," sahut ajudan.
Pamela tersenyum dan kembali memantau pasien.
Pamela selalu menghubungi Dokter Zen yang selalu mengajarkan semua yang tidak diketahui olehnya.
Pamela : "Hallo dok!"
Dokter Zen : "Ada apa? Apa kau sedang bingung menangani pasien dengan kanker hati? Dia sempat mengalami kejang dan demam tinggi, kau sudah melalukan semuanya, tunggu saja hasil dari lab keluar, nanti aku akan menemuimu."
Panggilan itu terputus membuat Pamela merasa kaget, mendengar semua yang dikatakan Dokter Zen adalah benar.
"Bagaimana dia tahu?" gumam Pamela.
Pamela menatap pasien yang sedang terbaring, tidak sadarkan diri.
Saat hasil labnya keluar, Amel langsung memanggil Pamela.
"Dokter! Periksalah, hasil labnya sudah keluar," panggil Amel.
Pamela membuka laptop yang khusus di gunakan untuk memeriksa semua hasil lab dan yang lainnya.
Pamela memeriksa nama pasien itu bernama Zamudin, ia mengeklik dan munculah semua hasil yang sempat di curigai oleh Pamela, semuanya terjawab di hasil lab itu.
Dari kejauhan, Dokter Zen datang bersama Dokter Jhon.
"Bagaimana hasilnya?" tanya Dokter Zen.
Pamela menoleh ke arah suara itu, "Dokter! Silakan Dokter Zen saja yang memeriksanya."
Pamela menjawab dan langsung menggeser laptop itu ke arah Zen.
Zen memperhatikan secara seksama, ia pun memeriksa hasil USG yang di lakukan oleh Pamela. Zen menduga bahwa ini kanker stadium akhir, di mana sel kanker sudah menyebar keseluruh bagian tulang rusuk dan empedu.
"Ada apa dok?" tanya Pamela.
Zen mantap Pamela dengan penuh arti, membuat Pamela merasa bingung.
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments