Nisha tak salah untuk mengenali seseorang. Dan di yakin dengan pria yang dilihatnya tadi adalah Alexander, meskipun pria itu sama sekali tak mengenali dirinya.
Setelah pertemuan dengan pria yang serupa dengan suaminya, pikiran Nisha semakin tak karuan. Jika benar Alexander masih hidup, lalu mengapa dia tidak pulang? Atau Alexander memang telah merencanakan semua ini dengan tujuan ingin membuangnya?
Jika memang seperti itu, lalu mengapa Danar dan Giovanni masih terus membantu dirinya dalam keadaan apapun. Apakah itu juga bagian rencana Alexander?
Sepanjang acara sekolah, Nisha sama sekali tidak fokus hingga terus di protes oleh Alsha karena terus saja gagal dalam menyelesaikan misi dari gurunya.
"Mama kenapa, sih? Dari tadi kita kalah terus. Mama enggak seru!" rajuk Alsha karena timnya selalu kalah.
Danar yang turut dalam acara itu melihat jika saat ini Nisha sedang tidak baik-baik saja. Entah apa yang ada dipikiran istri dari kakak tertuanya itu, tetapi dia yakin jika saat ini Nisha sedang memikirkan sebuah masalah.
"Tenang, masih ada Uncle. Ayo kita semangat lagi. Cuma menyusun balok aja gampang. Sini biar Uncle yang nyusun." Danar mengambil alih peran Nisha sebagai kapten agar Alsha tidak terkecewakan karena Nisha yang tidak fokus.
"Maaf, Sayang. Mama enggak fokus," lirih Nisha.
"Udah enggak apa-apa. Sekarang ada Uncel. Ayo Uncle jangan sampai jatuh." Alsha langsung bersorak untuk memberikan semangat untuk Danar.
Tawa Alsha adalah kebahagiaan untuk Nisha. Apapun alasan Alexander pergi meninggalkan dirinya, Nisha tidak peduli yang terpenting Alexander tidak mengambil Alsha darinya. Jika itu sampai terjadi entah apa yang akan terjadi pada Nisha. Mungkin Nisha akan menjadi orang gila.
"Hore .... kita menang!" teriak Alsha saat Danar berhasil memenangkan pertandingan menata balok.
Wajah Alsha terlihat sangat bahagia karena akhirnya dia lebih unggul dari teman-teman. Beruntung saja kapten tim segera diambil oleh Danar, jika Nisha yang masih menjadi kapten dan terus-menerus jatuh, mungkin Alsha tidak akan menang.
Ditengah-tengah kebahagiaan yang sedang dirasakan oleh Nisha dan juga Alsha, tiba-tiba ponsel Nisha bergetar. Sebuah nama Calline mengambang di layar. Dengan cepat Nisha langsung mengangkat panggilan itu karena takut terjadi sekretarisnya itu sedang mengalami kesulitan saat menghadapi Mr. Xander yang terkenal dengan arogan itu.
"Halo ... assalamuaikum Calline, ada apa?" Nisha langsung menyapa dengan sebuah pertanyaan.
"Waalaikumsallam salam, Bu. Bu , bagaimana ini Mr, Xander tidak mau melakukan pertemuan jika yang menemui bukan anda sendiri. Saya sudah berusaha untuk memberikan penjelasan, tetapi Mr Xander tidak mau menerima alasan apapun. Jika Ibu tidak datang, Mr. Xander tidak akan berinvestasi di perusahaan kita."
Nisha terdiam untuk sesaat. Matanya terfokus pada wajah Alsha yang terlihat sangat bahagia. Dua pilihan yang sangat berat antara nasib perusahaan dan kebahagiaan anaknya.
"Kamu sampaikan pada Mr. Xander jika aku akan datang tapi mintalah waktu lima belas menit, untuk perjalanan!" Akhirnya dengan berat hati Nisha memutuskan untuk memilih perusahaan, karena saat ini perusahaan sedang membutuhkan seorang investor untuk menyetabilkan pertumbuhan perusahaan.
"Baik, Bu." Panggilan pun terputus langsung terputus.
Dengan langkah gontai, Nisha mendekati Alsha yang saat ini sedang tertawa bersama dengan Danar.
"Danar, bisa aku berbicara sebentar denganmu?" tanya Nisha tiba-tiba.
Danar yang terpanggil langsung menoleh kebelakang. "Mau bicara apa? Sepertinya terlihat serius?"
"Aku nitip Alsha sebentar ya. Aku ada pertemuan yang tidak bisa terwakilkan. Jika pertemuan ini sampai gagal aku takut tidak bisa mengembangkan perusahaan lagi," ucapannya pada Danar.
