Dokter Tio memiliki firasat yang tidak baik tentang pasien VIP, yang akan menjalani operasi pengangkatan kanker hati.
Melihat kegigihan Pamela, membuat Dokter Tio tidak bisa berbuat apa-apa, tetapi dia terus mencari informasi, mengapa Dokter Anton yang ikut didalam operasi ini dan bukan Dokter Zen.
Panggilan dari UGD membuyarkan lamunannya, ia langsung berlari menuju ruang UGD.
"Ada apa?" tanya Dokter Tio kepada Perawat Ken.
"Pasien datang dengan keluhan nyeri dada yang sangat hebat, susah bernapas. Tekanan darahnya 180/110mmhg, deyut nadi 102 kali permenit, pasien sempat mengalami pingsan dua kali Dok," jelas Perawat Ken.
"Siapkan ELektrokardiogram atau EKG," perintah Dokter Tio.
Dokter Tio langsung memasang semua alat EKG untuk mengetahui ritne kerja jantung.
Setelah hasilnya keluar, membuat Dokter Tio langsung mengarah ke angina pektoris, karena hasil EKG pasien stabil.
"Pasien mengalami angina pektoris, ini sangat berbahaya, selain pesien menderita tekanan darah tinggi, apa pasien menderita penyakit lainnya?" tanya Dokter Tio.
Perawat Ken memeriksa hasil pemeriksaan lab, ia melihat bahwa kadar glucosa(kadar gula) pasien sangat tinggi mencapai 465 mg/dl.
"Pasien mengalami penyakit penyerta lainnya Dok, yaitu diabetes," jawab Perawat Ken.
"Kita harus menurunkan tekanan darah pasien, dan kadar gulanya, pasang ring jantung untuk mengurangi nyeri pada dada pasien," perinta Dokter Tio.
Dokter Tio langsung menulis resep untuk menurunkan kadar gula dan tekanan darah pada pasien, karena pasien akan menjalani operasi byas jantung.
....
Pamela yang berada di ruang staf, ia langsung mengganti pakaiannya, dan pergi meninggalkan rumah sakit, ia langsung mengurai rambutnya. Karena hari ini Pamela sudah berjanji untuk menemui adiknya.
"Kau di mana? Kakak akan berjalan menuju cafe," Pemela, mengirim pesan singkat kepada Citra.
"Baiklah Kak," Citra menjawab pesan itu.
Pamela berjalan melewati UGD yang tidak terlalu ramai pasien, saat ia keluar dari parkiran, Pamela melihat Dokter Jhon yang akan masuk ke dalam mobilnya.
"Hay, Dokter," sapa Pamela.
"Apa kau libur?" tanya Dokter Jhon.
"Aku jaga malam Dok, jadi hari ini bisa pulang sebentar," jawab Pamela.
"Baiklah, hati-hati dijalan," ucap Dokter Jhon.
Pamela menundukan kepalanya, ia langsung pergi mendahului Dokter Jhon, Pamela berjalan menuju halte.
Saat di perjalanan, Pamela melihat jalanan yang sangat ramai membuatnya sakit kepala.
Sampailah di halte, Pamela berjalan cukup jauh untuk menuju cafe. Berjalan cukup lama, akhirnya Pamela pun sampai di cafe.
Saat Pamela masuk ke dalam cafe, Pamela melihat Citra melambaikan tangannya, membuat Pamela tersenyum dan langsung mendekati adiknya.
"Kakak aku rindu," ucap Citra langsung memeluk Pamela.
"Bagaimana kabarmu, apa kau baik?" tanya Pamela.
"Apa Kakak tidak merindukanku?" jawab Citra.
"Siapa bilang Kakak tidak rindu, justru Kakak menahan rindu, Kakak bertanya bagaimana kabarmu?" ujar Pemela.
"Kabar ku tidak baik, sejak kepergian Kakak," ucap Citra.
"Apa papa masih seperti dulu? Selalu mengekang?" tanya Pamela.
"Aku di paksa untuk masuk di Universiti America, tapi aku tidak mau, aku ingin seperti Kakak menjadi seorang Dokter, aku tidak mau Kak, harus mengikuti kemauan papa. Aku hampir gila jika terus-terusan belajar," keluh Citra.
Pamela berusaha untuk mencairkan suasana, ia sesunggihnya tidak sanggup, mendengar keluh kesal sang adik yang dulu pernah ia alami.
"Kau jangan membangkang seperti Kakak," ucap Pamela.
"Papa selalu mengancam, jika nanti aku tidak nurut, mereka akan menyita semua barangku dan aku tidak akan di beri uang jajan," keluh Citra.
