Dengan berat hati Nisha menyerahkan pertemuannya dengan Mr. Xander pada Calline, karena dia harus hadir ke sekolahan Alsha. Padahal ini adalah pertemuan perdananya dengan pengusaha dari luar negeri, tetapi demi sang anak Nisha menyerahkan semuanya pada sekertarisnya.
"Call, aku serahkan semuanya padamu. Semoga pertemuan pertama ini bisa berjalan dengan lancar," ucap Nisha pada Calline saat dia singgah ke kantor terlebih dahulu.
"Siap, Bu. Doakan semuanya berjalan dengan lancar. Jujur saya sangat takut untuk bertemu dengan Mr. Xander ini, Bu. Saya banyak mendengar jika Mr. Xander ini adalah orang yang sangat arogant. Saya takut tidak bisa meyakinkannya untuk bergabung di perusahaan kita." Calline merasa takut jika dia gagal untuk meyakinkan pria yang bernama Xander itu.
"Kamu tidak usah takut. Aku percaya kamu bisa menangani semua dengan baik. Maaf jika aku telah merepotkanmu."
"Ibu tidak usah merasa bersalah karena ini sudah menjadi tugas dan kewajiban saya. Saya hanya minta doa sama ibu agar semuanya berjalan dengan lancar."
Nisha pun mengulum senyum di bibirnya. "Aku selalu mendoakan yang terbaik untukmu. Calline, selamat berjuang. Aku yakin kamu bisa meyakinkan Mr. Xander."
Setelah memberikan semangat untuk Calline, Nisha pun langsung meninggalkan kantor. Tidak mudah bagi seorang Nisha untuk membagi waktunya sebagai seorang ibu sekaligus menjadi seorang CEO.
Terkadang saat lelah rasanya Nisha ingin menyerah, tetapi dia mengingat kembali perjuangan Alexander untuk menghidupkan lagi perusahaan yang sempat mati. Nisha masih berharap jika suaminya suatu saat akan kembali pulang. Dan dia tidak ingin membuat suaminya merasa kecewa karena perusahaan yang sempat dipertaruhkan hancur begitu saja.
Rasa lelah sering kali menghampiri Nisha, tetapi setelah melihat wajah sang anak yang sangat menyerupai suaminya, rasa lelah dan lebihnya hilang begitu saja.
Dering ponsel membuat Nisha langsung mengambil ponsel yang berada di saku blazernya. Terlihat dengan jelas nama Danar mengambang di layar ponselnya. Nisha yang tengah menyetir mobil langsung mengurangi laju kecepatannya untuk mengangkat panggilan dari Danar. Sudah yakin jika Danar menelepon dirinya karena desakan Alsha.
Dan saat Nisha baru saja menggeser tombol yang berwarna hijau di ponselnya, seketika suara Alsha dari seberang telepon sudah sangat berisik untuk memprotes mengapa Mamanya belum sampai di sekolahan juga padahal sebentar lagi acara itu akan segera dimulai.
"Halo Mama. Mama dimana? Mengapa Mama belum sampai di sekolah Alsha. Sebentar lagi acaranya akan dimulai. Mama beneran bisa datang ke sekolah Alsha kan? Atau saat ini mama sedang ada rapat?"
Nisha hanya menghela nafas kasarnya saat mendengar suara dari seberang telepon. Dia langsung memberikan jawaban untuk sang anak jika saat ini masih berada di jalan dan terjebak macet.
"Alsha, maafkan mama yang tidak bisa datang tepat waktu. Mama sedang terjebak macet di jalan. Tapi Alsha tenang saja sebentar lagi mama juga sampai ke Alsha."
"Baiklah. Alsha akan tunggu mama!" Dan ... panggilan pun akhirnya berakhir tanpa ada kata lain.
Nisha hanya bisa membuang nafas kasarnya, terlebih saat melihat kepadatan mobil di jalanan. Entah apa yang sedang terjadi di depan sana sehingga jalanan mengalami kemacetan yang tak seperti biasanya.
"Ya Allah jika seperti ini kapan bisa sampai ke sekolah Alsha?" Nisha sudah merasa gelisah karena sebentar lagi acara akan segera dimulai dan dia belum bisa keluar dari kemacetan di jalanan.
