Sherin terlihat asik mengobrol dengan teman arisannya melalui telpon seluler, ia tertawa sampai tidak menyadari jika Citra, adik dari Pamela, baru saja pulang dan merebahkan tubuhnya di atas sofa.
Melihat Ibunya sedang mengobrol di telpon, Citra pun memainkan ponselnya sampai tertidur pulas. Terlalu lelah belajar seharian membuat Citra tidur mendengkur, dengkurannya cukup keras membuat Sherin langsung terdiam, memperhatikan suara yang terdengar nyaring di telinganya.
'Suara siapa itu?' batin Sherlin.
Sherin langsung mematika telponnya, dan mencari sumber suara itu, saat matanya menatap sekitaran sofa, ia melihat Citra tertidur pulas.
"Ya ampun, aku pikir siapa yang mendengkur, ternyata anakku sendiri," ucap Sherin mengusap rambut Citra, sentuhan tangan Sherlin membangunkan Citra.
"Mama!" panggil Citra.
"Kenapa bangun, lanjutkan tidurmu, kau pasti sangat lelah," sahut Sherlin.
"Apa aku tertidur barusan?" tanya Citra.
Sherlin menatap Citra dengan wajah yang bingung.
"Memangnya barusan ini kau ngapain? Berenang?" jawab Sherlin.
"Entah, aku tidak mengingatnya," ucap Citra.
"Mah! Aku rindu sama Kak Pamela," ucap Citra.
Wajah Sherlin langsung berubah seketika, ada rasa sedih selama kepergian Pamela dari rumah, membuat Citra merasa tertekan karena harus belajar dan terus belajar untuk masuk ke Universitas bergengsi.
"Mama juga merindukannya," ucap Sherlin.
"Kemarin aku mengirim pesan kepada kakak, tapi belom mendapat balasan. Apa dia sedang sibuk ya bu?" tanya Citra.
"Sabar, nanti mama yang menghubungi kakakmu," jawab Sherlin.
Citra menganggukan kepalanya dan langsung kembali ke kamar, ia menatap ponselnya, melihat nama kakaknya di kontak ponselnya dan kembali mengirimi pesan.
"Kakak dimana, besok temui aku di cafe, aku merindukan kakak."
Pesan itu langsung terkirim, membuat ponsel Pamelapun berdering. Ia yang sedang duduk sambil memakan permen lolipop pun, langsung memeriksa ponselnya.
"Citra," lirih Pamela, langsung membuka pesan yang baru saja di kirim oleh adiknya, saat ia membuka pesan itu, ternyata ada tiga pesan yang belom terbaca membuat Pamela langsung menepuk jidadnya sendiri.
'Aku terlalu sibuk, sampai akhirnya tidak menyadari, jika adikku mengirim pesan,' batin Pamela.
Pemala langsung membalas pesan adiknya.
"Baiklah, Kakak akan menemuimu di cafe langganan kita, jaga dirimu. Belajarlah yang giat agar kau bisa mewujudkan mimpi papa."
Pesan itu pun terkirim dan tak lama ponsel Citra pun berdering, ia terlihat sangat girang mendapat balasan dari Pamela, saat ia membaca pesan itu, senyum dibibirnya tersungging manis.
Sherlin yang mengintip di balik pintu, tak menyadari jika air matanya pun ikut menetes. Ia terharu melihat Citra yang sangat girang mendapat balasan dari Pamela. Bramasta yang baru saja pulang dari kantornya, melihat Sherlin berdiri di depan pintu kamar Citra langsung bertanya.
"Sedang apa berdiri disitu?" tanya Bramasta.
Sherlin pun kaget dan langsung menutup pelan pintu kamar Citra dan langsung mengusap air matanya yang membasih pipi.
"Kau menangis?" tanya Bramasta, mendekati Sherlin.
"Aku sedih dan juga senang, melihat Citra tertawa, hatiku yang sunyi seakan kembali seperti dulu," jawab Sherlin.
"Kau merindukan Pamela? Dia saat ini bekerja di Rumah Sakit Utama Medika, kinerjanya sangat bagus, tapi aku belum bisa memaafkan semua kesalahan yang dilakukan Pamela," jelas Bramasta.
Sherlin terkejut mendengar penuturan dari suaminya, "kamu serius sayang, syukurlah jika Pamela sudah mendapat pekerjaan yang baik, mama ikut seneng," sahut Sherlin.
Hari mulai gelap, seperti biasa, Pamela yang selalu berjaga di ruang UGD, ia terus memegang flasdisk yang diberikan oleh Dokter Zen. Belom sempat ia melihat isi flashdisk itu.
