Rahma memandangi ponselnya tanpa menjawab panggilan dari Rendi. Pak Barli menoleh ke Rahma lalu kembali fokus ke depan.
“Kenapa di biari aja? Kok tidaK dijawab?” tanya Pak Barli.
“Males jawabnya,” jawab Rahma.
“Siapa?” Pacar, ya?” tanya Pak Barli sambil menggoda Rahma.
“Bukan. Cuma orang nggak penting,” jawab Rahma.
“Orang nggak penting atau penting?” Pak Bali kembali menggoda Rahma.
“Ih, Pak Barli! Ngeledek Rahma terus.” Rahma memasang wajah cemberut.
Akhirnya dering teleponpun berhenti. Rahma bernafas lega. Ia hendak memasukkan ponselnya ke dalam tas. Tiba-tiba ponselnya berdering kembali. Di layar ponsel Rahma tertulis Pak Rendi calling. Rahma menghela nafas. Ia terpaksa menjawab panggilan Rendi.
“Hallo. Assalamualaikum,” ucap Rahma.
“Waalaikumsalam,” jawab Rendi.
“Besok kamu jadi pulang ke Bandung?” tanya Rendi.
“Jadi. Sekarang saya dalam perjalanan pulang ke Bandung,” jawab Rahma.
Rendi kaget mendengarnya. Ini sudah malam tapi Rahma dalam perjalanan pulang ke Bandung.
“Kamu pulang ke Bandung malam-malam begini?” tanya Rendi tidak percaya.
“Iya, Pak,” jawab Rahma.
“Bukankah kamu pulang besok?’ tanya Rendi.
“Kalau saya pulang besok, saya bisa sampai lusa dini hari. Karena tempat yang saya kunjungi masih jauh dari Mesuji. Kasihan teman saya yang menyetir mobil. Dia tidak bisa istirahat karena lusa sudah harus masuk kantor,” jawab Rahma.
“Kamu sama siapa saja di mobil?” tanya Rendi.
“Dengan Pak Barli,” jawab Rahma.
“Hanya berdua?” tanya Rendi.
“Iya. Kenapa?” Rahma balik bertanya.
“Nanti kalau kamu diapa-apakan sama dia bagaimana?” tanya Rendi dengan cemas.
“Tidak akan terjadi apa-apa, Pak. Lagipula nanti kami sudah janjian dengan teman-teman yang lain untuk bertemu di pelabuhan Bakauheni,” jawab Rahma.
“Kalau ada apa-apa kamu telepon saya!” ujar Rendi.
“Baik, Pak Rendi,” jawab Rahma.
“Sudah dulu. Assalamualaikum.” Rendi mengakhiri pembicaraannya.
“Waalaikumsalam.” Rahma menyimpan ponselnya ke dalam tas. Pandangannya kembali fokus ke jalan raya. Jalan menuju Bakahuni sangat gelap sehingga jarak pandang mereka terbatas. Rahma membantu Pak Barli memperhatikan jalan dan arah petunjuk jalan.
Pukul setengah dua belas malam mereka sampai di pelabuhan Bakauheni. Mereka bertemu dengan rekan-rekan kerja yang lain di pelabuhan Bakauheni. Kebetulan mereka mendapatkan kapal yang sama sehingga mereka bisa bersama-sama pulang ke Bandung.
Pukul dua dini hari mereka sampai di pelabuhan Merak. Mereka melanjutkan perjalanan mereka menuju ke Bandung. Dalam perjalanan menuju ke Bandung mereka sempat istirahat dulu di rest area karena rekan-rekan mereka yang menyetir mobil mengantuk. Mereka terpaksa beristirahat di rest area selama sejam hingga para supir tidak mengantuk lagi. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan mereka menuju ke Bandung.
Sebelum memasuki kota Bandung, Rahma dan rekan-rekan kerjanya mampir dulu ke rest area di tol Purbaleunyi untuk sarapan pagi. Mereka mencari restaurant yang sudah buka di rest area tersebut. Kebetulan sebuah restaurant sunda sudah ada yang buka. Mereka memutuskan untuk makan di restaurant tersebut.
Rahma duduk di sebelah Ibu Erna. Sambil menunggu pesanan mereka datang mereka berbincang-bincang.
“Ma, katanya kamu punya pacar baru?” tanya Ibu Erna.
Rahma kaget mendengarnya. Ia menoleh ke Ibu Erna.
“Kata siapa?” tanya Rahma.
“Itu kata Pak Rubi. Sewaktu dalam perjalanan ke Lampung, Pak Rubi cerita kalau kamu punya pacar yang kaya dan tajir, mirip-mirip seperti seorang CEO,” ujar Ibu Erna.
Rahma langsung menoleh ke Pak Rubi yang sedang asyik makan rempeyek.
“Pak Rubi!” Rahma memanggil Pak Rubi sambil melotot.
“Apa,” jawab Pak Ruby dengan tenang sambil mengunyah rempeyek.
“Pak Rubi bilang apa sama Ibu Erna?” tanya Rahma.
“Bilang apa? Saya nggak bilang apa-apa,” ujar Pak Rubi.