Pamela mengusap bahu Citra dan langsung mengajaknya untuk memesan makanan yang dia sukai.
Citra memesan banyak makanan, membuat Pamela sangat senang melihat adiknya tertawa lepas tanpa beban.
"Mama selalu menanyakan keberadaan Kakak?" ucap Citra.
"Benarkah, tadi Mama kenapa tidak menelponku?" jawab Pamela.
"Aku rasa dia gengsi, apalagi melihat Kak Pamela yang sekarang berbeda dengan Kakak yang dulu," ucap Citra.
Pamela menghabiskan waktu bersama Citra, setelah makan, mereka pergi nonton film, foto booth, dan bersepeda. Citra sangat bahagia bisa keluar bebas.
Pamela tidak mengetahui jika Citra membolos sekolah, ia merasa sangat bosan jika terus-terusan harus belajar, belajar dan terus belajar.
Citra sangat berbeda dengan Pamela yang cantik, cerdas dan pemberani. Sedangkan Citra mudah sekali jatuh sakit, seolah fisiknya tidak mempu untuk terus dipaksa melakukan sesuatu yang melampaui batas.
Di dalam ruang kantor.
"Maaf Pak, Non Citra tidak masuk sekolah, tetapi diam-diam dia menemui Non Pamela. Dan mereka bertemu di salah satu cafe dekat dengan sekolahnya," ucap ajudan.
"Apa! Untuk apa dia menemui anak yang tidak nurut denganku!" seru Bramasta.
Bramasta terlihat sangat marah, karena Pamela sejak awal, tidak mau menuruti kemauan orang tuanya, ia lebih memilih pergi dari rumah dan menjelajahi hidupnya sendiri.
Bramasta langsung menelpon istrinya.
Suara ponsel berdering, membuat Sherlin langsung mengangkat telpon itu.
Sherlin : "Hallo sayang, ada apa?"
Bramasta : "Citra hari ini bolos sekolah, dia menemui Pamela, bagaimana jika Pamela mrnghasut Citra untuk mengikuti jejaknya! Ini tidak bisa dibiarkan, kau harus susul Citra sekarang!"
Belom sempat Sherlin berbicara, telponnya langsung di matikan, membuat Sherlin langsung menatap ponselnya dengan wajah yang sangat bingung.
"Kenapa malah dia marah padaku," ucap Sherlin.
Sherlin yang sedang berada di kantornya, membuatnya langsung mengambil tasnya dan meninggalkan kantor.
Sherlin melajukan mobilnya menuju pusat perbelanjaan yang ada dikota itu, ia melacak keberadaan Citra dari GPS, membuatnya langsung melaju dengan cepat.
Setelah puas berkeliling, membuat Citra kelelahan dan langsung duduk di kursi taman.
"Aku sangat bahagia Kak, terima kasih sudah membawaku keliling tempat yang aku mau," ucap Citra dengan wajah yang girang.
"Sekarang kamu harus pulang, ingat! Belajar dengan giat, wujudtin mimpi papa, jadilah anak yang baik. Doa Kakak selalu menyertaimu," pesan Pamela.
Citra langsung memeluk Pamela, "aku akan mewujudkan mimpi papa, doakan aku kuat ya kak," ucap Citra membuat Pamela sedih, ia langsung melepaskan pelukan itu dan menatap Citra.
"Adikku yang cantik, jangan berkata seperti itu, kamh harus bisa, semangat ya," ucap Pamela.
Citra langsung mengusap air matanya yang akam jatuh, agar Pamela tidak mengetahuinya.
Pamela langsung memeluk Citra.
"Apa kamu bisa melewati semua ini?" tanya Pamela.
Citra, tidak sanggup menjawab, tangisnya pun pecah, ia menangis sejadi-jadinya. Membuat Pamela langsung mengelus punggungnya.
"Katakan pada Kakak, apa yang terjadi?" tanya Pamela.
"Kakak kan tahu, fisikku sangat lemah, aku sering demam, dan gelisah setiap malam. Aku kadang kesulitan tidur dan ketika mendengar bunyi apapun, rasanya aku ingin marah dan membanting semuanya," ucap Citra.
"Apa kau sudah periksa ke dokter?" tanya Pamela.
"Belom Kak, aku takut," jawab Citra.
"Baiklah, kapan kamu libur, hubungi Kakak, nanti kita konsultasi ke Dokter," ucap Pamela.
Mereka yang masih berpelukan, membuat Sherlin yang melihat Pamela langsung terdiam, ia tidak mau mengganggu.
Rasa rindu yang begitu berat, muncul di dalam benak hatinya, membuat Sherlin hanya mampu menahan sampai membuat dadanya sangat sesak.
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments