Rendi keluar dari dalam liff dan berjalan menuju ke kamar Rahma. Ia akan mengajak Rahma makan malam. Sesampainya di depan kamar Rahma, Rendi mengetuk kamar Rahma. Rendi berhenti sebentar, menunggu Rahma membuka pintu. Namun, Rahma tidak membuka pintu. Rendi kembali mengetuk pintu, akan tetapi Rahma tetap tidak membuka pintu kamar. Rendi menempelkan telinganya ke pintu, namun ia tidak mendengar suara apapun di dalam kamar.
Rendi memutuskan untuk menelepon Rahma. Ia takut apa-apa dengan Rahma.
“Assalamualaikum,” ucap Rahma di seberang sana.
“Waalaikumsalam,” jawab Rendi.
“Kamu dimana? Saya ada di depan kamar kamu,” tanya Rendi.
“Saya sedang di kamar Pak Iqbal. Sebentar saya keluar.” Rahma menutup teleponnya.
Tidak berapa lama pintu kamar di sebelah kamar Rahma terbuka. Rahma keluar dari kamar tersebut.
“Sedang apa kamu di situ?” tanya Rendi sambil mengerutkan keningnya.
“Buat laporan,” jawab Rahma.
“Masuk, yuk!” Rahma mengajak Rendi masuk ke dalam kamar Pak Iqbal. Rendi ragu untuk masuk ke dalam kamar Pak Iqbal.
“Ayo!” Sekali lagi Rahma mengajak Rendi masuk ke dalam kamar.
Akhirnya Rendi masuk ke dalam kamar. Ia mengikuti Rahma. Terdengar suara televisi di dalam kamar serta suara Pak Iqbal yang sedang berbicara dengan Ibu Ira.
“Masuk sini Pak Rendi!” kata Pak Iqbal ketika melihat Rendi keluar dari lorong kamar. Pak Iqbal dan Ibu Ira sedang duduk di atas tempat tidur. Mereka seperti sedang menyusun formulir.
“Di sini saja,” jawab Rendi dengan sungkan. Rendi hanya berdiri di depan lorong kamar sedangkan Rahma langsung duduk di kursi.
“Rahma! Temannya suruh duduk!” ujar Ibu Ira kepada Rahma.
Rahma menghampri Rendi lalu memegang pergelangan tangan Rendi.
“Duduk dulu, Pak Rendi!” Rahma menuntun Rendi menuju ke sofa. Akhirnya Rendi mau duduk di sofa.
“Maaf Pak Rendi, saya pinjam Rahma dulu,” kata Pak Iqbal.
“Iya. Tidak apa-apa, Pak,” jawab Rendi.
“Kami mau pesan makanan. Pak Rendi mau makan apa?” tanya Rahma. Rahma memberikan buku menu restaurant kepada Rendi. Rendi mengambil buku menu dari tangan Rahma. Ia memandang ke Rahma.
“Kamu sudah pesan makanan?” tanya Rendi.
“Belum. Baru mau pesan keburu Pak Rendi nelepon,” jawab Rahma.
Rendi membuka buku menu dan melihat-lihat daftar makanan yang ada di buku menu. Tadinya Rendi hendak mengajak Rahma makan di restaurant hotel. Berhubung Rahma sedang sibuk terpaksa Rendi ikut makan di kamar. Rendi menyebutkan makanan dan minuman yang ia pesan. Rahma mencatat pesanan Rendi. Rahma menelepon restaurant hotel dengan menggunakan telepon.
Setelah Rahma memesan makanan ia meneruskan pekerjaannya. Ia mengetik di meja kerja sedangkan Pak Iqbal mengetik di meja nakas dan duduk di tempat tidur. Ibu Ira membantu suaminya memilah-milah berkas. Tinggal lah Rendi yang bengong sendirian.
Rendi berdiri dan mendekati Rahma. Ia berdiri si samping kursi, tangan kirinya memegang sandaran kursi.
“Ma, ada yang bisa saya bantu?” tanya Pak Rendi.
Rahma menoleh ke Rendi.
“Tidak usah, Pak Rendi. Sebentar lagi selesai,” jawab Rahma. Rahma melanjutkan pekerjaannya. Rendi kembali duduk di sofa. Ia memutuskan untuk membalas chat dari asistennya dan teman-temannya agar ia tidak kesal menunggu Rahma.
Tiga puluh menit kemudian terdengar pintu kamar diketuk.
“Room service.” Terdengar suara dari luar kamar. Ibu Ira beranjak dari tempat tidur lalu membuka pintu kamar. Seorang karyawan restaurant berdiri di depan pintu kamar. Ia membawa trolley yang berisi makanan. Ibu Ira mempersilahkan karyawan tersebut masuk ke dalam kamar. Karyawan tersebut mendorong trolley masuk ke dalam kamar. Rahma cepat-cepat membereskan meja kerja karena akan digunakan untuk menyimpan makanan. Setelah meja kerja kosong karyawan hotel menaruh makanan di atas meja kerja.
