Ibu Claudia duduk bergabung dengan mereka. Ia mendengarkan apa yang hendak kakek Sultan katakan kepada Rendi.
“Besok Rendi mau main golf dengan teman-teman,” jawab Rendi.
“Bisa dibatalkan, tidak? Besok akan ada tamu ke rumah kita,” ujar Pak Sultan.
“Siapa tamunya?” tanya Rendi.
“Nanti juga kamu tau siapa tamunya. Kakek ingin kamu berkenalan dengannya,” jawab Pak Sultan.
“Siapa, Kek? Pengusaha? Pengacara? Penjabat? Atau investor?” tanya Rendi.
“Tunggu saja besok, kamu akan tau siapa dia. Yang jelas dia tamu istimewa,” jawab Pak Sultan.
“Pacar Kakek, ya?” Rendi menggoda Pak Sultan.
“Husss! Jangan ngaco kamu! Kakek sudah tua mana ada perempuan yang mau sama Kakek,” ujar Pak Sultan.
“Kakek kan kaya raya, tajir melintir, pasti akan banyak perempuan yang mau dijadikan istri Kakek,” kata Rendi.
“Kalau Kakek mau menikah lagi, dari dulu juga Kakek sudah menikah lagi. Tapi Kakek tidak mau menikah lagi. Kakek ingin memprioritaskan kalian berdua, ibumu dan kamu. Sudah itu saja sudah cukup untuk Kakek,” ujar Kakek.
Kakek menoleh ke arah Ibu Claudia.
“Claudia, besok Ayah akan mengundang seseorang makan siang di sini. Suruh Bi Wiwiek untuk memasak makanan spesial untuk tamu Ayah!” ujar Pak Sultan.
“Baik, Ayah,” jawab Claudia.
“Ayah minta kamu membuatkan kue yang enak untuk tamu Ayah!” ujar Pak Sultan.
“Baik, Ayah. Nanti akan Claudia buatkan,” jawab Ibu Claudia.
“Sekarang kita sarapan dulu, Ayah sudah lapar.” Pak Sultan beranjak dari sofa dan berjalan menuju ke ruang makan.
Rendi mendekati Ibu Claudia. “Mah, siapa yang akan datang ke sini?” tanya Rendi penasaran.
“Mama juga tidak tau, Ren. Kakek tidak memberitahu siapa yang kakek undang,” ujar Ibu Claudia.
“Ayo sarapan dulu! Nanti kamu kesiangan berangkat ke kantor,” ujar Ibu Claudia.
Rendi dan Ibu Claudia berjalan menuju ke ruang makan, menyusul Pak Sultan.
***
Rahma mengendarai motornya menuju ke jalan Nyland. Ketika ia masuk ke jalan Nyland alangkah terkejutnya ia melihat rumah-rumah di jalan Nyland. Rumah di jalan Nyland sangat besar dan halamannya sangat luas. Bangunan rumah-rumah di jalan Nyland mirip seperti rumah-rumah jaman dulu. Rahma mencari nomor rumah Pak Sultan, akhirnya Rahma menemukan rumah Pak Sultan.
Rahma menghentikan motornya di depan pintu pagar rumah. Ia turun dari motor dan berdiri di depan pintu pagar. Ia melihat seorang laki-laki sedang mencuci mobil.
“Assalamualaikum,” ucap Rahma.
Laki-laki itu menoleh ke arah Rahma. Laki-laki itu adalah Rendi.
“Waalaikumsalam. Ada perlu apa?” tanya Rendi. Rendi hanya menoleh ke arah Rahma tanpa menghampiri Rahma. Air dari selang dibiarkannya mengocor begitu saja.
“Apakah ini rumah Pak Sultan Wijaya?” tanya Rahma.
“Iya, betul,” jawab Rendi.
“Saya Rahma. Saya diundang ke sini oleh Pak Sultan,” ujar Rahma.
“Kamu?” Rendi memandangi Rahma dari atas sampai ke bawah bolak balik. Rahma menggunakan tunik dan celana jeans yang terutup jaket jeans. Serta kerudung yang sewarna dengan warna tunik menutupi rambut Rahma.Bagi Rendi penampilan Rahma biasa saja, tidak ada istimewanya. Rendi memperhatikan tas yang diselempangkan di badan Rahma, sebuah tas murahan sama seperti tas yang dipakai oleh para karyawannya.
Rahma risih dipandangi seperti itu oleh Rendi. Seolah-olah Rendi sedang menyelidikinya.
Apa benar dia tamu Kakek? Kok tampangnya tidak meyakinkan begini? tanya Rendi di dalam hati.
“Tunggu sebentar!” kata Rendi.
“Pak Atmooo.” Rendi berteriak memanggil penjaga rumah.
Tidak lama kemudian seorang laki-laki berusian empat puluh tahun keluar dari pintu samping dengan tergopoh-gopoh menghampiri Rendi.
“Ya, Den,” jawab Pak Atmo.
