"Bos, ada masalah?" tanya Hansen saat melihat Xander duduk termenung sendirian.
Xander mendongak menatap wajah Hansen dengan segudang pertanyaan yang terus-menerus memenuhi kepalanya. Bukan hanya sosok Nisha saja yang mengganggu pikirannya, tetapi juga sosok anak kecil yang pernah memanggilnya dengan sebutan papa. Mungkinkah Xander mempunyai kisah masa lalu yang tak bisa diingatnya?
"Duduklah!" perintah Xander.
Hansen pun langsung duduk tepat di hadapan Xander. "Ada apa, Bos?" ulangnya.
"Sen, sudah berapa lama kamu bekerja untuk keluarga Daddy-nya Xella?" tanya Xander dengan tiba-tiba.
"Baru enam tahun. Aku tidak pernah bekerja untuk keluarga nona Xella, tapi aku bekerja untuk Anda, Bos."
"Apakah kamu tahu asal usulku?"
Sejenak Hansen terdiam karena ia tidak tahu asal usul Xander. Saat diminta untuk menjadi asisten pribadi Xander, Hansen sama sekali tidak ingin tahu apa yang sedang terjadi. Tugasnya hanya mengabdi, tanpa harus mencari tahu informasi lebih tentang bosnya.
"Maaf, aku tidak tahu, Bos. Karena kedatanganku hanya untuk menjadi tangan kanan, bukan sebagai detektif, jadi aku tidak pernah bertanya tentang asal usul Anda, Tuan. Ada apa? Apakah selama tinggal di sini ada seseorang yang mengaku-ngaku sebagai keluarga Anda?" Hansen terlihat sangat penasaran.
"Tidak ada. Hanya saja dua hari yang lalu aku sempat bertemu dengan seorang anak kecil yang memiliki wajah hampir mirip dengan saya. Apakah kamu tahu apa yang dikatakan oleh gadis kecil itu?"
Hansen menggeleng pelan. "Tidak, Bos. Aku tidak ada di sana."
"Dia memanggilku dengan sebutan papa dan menunjukkan sebuah foto yang kemungkinan besar itu adalah aku." Seketika Xander mengeluarkan sebuah foto yang didapatkannya dari tangan Alsha dua hari yang lalu.
Dengan cepat Hansen meneliti foto yang ditunjukkan oleh Xander. Matanya langsung melotot saat melihat pria yang ada di foto itu adalah bosnya.
"Bos, apakah dulu Anda pernah menanamkan benih Anda pada seorang wanita? Cobalah ingat-ingat lagi! Jika benar itu adalah anak Anda, maka Anda sudah tidak perjaka lagi, Bos!" ucap Hansen.
Xander hanya terdiam dengan rasa penasarannya. Mungkin benar apa yang dikatakan oleh Hansen jika dirinya pernah memiliki anak dengan seorang wanita? Lalu jika memang iya, mengapa dirinya sama sekali tidak bisa mengingat apa yang telah terjadi.
"Sen, ini tugas baru untukmu. Kamu harus mencari anak itu dan cari tahu siapa ibunya!" titahnya pada Hansen.
"Bos! Anda tidak bercanda, kan? Darimana aku bisa menemukan anak itu sementara sendiri tidak tahu seperti apa wajah anak itu. Jakarta itu luas, Bos!" protes Hansen.
"Aku tidak peduli dengan alasanmu. Yang aku mau adalah hasil kerjamu. Jika kamu tidak bisa menyelesaikan tugas dengan baik, aku bisa mencari penggantimu!" Xander kembali mengeluarkan jurus andalannya.
"Aduh Bos ... Anda sangat keterlaluan!"
Rencana awal libur ke Bali adalah untuk menenangkan pikirannya, tetapi malah sebaliknya. Pikiran Xander malah tidak tenang, terlebih saat mendengar kabar jika perusahaan milik Nisha sudah berada di ambang kehancuran karena para investor satu persatu telah mengambil sahamnya dari perusahaan Nisha.
Mendadak hati Xander terasa berdenyut. Seolah saat ini dia sedang menyesali apa yang telah dilakukannya. Padahal antara keduanya belum sepakat untuk bekerja sama dan Xander sendiri merasa tidak dirugikan dengan perusahaan Nisha, tetapi apa yang telah dilakukannya pada perusahaan Nisha? Dia memprovokasi dan mengatakan jika saat ini perusahaan Nisha sedang dalam masalah besar.
"Astaga .... apa yang sedang kupikirkan? Bukankah sudah jelas jika wanita itu memilih untuk membatalkan pertemuan penting demi jalan bersama dengan seorang pria. Apakah itu yang disebut dengan wanita pekerja keras?" Xander bergumam saat ingin memejamkan matanya, karena bayangan Nisha terus berkeliaran di kepalanya.
"Argh ... sakit! Kenapa kepalaku malah memikirkan wanita, sih? Padahal selama ini saya tidak pernah memikirkan seorang wanita, tetapi baru beberapa hari tinggal di sini, kepalaku sudah mulai terganggu. Xander, ayo jawab. Jangan mau diperdaya oleh pikiran sesat!" Sebisa mungkin Xander menepis pemikiran dan mencoba untuk menutup matanya.
...***...
Di sisi lain, Nisha merasa sangat bahagia karena anaknya kembali pulang ke rumah. Namun, di sisi lain, ia harus bersabar dan berlapang dada ketika mendengar informasi terkini dari perusahaannya, di mana sistem penjualan semakin turun bahkan sempat mencapai minus.
Karena Nisha tidak tega untuk meninggalkan Alsha, ia masih berusaha untuk menemani Alsha, meskipun pikirannya sudah kacau. Jika benar perusahaannya mengalami kebangkrutan, lalu apa yang harus dilakukan Nisha untuk menyelamatkan perusahaan peninggalan milik Alexander agar tidak bangkrut?
"Alexander, maaf jika pada akhirnya saya tidak bisa mempertahankan perasaan yang ingin Anda kembali saat itu. Karena saat ini perusahaan yang sudah saya kelola sedang mengalami masalah besar, di mana hampir semua saham yang ditanamkan di perusahaan satu persatu diambil oleh pemiliknya. Lalu, harus bagaimana saya untuk mempertahankannya? Alexander, di mana kamu? Saat ini saya benar-benar membutuhkanmu."
Seperti biasa, Nisha akan mencurahkan keluh kesahnya dalam sujud malam. Karena dengan cara seperti itu, Nisha bisa leluasa mengeluarkan segala keresahannya.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Cawi 123
gmna sih..blum juga tamat cerita nya abih gtu aja
2023-05-27
0
Reti 200294
sabar nisha y🤨
2023-05-27
0
Rahma Inayah
semoga cpt di pertemukan nisha ,alisha dan alex...
2023-05-27
0