“Pergi sendiri saja, Pak! Tidak usah ditemani sama saya,” kata Rahma.
“Tidak bisa, Rahma. Tadi kakek tanya kamu ikut main golf atau tidak. Saya jawab ikut. Nanti kalau ketahuan kamu tidak ikut main golf, saya pasti dimarahi kakek,” jawab Rendi.
“Saya tidak bisa, Pak. Saya harus mengerjakan laporan. Hari senin saya harus serahkan ke atasan saya,” ujar Rahma.
“Kamu mengerjakan laporan apa?” tanya Rendi.
“Laporan dinas luar,” jawab Rahma.
“Begini saja. Sekarang saya bantu kamu membuat laporan, tapi nanti sore kamu temani saya main golf!” ujar Rendi.
“Bapak bisa membuat laporan?” tanya Rahma tidak percaya.
“Kamu meremehkan saya? Biar begini juga saya pernah kuliah, saya juga pernah bekerja dari karyawan biasa. Kakek tidak langsung menunjuk saya menjadi CEO,” ujar Rendi.
“Iya, deh. Saya percaya,” kata Rahma.
“Bagaimana setuju, tidak?” tanya Rendi.
“Setuju apanya, Pak?” tanya Rahma bingung.
“Usulan saya membantu kamu membuat laporan. Nanti sore kamu menemani saya main golf,” jawab Rendi.
“Apa bisa main golf sore-sore? Bukankah main golf harus pagi-pagi?” tanya Rahma.
“Bisa, tidak harus pagi-pagi,” jawab Rendi.
“Ya sudah, nanti sore saya temani main golf. Tapi Pak Rendi harus bantuin mengerjakan laporannya sampai selesai! Kalau tidak saya tidak mau menemani Pak Rendi main golf,” ujar Rahma.
“Oke. Kalau begitu saya mau mandi dulu lalu ke tempat kost kamu. Assalamualaikum,” ucap Rendi.
“Waalaikumsalam,” jawab Rahma.
Rendi mengakhiri panggilannya. Rahma melanjutkan pekerjaannya.
Rahma sedang fokus ke layar laptop tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk. Rahma beranjak dari tempat tidur lalu membuka pintu kamar.
“Ada yang cariin, tuh,” kata Eka.
“Siapa?” tanya Rahma.
“Sepertinya cowok yang kemarin datang ke sini,” jawab Eka.
“Oh, dia,” ujar Rahma.
“Terima kasih ya, Ka,” ucap Rahma.
“Sama-sama,” jawab Eka. Eka meninggalkan kamar Rahma. Dia kembali ke kamarnya.
Rahma berjalan menuju ke ruang tamu, ia melihat Rendi sedang duduk di ruang tamu. Rendi sudah memakai pakaian golf tapi kakinya menggunakan sandal. Rahma menghampiri Rendi. Rendi memandang Rahma yang hanya mengunakan pakaian rumah dan kerudung instan.
“Mau membuat laporan dimana? Di sini atau di café?” tanya Rendi.
“Di sini saja. Kenapa harus di café?” jawab Rahma.
“Sebentar saya ambilkan dulu laptopnya.” Rahma kembali menuju ke kamarnya.
Tidak lama kemudian Rahma kembali membawa laptop dan tote bag yang berisi dukumen-dokumen. Rahma menaruh barang-barang tersebut di atas meja. Rendi menyalakan laptop Rahma.
“Apa yang harus saya kerjakan?” tanya Rendi.
Rahma menerangkan apa saja yang harus dikerjakan oleh Rendi.
“Oke,” kata Rendi setelah mengerti apa yang diterangkan oleh Rahma. Kemudian ia mulai membuat laporan.
“Pak Rendi mau minum apa?” tanya Rahma.
Rendi yang sedang sibuk mengetik menoleh ke Rahma. “Air putih saja,” jawab Rendi. Kemudian ia kembali mengetik. Rahma beranjak dari kursi lalu berjalan menuju ke kamarnya. Tidak lama kemudian ia datang membawa dua buah gelas dan tempat air minum. Ia menaruh gelas dan tempat air minum di atas meja. Rendi yang sedang mengetik melirik sebentar ke atas meja.
Kemudian Rahma kembali lagi ke kamarnya. Ia kembali dengan membawa beberapa toples camilan. Rahma menaruh toples-toples itu di atas meja. Rendi menoleh lagi ke samping lalu lanjut mengetik.
“Sambil dimakan kuenya, Pak!” kata Rahma.
“Iya, nanti,” jawab Rendi sambil fokus ke layar laptop.
Rahma mengambil ponselnya yang berada di atas meja lalu ia menelepon seseorang. Ia menunggu sampai teleponnya diangkat.
“Assalamualaikum, Pak Barli,” ucap Rahma.
