Bab 12

Danar merasa sangat terkejut dengan pengakuan Nisha yang mengatakan jika saat ini Alexander telah kembali. Bahkan Danar sama sekali tidak mempercayai ucapan Nisha dan menganggap jika saat ini Nisha sedang merindukan sosok suaminya.

"Nisha, aku tahu jika kamu mencintai Alexander dan kamu sedang merindukannya di saat seperti ini, tapi tolong kamu harus sadar jika Alexander sudah tidak ada."

"Danar! Atas dasar apa kamu mengatakan jika Alexander sudah tidak ada? Bahkan kamu saja tidak melihat jasadnya, lalu bagaimana kamu bisa berkata seperti itu?" protes Nisha dengan rasa tidak terima.

Semenjak menghilangnya Alexander enam tahun yang lalu, Nisha tak pernah sedikitpun menganggap jika Alexander telah tiada. Dia tetap pada pendiriannya jika tidak melihat jasadnya, maka selamanya dia akan menganggap jika Alexander masih hidup. Dan kini terjawab sudah apa dengan keyakinannya jika Alexander masih hidup.

"Tapi Nish .... "

"Cukup Danar! Aku tidak ingin berdebat denganmu. Jika kamu tidak percaya, tanyakan saja kebenaran itu dengan Lucas."

Ditengah-tengah ketegangan antara Nisha dengan Danar, tiba-tiba saja Alsha terbangun dan langsung memanggil mamanya.

"Mama."

Nisha pun langsung menoleh kearah Alsha.

"Sayang, kamu udah bangun? Mau minum?"

Kepala kecil itu menggeleng dengan pelan. "Tidak, Ma." Sejenak mata Alsha menoleh ke samping kanan dan kiri, seolah sedang mencari seseorang.

"Uncle, dimana papa Alsha?"

Danar yang mendengar pertanyaan Alsha hanya bisa menelan kasar saat ini dan berpikir jika Alsha mendengar pembicaraannya dengan Nisha tadi.

"Alsha, mengapa kamu bertanya seperti itu kepada uncle?" Nisha yang merasa sangat terkejut langsung bertanya kepada anaknya.

"Alsha tadi sempat melihat kalau Papa ada tadi kesini, Ma. Papa udah pulang, terus dimana papa sekarang, Ma? Apakah papa tidak merindukan Alsha?"

Hati Nisha rasanya seperti ter-rem-mas. Mungkin karena terlalu merindukan papanya, sehingga Alsha memimpikan kepulangan papanya. Atau itu adalah salah satu petunjuk jika sebentar lagi Alexander akan segera pulang dan berkumpul bersama lagi.

"Sayang, kamu hanya mimpi, Nak. Mama tau jika saat ini sedang merindukan Papa kamu jadi terbawa hingga ke alam mimpi. Mama berjanji kepada dirimu sendiri akan segera membawa pulang agar kamu merasa bahagia karena saat ini bahagiamu adalah bahagia untuk mama juga," jelas Nisha pada anaknya.

Seketika wajah Alsha berubah menjadi lesu ketika sang mama mengatakan jika dia sedang bermimpi. Padahal Alsha merasa jika itu adalah nyata.

"Alsha enggak mimpi, Ma! Papa benar-benar pulang." Sang anak tetap bersikeras dengan apa yang dia rasakan.

Danar dan juga Nisha diam tak berkutik. Keduanya hanya menahan rasa sesak di dalam dadanya. Sebesar itukah rasa rindu Alsha untuk papanya.

"Sayang, Mama tahu jika saat ini kamu sedang merindukan papa. Mama berjanji sebentar lagi akan membawa Papa pulang," ucap Nisha dengan mata yang telah berkaca-kaca.

"Janji?" Alsha menatap Nisha dengan lekat.

"Iya. Mama janji, tapi kamu harus sabar dan gak boleh sering sakit, oke!"

"Iya, Ma."

...****...

Setelah kondisi sang anak sudah membaik, kini Nisha sudah bisa meninggalkannya dengan sedikit lega, terlebih ada sosok Danar yang menemani Alsha.

