Xella tak habis pikir mengapa Xander justru menawarkan Hansen padanya, padahal sudah jelas bahwa dia tidak mencintai Hansen.
"Tapi aku tidak mencintainya, Xan! Aku cintanya sama kamu, dan aku mau juga nikah sama kamu! Aku tidak mau nikah sama Hansen. Dia itu tidak menarik!" protes Xella dengan rasa tidak terima.
"Tapi aku tidak bisa membalas cintamu, Xell. Aku tidak mencintaimu, karena aku telah menganggap kamu seperti keluargaku. Jadi, mustahil bagi aku untuk mempunyai rasa cinta kepadamu!" jelas Xander dengan tegas.
Perbedaan kecil antara Xander dan Xella membuat Hansen memilih untuk diam. Rasanya seperti sayapnya telah patah sebelum terbang. Xella, wanita yang dicintainya ternyata mencintai bosnya sendiri. Hansen menyadari siapa lawan mainnya dan sudah tak punya harapan lagi untuk mempertahankan cintanya, karena pasti sudah kalah.
"Tapi aku tidak mencintaimu, Xell. Aku merasa jika hatiku ini telah ada yang mengikat, sehingga aku tidak bisa menerima wanita lain untuk mengisi kekosongan hati ini. Dan saat aku terus bertanya siapa pemilik hati ini, kepalaku pasti akan terasa sakit. Xella, katakan kepadaku jika ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku? Karena selama ini aku selalu bertanya-tanya tentang siapa diriku yang sesungguhnya?" ujar Xander.
Seketika Xella langsung menelan kasar saliva. "Ma—maksud kamu apa, Xan? Aku tidak menyembunyikan apa-apa darimu."
"Apakah kamu yakin? Xella, jangan sampai aku harus mencari tahu sendiri apa yang sebenarnya terjadi. Aku tidak akan peduli meskipun kamu adalah orang yang telah menyelamatkan nyawaku!" tegas Xander.
Xella benar-benar gelagapan. Tidak mungkin baginya untuk mengatakan jika Xander adalah mantan kekasihnya yang sengaja ia bawa kabur saat sedang melakukan pengobatan di salah satu rumah sakit ternama di luar negeri. Jika Xella mengungkapkan yang sebenarnya, maka Xander pasti akan pergi dari sisinya untuk selamanya, karena Xella tahu bahwa Xander telah menikah saat itu. Bisa jadi setelah mengetahui kenyataan yang sebenarnya, Xander akan langsung mencari istri dan keluarganya. Xella benar-benar belum sanggup kehilangan Xander.
"Xell! Aku sedang bertanya. Jawab, apakah benar jika ada sesuatu yang sedang kamu sembunyikan dariku?" ulang Xander lagi.
Kepala Xella menggeleng pelan. "Tidak ada, Xan. Untuk apa aku menyembunyikan sesuatu darimu? Kurang jelas apa yang dikatakan oleh Daddy?"
Xander mengangguk pelan dengan tatapan tajam. Pikirannya masih terbayang-bayang pada sosok anak kecil yang tak sengaja ia temui di jalan beberapa hari yang lalu.
Flashback On
Setelah selesai bertemu dengan Lucas, Xander memutuskan untuk singgah ke sebuah mal untuk mengusir kejenuhannya. Namun, siapa yang menyangka langkahnya tertahan oleh seorang gadis kecil.
"Papa," ucap gadis kecil itu tepat di hadapannya.
Xander yang tidak mengenali gadis itu, tetapi saat matanya fokus untuk mengamatinya, langsung berjongkok untuk memegang wajahnya. Hampir serupa, tetapi Xander langsung menepis tangan yang hendak menyentuh wajah gadis kecil itu.
"Di mana orang tuamu? Mengapa kamu berkeliaran di tempat seperti ini dan... mengapa kamu memanggilku dengan sebutan papa? Aku bukan papamu!"
Gadis kecil itu tak lain adalah Alsha, langsung mengambil sesuatu dari dalam tasnya untuk diberikan kepada Xander. Betapa terkejutnya Xander ketika melihat foto dirinya berada di tangan gadis kecil itu.
"Kamu mendapatkan foto ini dari mana?" tanya Xander dengan heran.
"Ini foto yang diberikan Mama. Apakah yang berada di foto itu adalah kamu? Jika iya, berarti kamu adalah papaku. Kata Mama, ini adalah foto papaku yang sedang bekerja jauh," cerita Alsha dengan polos.
Seketika tubuh Xander terasa membeku. Sebuah foto yang berada di tangannya sama persis dengan dirinya, bahkan Xander yakin bahwa itu adalah fotonya. Helaan napas terdengar begitu berat. Namun, saat Xander ingin mengajukan pertanyaan lagi, seseorang memanggil nama Alsha. Siapa lagi kalau bukan Nadine, pengasuh Alsha.
"Alsha. Kamu hampir membuatku jantungan." Akhirnya Nadine bisa bernapas lega ketika berhasil menemukan Alsha yang tiba-tiba lepas dari genggaman tangannya.
Namun, saat Nadine hendak membawa Alsha pergi, mata Nadine teralihkan untuk menatap sosok yang bersama dengan Alsha saat itu.
Bola matanya hampir keluar saat melihat siapa pria itu. Dengan cepat, Nadine langsung menutup mulut dengan kedua tangannya.
"Astaga... apakah ini benar-benar kamu?" tanya Nadine dengan keterkejutan.
"Anda? Maksud kamu apa?"
Sebenarnya Nadine ingin bertanya apakah pria yang berdiri tepat di hadapannya adalah Alexander atau bukan, tetapi Nadine tidak berani. Dia takut salah orang dan hanya akan membuatnya malu.
"Ah, maaf. Mungkin saya salah mengenali Anda. Alsha, ayo kita pulang. Jangan sampai Mama marah karena terlambat pulang!" Nadine segera menarik tangan Alsha untuk meninggalkan Xander. Dalam hati dia terus bertanya apakah ia Alexander atau bukan. Namun, saat Nadine menoleh ke belakang lagi, ternyata sudah tidak ada siapa-siapa lagi di belakangnya.
"Lho, kemana orangnya? Apakah tadi hanya sekadar halusinasi?" gumam Nadine kebingungan.
"Mbak Nadine, dia benar-benar papa Alsha, kan? Papa Alsha sudah pulang, tetapi kenapa tidak langsung pulang ke rumah untuk menemui Mama? Alsha ingin dipeluk sama Papa, Mbak!" rengek Alsha.
Nadine yang merasa menyesal tidak mengutarakan keresahan hatinya segera mencari pria yang dianggap sebagai papanya Alsha.
"Alsha, maafkan Mbak Nadine yang tidak bisa menemukan orang itu lagi. Seharusnya Mbak Nadine tadi bertanya apakah dia adalah papa Alsha atau bukan," terang Nadine.
Flashback Off
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Pujiastuti
pantas Alsa bilang papanya udah pulang ternyata Alsha udah ketemu sama Alex
2023-05-27
0
Siti Bingatun
lanjut thor...jgn lama2 pertemukan anak dan bpknya..semangat thor
2023-05-26
0
Erni Handayani
Ayo lex jangan lama-lama di Bali, alisha menunggu mu... Maacii teh❤️
2023-05-26
0