"Apa itu Dok?" tanya Perawat Ken.
"Astaga! Kau mengagetkanku saja," jawab Pamela.
"Makanya jangan melamun, memangnya apa yang Dokter pikirkan?" tanya Perawat Ken.
"Aku tidek melamun, hanya saja aku rindu dengan adikku," jawab Dokter Pamela.
"Pasti adik Dokter, sangat cantik seprtti Dokter Pamela, kenalkan aku dong Dok, mau kan Dokter punya adik ipar sepertiku?" goda Perawat Ken.
"Tidak boleh, aku tidak merstui kalian. Adikku masih sekolah dan kau! Sudah berumur perawat Ken, jadi urungkan niatmu," tegas Pamela.
"Pasien datang!"
Teriak petugas ambulan.
Pamela langsung bangkit dari duduknya dan langsung memegang stetoskop dan melingkarkan di lehernya.
"Apa keluhannya?" tanya Pamela.
"Pasien bernama Nia, umur 25tahun, dia mengeluh sakit dibagian kelaminnya dan sempat mengeluarkan darah segar," jawab petugas ambulan.
"Apa ada walinya?" tanya Pamela.
"Kami datang membawa kakaknya, dia sedang menunggu di ruang tunggu," jawab petugas ambulan.
"Kita angkat pasien keranjang, siap! I, 2, 3!" ucap Perawat Ken dan petugas ambulan.
Selesai memindahkan pasien ke ranjang, Pamela langsung menutup tirai. Ia melihat ada beberapa memar dibagian paha, membuat Pamela langsung menggunting celana pasien, betapa terkejutnya ia melihat ada luka lebam seperti terkena pukulan hebat, di bagian kelamin wanita itu.
Pamela langsung menatap Perawat Ken, tanpa mengatakan apapun, Perawat Ken langsung mengganti posisi dengan Perawat Amel.
"Siapkan larutan garam di dalam kom kecil dan siapkan kasa streil, bersihkan semua luka, setelah itu aku akan melakukam ronsen di bagian paha atas, sepertinya ada fraktur (patah) tulang," perintah Pamela.
Perawat Amel langsung menyiapkan semua alat dan langsung membersihkan seluruh luka yang ada si tubuh pasien, pasien yang tidak sadarkan diri, langsung di lakukan intubasi oleh Pamela dan semua alat terpasang untuk memantau kondisi pasien.
Setelah selesai membersihkan luka, pasien langsung di bawa untuk ronsen. Selesai ronsen, pasien kembali ke ruangan hibrida. Hasilnya pun keluar, membuat Pamela langsung melihat dengan detail, Pamela terus memperhatikan fraktur yang terjadi dan langsung memeriksa lupa lebamnya.
Pamela langsung menemui keluarga pasien, ia melihat ada seorang wanita mudah yang sedang duduk di ruang tunggu, membuat Pamela langsung mendekat.
"Permisi, apa benar anda keluarga dari pasien Nia?" tanya Pamela.
"Iya Dok, saya kakaknya," jawab keluarga pasien.
"Boleh saya meminta waktunya sebentar," pinta Pamela.
Keluarga pasien Nia pun menganggukan kepalanya.
"Apa pasien mengalami kecelakaan? Atau pukulan yang di sengaja? Aku memeriksa ada luka seperti pukulan yang ada di bagian alat kelaminnya? Apa kalian bertengkar?" tanya Pamela.
Keluarga pasien Nia pun langsung menatap tajam Pamela, ia mengira jika Pamela telah menuduhnya melakukan kekejaman kepada adiknya sendiri, dengan penuh emosi, keluar pasien Nia pun langsung memarahi Pamela.
"Jadi maksud Dokter, saya yang menganiaya adik saya begitu! Lancang sekali kau ya Dok!" seru keluarga pasien Nia.
Pamela yang kaget langsung mengklarifikasi, agar keadaan tidak semakin kacau.
"Saya tidak bermaksud menuduh Nona, saya hanya bertanya, jika ini sebuah kecelakaan maka bisa di laporkan kepihak yang berwajib, agar di lakukan introgasi, untuk menemukan siapa pelakunya, pasien saat ini mengalami patah tulang paha, sebelum kita melakulan tindakan operasi, alangkah baiknya kita mencari tahu penyebabnnya," jelas Dokter Pamela.
"Dasar Dokter keparat!"
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Ayu Ap
terimakasih kakak, mohon dukungannya💜💜
2023-05-17
1
Ayu Ap
terimakasih kakak, mohon dukungannya💜💜
2023-05-17
0
azzalea
ini tuh cerita keren yang bisa nambah wawasan lho.....
2023-05-17
0