Rendi mendekati karyawan tersebut.
“Berapa semuanya, Pak?” tanya Rendy.
Karyawan itu memberikan bon kepada Rendi. Rendi mengeluarkan dompet dari saku celana. Ia hendak membayar semua pesanan mereka.
“Tidak usah, Pak Rendi! Ini uangnya sudah ada.” Rahma mengambil uang yang berada di atas meja lalu ia hendak memberikan kepada karyawan hotel. Namun, ia sudah keduluan oleh Rendi. Rendi memberikan sejumlah uang kepada karyawan hotel.
“Ambil saja kembaliannya!” ujar Rendi.
“Terima kasih, Pak.” Kemudian karyawan itu pergi meninggalkan kamar Pak Iqbal.
Pak Iqbal mendekati Rendi.
“Haduh, kenapa kami jadi ditraktir Pak Rendi,” kata Pak Iqbal.
“Tidak apa-apa, Pak. Sesekali saya traktir Pak Iqbal dan Ibu Ira,” ujar Rendi.
“Kalau begitu kita makan sekarang!” kata Pak Iqbal.
Mereka pun mengambil makanan mereka masing-masing dan makan bersama-sama. Setelah selesai makan mereka melanjutkan pekerjaan mereka. Pukul delapan malam pekerjaan mereka selesai, Rahma dan Rendi kembali ke kamar mereka masing-masing.
***
Pagi ini Rahma, Rendi, Pak Iqbal dan Ibu Ira check out dari hotel. Mereka check out setelah selesai sarapan pagi. Rendi menghampiri Rahma ke kamarnya. Ia memanggil bellboy ke kamar Rahma. Ia menyuruh bellboy membawa barang-barang Rahma sebab barang-barang Rahma banyak sekali.
Setelah semua barang dinaikkan ke atas trolley merekapun keluar dari kamar. Rahma dan Rendi lebih dulu masuk ke dalam liff sedangkan bellboy menyusul karena liffnya tidak muat. Sesampai di lantai dasar mereka langsung ke lobby untuk mengembalikan kartu kamar kepada resepsionis.
Setelah mengembalikan kartu kamar, mereka langsung berjalan menuju ke mobil. Pak Sobir sudah menunggu di luar mobil. Melihat bosnya sudah keluar dari lobby hotel Pak Sobir langsung masuk ke dalam mobil. Di depan hotel Rahma dan Rendi berpisah dengan Pak Iqbal dan Ibu Ira karena mereka menggunakan mobil yang berbeda.
Rahma dan Rendi masuk ke dalam mobil, mereka duduk di kursi belakang. Setelah Rahma dan Rendi masuk ke dalam mobil Pak Sobir mulai menjalankan mobil. Mobil pun meluncur meninggalkan hotel.
“Kalau kamu ada dinas luar lagi, beritahu saya,” ujar Rendi.
Rahma menoleh ke Rendi.
“Mengaopa saya harus memberitahu Pak Rendi?” tanya Rahma.
“Biar saya bisa mengantarmu dinas luar,” jawab Rendi.
“Tidak usah, Pak. Nanti Pak Rendi tidak bisa kerja karena mengantar saya keluar kota terus menerus,” kata Rahma.
“Tidak apa-apa. Saya kan CEO tidak harus masuk kantor setiap hari,” ujar Rendi.
“Iya, deh. Pemilik perusahaan bebas, tidak datang ke kantor tidak ada yang menegur,” kata Rahma.
“Saya bisa kerja dimana saja. Setiap hari saya bekerja, saya memantau perusahaan saya secara online,” ujar Rendi.
“Tapi hasilnya tidak sebaik Pak Rendi terjun langsung,” kata Rahma.
“Kalau begitu gantian kamu yang ikut saya bekerja,” ujar Rendi sambil tersenyum.
“Saya kan ASN mana boleh saya tidak masuk kerja,” kata Rahma.
“Kalau begitu kamu mengundurkan diri dari ASN lalu pindah ke kantor saya! Saya bisa memberi kamu gaji sebesar gaji kamu yang sekarang,” ujar Rendi.
“Jadi ASN itu susah loh. Dan banyak yang mau menjadi ASN. Masa saya harus mengundurkan diri?” tanya Rahma.
“Makanya, biar saya yang menyesuaikan diri sama kamu,” kata Rendi.
“Maksud saya, Pak Rendi tidak usah ikut saya. Kalau mau jalan dengan saya, tunggu saya pulang dinas luar,” ujar Rahma yang berusaha memberi pengertian kepada Rendi.
“Tidak ah. Nanti kamu sibuk membuat laporan. Sedangkan waktu kita berteman sangat sempit hanya enam bulan. Enam bulan itu waktu yang sangat singkat,” kata Rendi.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Mryn
😍😍😍
2024-02-18
0
Yani
Rendi kaya sudah mersa nyaman bersama Rahma
2023-07-15
1
reni rili
ingin selalu bisa dekat ya mas Rendi
2023-05-20
1