Tak ingin membuang waktunya, Nisha pin segera meluncur ke sebuah hotel tempat di mana pria yang dianggap Alexander itu menginap. Hari ini Nisha akan membuktikan dengan caranya sendiri jika pria itu benar-benar Alexander. Namun, sayangnya setelah Nisha sampai di hotel itu ternyata dia tak menemukan lagi pria yang bernama Xander disana. Menurut informasi yang didapat dari pihak hotel saat ini Xander sudah cek out. Seketika tubuh Nisha terasa lemas tak berdaya.

"Apa? Dia sudah cek out? Tidak! Aku harus menemui dia sebelum dia paling benar-benar pergi."

Dengan langkah sedikit berlari, Nisha mengusap jejak air matanya. Berharap dia masih bisa menemukan keberadaan pria yang dianggap Alexander itu dan membawanya pulang untuk bertemu dengan anaknya.

Ya Allah, jika benar dia adalah Alexander, tolong cegah dia agar tak pergi. Saat ini aku dan juga Alsha sangat membutuhkannya.

Sementara itu, disisi lain Xander menghela napas panjangnya setelah berhasil menghirup udara sekarang di pulau Bali.

Ya, mendadak Xander menginginkan untuk mengunjungi pulau Bali untuk mendinginkan pikirannya agar tak terbayang-bayang dengan wajah Nisha. Entah mengapa orang yang baru saja dikenal di ditemui terus mengganggu pikirannya.

"Xan, apakah setelah ini kita akan segera pulang?" tanya Xella.

"Aku belum tau!" datar Xander.

"Xan ... apakah hubungan kita akan tetap seperti ini? Kedua orang tuaku sangat berharap jika kita berdua berjodoh. Apakah kamu sama sekali tidak tertarik untuk menikah denganku?"

Xander dan Hansen hanya saling bersitatap saat mendengar pertanyaan Xella. Xander pun hanya bisa menelan kasar salivanya, karena tau pertanyaan Xella telah melukai hati Hansen yang selama ini menyukai Xella dalam diamnya.

"Kalian berdua kenapa? Kok ngeliatin aku seperti itu?" Xella terheran dengan kedua pria yang telah menatapnya.

"Tidak ada. Kami berdua hanya terkejut saja dengan pertanyaanmu," ucap Hansen dengan lemah.

"Xella ... hubungan kita hanya sebatas teman. Aku tidak mungkin menikahimu karena ada seseorang yang sangat mencintaimu," timpal Xender.

Mendengar pengakuan Xander membuat hati Xella tercabik-cabik. Secara mentah-mentah dia sudah ditolak oleh Xander. Namun, sebisa mungkin Xella berusaha untuk menutupi rasa sakit itu. Sambil tersenyum Xella berkata, "Apakah aku kurang cantik di matamu, Xan? Padahal di rumah sakit aku mendapatkan gelar dokter paling mudah dan paling cantik. Tapi sayangnya kecantikanku ini tidak ada artinya di matamu."

"Bukan begitu, Xell. Di mataku kamu adalah wanita cantik wanita sempurna. Hanya orang-orang bodoh yang tidak melihat kecantikanmu. Xella, kamu harus tau jika ara seorang yang sangat mencintaimu dalam diam selama hampir enam tahun ini dan orang itu adalah orang terdekatku. Apakah adil jika aku menusuknya dari belakang? Tidak kan? Aku berharap kamu bisa menerima pengakuan dari perasaannya," ujar Xander.

"Kamu jangan membuat alasan yang tidak masuk akal, Xan! Sejak kapan kamu mempunyai teman dekat. Satu-satunya orang terdekat kamu itu adalah aku!"

"Kamu salah, Xell. Apakah kamu tidak menganggap keberadaan Hansen disisiku?"

Bola mata Xella langsung melotot kearah Hansen. "Apa? Dia?" Xella menujuk kearah Hansen.

...***...

Terpopuler

Comments

Pujiastuti

Pujiastuti

semoga Nisga bisa bertemu lagi sama Alex

2023-05-27

0

Olivia

Olivia

semagat thor Cerita x sangat bagus👍

2023-05-26

0

Reti 200294

Reti 200294

ahh gereget bnget deh🙄 semngat thor

2023-05-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!