Berbagi pikiran bercampur menjadi satu dalam kepala Nisha hingga membuatnya tak bisa fokus mengemudikan mobilnya. Sudah hampir dua kali dia hendak bersenggolan dengan penggunaan jalan lainnya yang menggunakan sepeda motor. Untuk saja tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkannya. Dan saat Nisha baru saja bernafas tiba-tiba ... BRAAKKK ....
Mata Nisha mendelik dengan sangat lebarqna kala mobilnya menabrak ekor mobil yang ada didepannya. Dadanya naik turun dengan keringat yang sudah mengucur deras deras. Tubuhnya pun langsung bergemetar saat pemilik mobil itu keluar untuk melihat apa yang telah terjadi.
Terlihat pria berseragam hitam dengan kacamata yang bertengger di batang hidungnya tengah melihat-lihat ekor mobil yang telah penyot.
"Astaghfirullahaladzim ... " Nisha menutup mulutnya saat melihat wajah pria yang terlihat menyeramkan itu berjalan kearah mobile.
Dua ketukan pada kaca jendela mobil Nisha telah membuat tubuh Nisha lemas tak berdaya. Tapi, Nisha harus bertanggung jawab atas apa yang telah terjadi, karena ini memang adalah salahnya.
"Maaf, Pak. Saya tidak sengaja. Tapi bapak tenang saja, saya akan bertanggung jawab dengan kerusakan mobil bapak," ujar Nisha dengan tubuh yang sudah bergemetar.
"Anda tahu tidak mobil yang saya bawa itu bukankah mobil biasa. Mobil itu adalah mobil limited edition. Jika Anda tidak bisa membawa mobil, mending tidak usah menyetir! Dasar, merepotkan orang lain saja!" ketus pria itu.
"Iya, saya minta maaf. Saya benar-benar tidak sengaja, Pak. Silahkan bapak tinggalkan nomor rekening Anda agar saya bisa mengganti rugi atas kerusakan pada mobil anda. Berapapun baiayanya akan saya bayar."
Pria tegap yang terlihat menyeramkan hanya bisa tersenyum sinis pada Nisha. "Kamu pikir bos saya mau menerima ganti rugi yang anda berikan? Anda salah besar. Bahkan jika mau bos saya mampu untuk membeli pulau ini!" terangnya.
Perbincangan antara Nisha dengan pria itu pun memicu sebuah kemacetan lagi dan banyak klakson mobil yang saling bersahutan untuk memberi isyarat agar mobil mereka berdua dipinggirkan jika masih ingin berdebat.
"Sen!" teriak pria dari dalam mobil yang ditabrak oleh Nisha. "Sudahlah, kamu tak perlu repot-repot meminta pertanggungjawaban darinya. Kamu laporkan saja penampakan ini pada pihak yang berwajib!" lanjutnya lagi.
Pria yang mendapatkan perintah dari bosnya langsung mengganti dengan pelan. "Siap, Bos!"
Tentu saja Nisha merasa sangat keberatan dengan tindakan yang diambil oleh pria yang dipanggil Bos. Karena tidak terima, Nisha mencoba untuk mendatangi Bos yang ada didalam mobil itu.
"Tuan ... tolong jangan lakukan ini. Saya akan bertanggung jawab atas kerusakan mobil anda tetapi tolong jangan laporkan saya kepada pihak yang berwajib. Saya benar-benar tidak sengaja, Taun." Nisha mencoba untuk menggedor kaca jendela mobil itu, berharap pria yang ada di dalamnya mengurungkan niatnya.
Dan saat kaca jendela berhasil dibuka, dada Nisha terasa sesak, bahkan tubuhnya terasa lemas lagi. Mata membulat dengan lebar saat melihat siapa pria yang berada di dalam mobil. Bibirnya terasa kelu untuk menyebut nama pria itu.
"Alexander .... " lirih Nisha dengan kedua tangan yang telah menutup mulutnya.
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Reti 200294
lhoo...
2023-05-15
0
Pujiastuti
jangan bilang Alex amnesia nih ya,,,,,,
2023-05-05
0
Topi
mana nih lanjutannya, bikin penasaran aja
2023-05-05
0