Rahma berbicara dengan Pak Barli dengan serius. Rendi sesekali mendengarkan pembicaraan Rahma dengan Pak Barli, tapi ia tetap fokus dengan pekerjaannya.
Akhirnya Rahma mengakhiri pembicaraan dengan Pak Barli, tapi ia menelepon seseorang lagi.
“Assalamualaikum,” ucap Rahma. Rahma pun berbicara dengan orang tersebut. Rendi kembali memasang kuping mendengar pembicaraan Rahma.
Kalau di dengar dari pembicaranya dia seperti sedang berbicara dengan orang yang membantu Rahma dan Pak Barli selama di sana. Pembicaraan Rahma dengan orang itu tidak terlalu lama. Rahma hanya memberitahu apa yang harus dikerjakan oleh orang itu selanjutnya.
Setelah Rahma selesai berbicara ia meletakkan kembali ponsel di atas meja. Rahma pun menyusun dokumen-dokumen yang sudah selesai dikerjakan oleh Rendi.
Pukul satu siang laporan Rahma selesai dikerjakan. Akhirnya Rahma bisa bernafas lega. Sekarang waktunya mereka sholat dzuhur lalu makan siang.
“Pak Rendi mau makan siang dengan apa? Nanti saya pesankan,” tanya Rahma.
“Nanti saja makan siangnya sekalian pergi ke lapangan golf. Sekarang sholat dzuhur dulu.” Rendi pun berdiri.
“Nanti kamu pakai pakaian olah raga biar bisa ikut bermain golf!” ujar Rendi.
Rahma kaget mendengar perkataan Rendi. Seumur hidup dia belum pernah bermain golf. Bahkan memegang stik dan bola golf pun ia belum pernah.
“Saya tidak bisa main golf,” kata Rahma.
“Nanti saya ajarkan,” ujar Rendi.
“Nanti saya bisa mematahkan stik golf Pak Rendi,” kata Rahma.
“Gampang, nanti beli lagi,” ujar Rendi dengan tenang.
“Sudah ya, saya mau sholat dulu.” Rendi keluar dari tempat kost dan berjalan menuju ke masjid yang berada di kantor Rahma. Satu-satunya masjid terdekat adalah masjid di kantor Rahma.
Setelah Rendi pergi ke masjid Rahma membereskan meja tamu yang berantakan. Ia membawa semua barang-barang yang berada di atas meja ke kamarnya. Hanya toples camilan, tempat air minum dan gelas yang ia tinggalkan di atas meja. Barangkali saja setelah pulang dari masjid Rendi merasa haus.
Setelah meja tamu sudah tidak berantakan lagi Rahma pun sholat dzuhur di kamarnya. Selesai sholat dzuhur Rahma mengganti pakaiannya dengan kaos olah raga dan celana tranning. Namun, semua pakaian olah raga yang ia punya adalah seragam olah raga kantor. Sehingga di bagian belakang kaos olah raga ada tulisan nama instansi tempatnya bekerja. Untung bisa tertutup oleh kerudung sehingga tulisan di belakang kaos tidak terlihat.
Rahma membawa tas dan sepatu kets keluar kamar lalu mengunci pintu kamar. Ia berjalan menuju ke ruang tamu. Di ruang tamu ada Rendi yang sudah pulang dari masjid. Rendi sedang mengetik chat sambil memakan camilan yang disediakan oleh Rahma.
Rahma duduk di kursi tamu lalu memakai sepatunya. Rendi menoleh ke Rahma yang sedang memakai sepatu. Ia memperhatikan Rahma yang sedang memakai sepatu.
“Itu seragam kantor, ya?” tanya Rendi.
Rahma berhenti mengikat sepatu lalu memandang ke arah Rendi.
“Iya. Tidak boleh, ya?” tanya Rahma.
“Boleh saja, tidak apa-apa. Lagipula tidak kelihatan kalau itu seragam kantor,” jawab Rendi.
Rahma melanjutkan mengikat sepatu. Akhirnya selesai sudah ia mengikat sepatunya, ia pun berdiri.
“Ayo kita berangkat sekarang,” kata Rahma.
“Ini tidak di simpan dulu?” Rendi menunjuk ke toples dan gelas yang di atas meja.
“Biarkan saja. Nanti harus copot sepatu lagi kalau mau ke kamar,” kata Rahma.
“Kalau begitu toplesnya dibawa saja, ya! Lumayan buat ngemil di jalan. Saya lapar sekali,” ujar Rendi.
“Iya, boleh.” Rahma mengambil toples-toples yang berada di atas meja lalu membawanya. Mereka pun berjalan meninggalkan tempat kost.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Ida
Jawab Rendi kali Thor bukan Daniel 🤭
2023-09-01
2
Yani
Lama" tumbuh cinta deh 😘😘😘
2023-07-15
1
reni rili
lama2 juga mereka saling bucin 😁
2023-05-13
1