“Itu loh yang Pak Rubi bilang tentang pacar Rahma yang baru,” sahut Ibu Erna.
“Oh, itu. Memang benarkan itu pacar Rahma,” ujar Pak Rubi.
“Bukan!” seru Rahma dengan kesal. Rahma menekukkan wajahnya.
“Dia yang menelepon tadi malam, bukan?” tanya Pak Barli.
“Tadi malam ada yang nelepon Rahma?” Ibu Erna bertanya kepada Pak Barli.
“Iya. Terus Rahma kelihatan kesel, tidak mau menjawab telepon. Tapi lama-lama dia mau menjawab telepon juga,” ujar Pak Barli.
“Cie cie cie, yang lagi musuhan sama pacarnya,” ledek Pak Rubi.
Semua rekan-rekan kerjanya menggodanya Rahma. Rahma kesal karena digodain terus oleh rekan-rekan kerjanya. Rekan-rekan kerja Rahma senang menggoda Rahma karena Rahma paling muda di antara mereka. Rata-rata rekan kerja Rahma sudah tua. Anak-anak mereka kebanyakan sudah kuliah bahkan ada yang seusia dengan Rahma.
Pukul sembilan pagi mereka sampai di kota Bandung. Pak Barli mengantar Rahma sampai di depan gang menuju ke tempat kost Rahma. Rahma turun dari mobil dan mengeluarkan barang-barang bawaannya dari dalam mobil. Pak Barli membantu Rahma mengeluarkan barang-barang Rahma. Rahma membeli oleh-oleh banyak sekali entah untuk siapa.
“Terima kasih, Pak Barli. Sampaikan salam saya dengan ibu di rumah,” ucap Rahma setelah menurunkan barang-barang miliknya.
“Sama-sama, Rahma. Akan saya sampaikan kepada istri saya,” jawab Pak Barli.
“Assalamualaikum,” ucap Rahma.
“Waalaikumsalam,” jawab Pak Barli.
Rahma berjalan menuju ke tempat kostnya sambil membawa barang yang sangat banyak.
***
Sesampai di tempat kost Rahma langsung mandi karena badannya terasa lengket. Setelah mandi Rahma langsung merebahkan diri di atas tempat tidur hingga ia tertidur karena ia merasa lelah sekali.
Entah berapa lama Rahma teridur, tiba-tiba terdengar suara dering ponselnya.. Tidurnya menjadi terusik oleh suara dering telepon. Rahma membuka matanya.
“Siapa yang menelepon? Ganggu orang tidur saja.” Rahma menggerutu.
Rahma mencari ponselnya di atas nakas, namun tidak ada. Suara dering telepon masih saja terdengar. Rahma bangun dari tempat tidur dan mengikuti asal suara ponsel. Ternyata ponselnya berada di dalam tas miliknya. Ia mengambil ponsel dari dalam tas lalu melihat ke layar ponselnya. Di layar ponsel tertulis Pak Rendi calling.
Rahma menghela napas melihat telepon dari Rendi.
“Ini orang senang sekali mengganggu orang,” kata Rahma dengan kesal.
Rahma menyentuh layar ponsel, ia menjawab telepon Rendi.
“Assalamualaikum,” ucap Rahma.
“Waalaikumsalam. Kamu sudah sampai tempat kost?” tanya Rendi.
“Sudah,” jawab Rahma.
“Kalau begitu kamu bisa makan siang dengan saya?” tanya Rendi.
“Jangan siang deh, Pak. Saya masih ngantuk,” jawab Rahma.
“Oke. Bagaimana kalau makan malam? Bisa, kan?” tanya Rendi.
Rahma ingin menolak ajakan Rendi. Seharian ini ia ingin beristirahat di tempat kostnya. Tapi kalau tidak ia terima ajakan Rendi, Rendi pasti akan selalu mengganggunya.
“Bisa, Pak. Tapi jangan lama-lama dan jangan jauh-jauh! Di depan saja di tukang nasi goreng atau di tukang ayam goreng,” jawab Rahma.
“Kok di tukang nasi goreng atau ayam goreng? Nanti tidak ada privasi. Pembicaraan kita akan di dengar oleh penjual dan pengunjung tempat itu,” ujar Rendi.
“Bapak mau bicara apa, sih? Harus ke tempat privasi,” tanya Rahma dengan gemas.
“Nanti juga kamu akan tau,” jawab Rendi.
“Setelah sholat magrib saya akan jemput kamu,” ujar Rendi.
Rahma menghela napas.
“Baiklah,” jawab Rahma.
“Oke sampai bertemu nanti malam. Assalamualaikum,” ucap Rendi.
“Waalaikumsalam.” Rahma mematikan ponselnya lalu ia menyimpan ponsel di atas nakas. Ia merebahkan badannya di atas tempat tidur lalu tidur kembali.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Yani
Rahma lucu makan malem di tukang nasgor atau di tukang goreng ayam ya Rendi ga mau lah 🤭🤭
2023-07-15
1
Roroazzahra
next
2023-05-11
1
Rahma Inayah
lanjut
2023-05-10
1