"Sepertinya investor ini terlalu berpengaruh. Ya sudah kamu pergilah! Biar aku yang menemani Alsha hingga acara selesai. Biar bagaimanapun perusahaan adalah nyawa kamu juga. Jangan sampai karena gagal melakukan pertemuan, kamu bisa menghancurkan jerih yang selama ini telah kamu rintis." Danar berusaha untuk tetap memberikan semangat pada Nisha.
Danar tahu jika Alsha adalah prioritas utama untuk Nisha, tetapi perusahaan juga lebih penting. Pasti akan sangat sulit untuk memilih salah satu diantaranya.
"Danar, terima kasih karena kamu telah mengerti akan keadaan ini."
Danar mengangguk dengan pelan. Apapun yang dilakukan oleh Nisha Danar akan tetap mendukung istri kakak tertuanya itu.
Kini Nisha pun mendekat kearah Alsha untuk memberikan sedikit pengertian. Meskipun rasanya tidak terima jika sang mama pergi meninggalkan acara itu, tetapi Alsha melepaskan Mamanya begitu saja, karena itu adalah pekerjaan sang mama. Jika bukan mamanya lalu siapa lagi.
"Baiklah, Alsha tidak akan mempersalahkan. Tetapi saat tiba waktu liburan, tidak ada alasan mama untuk membatalkannya," ucap Alsha sebelum Nisha meninggalkan acara.
"Terima kasih sayang. Mama sayang kamu. Ya udah mama berangkat ya! Kamu sama Uncel Danar. Nanti kalau mama udah siap, mama akan ajak kamu makan es krim jumbo, oke!"
Alsha yang mendapatkan janji manis dari mamanya pun merasa sangat bahagia.
Nisha harus memburu waktu agar bisa segera sampai ditempat pertemuannya dengan Mr. Xander. Jika tidak mengingat siapa Mr. Xander yang sangat berpengaruh dalam dunia bisnis, Nisha tidak akan melakukan kerjasama dengannya. Namun, saat ini perusahaan sedang membutuhkan seorang investor seperti Mr. Xander.
Setelah sampai disebuah gedung tempat pertemuan, Nisha segera bergegas menuju ruangan dimana Calline dan Mr. Xander berada. Dan pada saat Nisha sampai di depan ruangan yang telah diberitahu oleh Calline, Nisha mengatur napasnya terlebih dahulu.
"Bismillah, semoga Mr. Xander bisa menerima alasanku."
Satu ketukan pintu membuat Nisha langsung masuk begitu saja. Dilihatnya ada beberapa orang yang duduk disebuah meja. Nisha juag melihat Calline duduk dengan tegang karena dia adalah satu-satunya wanita di ruangan itu.
"Maaf semua, saya terlambat," ujar Nisha yang langsung duduk di samping Calline. Namun saat melihat siapa lawan yang ada di depannya, tiba-tiba mata Nisha membulat dengan lebar.
Nisha tidak asing dengan dua orang yang baru saja bertemu dengannya tadi. Dadanya kini berdegup dengan kencang saat melihat sorot mata tajam pria yang ada di depannya saat ini. Sorot mata yang sekian lama menghilang, kini tiba-tiba kembali pulang. Nisha yakin seratus persen jika pria yang ada didepannya adalah Alexander, suaminya.
"Oh, jadi kamu CEO-nya?" tanya Mr. Xander dengan sinis.
"Iya, Tuan. Saya Anisha CEO di perusahaan ALE Group," ucap Nisha.
"Aku tidak bertanya! Tapi sepertinya aku tidak tertarik lagi untuk berinvestasi pada perusahaan. Aku tidak mau bekerja sama dengan orang wanita yang ugal-ugalan seperti kamu!" tegas Mr. Xander.
"Tapi Tuan masalah tadi pagi saya benar-benar minta maaf. Sungguh saya tidak sengaja Tuan!"
"Saya tidak peduli. Sen, ayo kita pergi! Tidak ada gunanya kita investasi pada perusahaan dia!" sinis Mr. Xander yang kemudian memilih untuk pergi.
"Tapi Tuan—" Nisha mencoba untuk mengejar Mr. Xander, tetapi segera dihalangi oleh pria yang bersama dengan Mr. Xander.
"Maaf, Bosku sudah memutuskan tidak mau berinvestasi pada perusahaannya. Jadi tolong hargai keputusannya!" ucap Hansen, tangan kanan Mr. Xander.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Reti 200294
sombong yaa c alex😂
2023-05-15
0
Pujiastuti
lanjut kak tetap semangat upnya 💪💪💪
2023-05-05
0
Rahma Inayah
alex sdh jd sultan ..sifat arogan nya muncul tnp pandang bulu ..mknkh org yg menolongnya org kaya dan mkn jg sdh pny istri tp gmn dgn nisha ..semoga pas dia ktm alisha hati nya bergetr..
2023-05-05
0