“Lama sekali ke kamar mandi!” kata Rendi dengan kesal.
“Saya sakit perut, Den,” jawab Pak Atmo.
“Tuh, urusin! Ada orang yang mencari kakek. Tanya dulu ke kakek, itu bukan orang yang sedang kakek tunggu,” seru Rendi. Rendi melanjutkan mencuci mobil.
Pak Atmo menghampiri Rahma.
“Tunggu sebentar ya, Neng. Saya tanya dulu ke Pak Sultan,” kata Pak Atmo.
“Iya, Pak,” jawab Rahma.
Pak Atmo berjalan menuju ke dalam rumah melalui pintu samping. Rahma sabar menunggu di luar halaman tanpa dipersilahkan masuk terlebih dahulu.
Tidak berapa lama pintu ruang tamu terbuka dan Pak Sultan keluar dari dalam rumah. Ia memandang ke arah pintu pagar.
“Rahma!” Pak Sultan memanggil Rahma dengan wajah berseri.
“Kakek.” Rahma melambaikan tangan ke arah Pak Sultan.
Pak Atmo keluar dari pintu samping lalu menghampiri Rahma, ia membukakann pintu pagar.
“Silahkan masuk, Neng!” kata Pak Atmo.
“Terima kasih, Pak,” ucap Rahma.
Rahma mengambil kantong plastik yang berada di motornya lalu membawa kantong plastik tersebut.
“Neng, motornya masukin ke dalam nanti hilang kalau tinggal di luar,” kata Pak Atmo.
Rahma kembali ke motornya lalu ia mendorong motornya memasuki halaman rumah Pak Sultan. Rahma memarkirkan motornya di dekat pos penjaga. Setelah itu ia berjalan menghampiri Pak Sultan.
“Assalamualaikum,” ucap Rahma.
“Waalaikumsalam,” jawab Pak Sultan.
Rahma memberikan kantong plastik kepada Pak Sultan.
“Apa ini?” tanya Pak Sultan.
“Oleh-oleh untuk Kakek,” jawab Rahma.
“Terima kasih.” Pak Sultan membuka kantong plastik dan melihat isi kantong plastik.
“Wah, pisang bolen. Ini kue kesukaan Rendi,” ujar Pak Sultan dengan berbinar-binar.
Setelah menyebut nama Rendi Pak Sultan langsung diam. Ia menoleh ke Rendi yang sedang mencuci mobil.
“Rendi, kamu sedang apa?” tanya Pak Sultan.
“Sedang cuci mobi, Kek. Masa lagi main badminton,” jawab Rendi sambil menyikat ban mobil.
“Kakek kan sudah bilang kalau kita akan kedatangan tamu. Kenapa kamu malah cuci mobil?” tanya Pak Sultan.
“Kemarin mobil Rendy lewat tempat yang berlubang dan becek, jadi mobil Rendi kotor,” kata Rendi sambil menyemprot ban mobil dengan air.
“Cepat selesaikan cuci mobilnya, Setelah itu mandi! Ada pisang bolen kesukaanmu,” ujar Pak Sultan.
“Baik, Kek,” jawab Rendi.
Pak Sultan mengajak Rahma masuk ke dalam rumah. Ia mengajak Rahma duduk di ruang tengah.
“Silahkan duduk, Rahma.” Pak Sultan dan Rahma duduk di sofa. Rahma memperhatikan rumah Pak Sultan. Suasana rumah Pak Sultan mirip seperti rumah dinas atasan Rahma karena sama-sama rumah bangunan jaman dulu..
“Rumah Kakek adem,” kata Rahma.
“Rumah-rumah lama memang begini suasananya. Mungkin karena plafon rumah tinggi-tinggi jadi bawaannya adem tidak panas,” ujar Kakek.
Ibu Claudia keluar dari dapur. Ia baru selesai membuat kue. ia menghampiri Pak Sultan dan Rahma.
“Wah, tamunya sudah datang,” ujar Ibu Claudia.
Rahma langsung berdiri dan menyalami Ibu Claudia.
“Kenalkan saya Claudia. Saya menantu Pak Sultan,” ujar Ibu Claudia.
“Saya Rahma.” Rahma memperkenalkan dirinya. Ibu Claudia kaget mendengar nama Rahma.
“Ini Rahma yang menolong Ayah?” tanya Ibu Claudia kepada Pak Sultan.
“Iya,” jawab Pak Sultan.
“Terima kasih sudah menolong Ayah. Kalau tidak ada Rahma, entah apa yang terjadi sama Ayah. Ayah tidak bawa ponsel dan uang. Benar-benar teledor!” ujar Claudia.
“Sama-sama, Bu. Kebetulan saja kejadiannya di dekat kantor saya,” kata Rahma.
“Sekarang kalau Kakek mau keluar rumah Tante suruh bawa dompet dan ponsel. Kalau tidak mau bawa dompet dan ponsel, dilarang keluar rumah sama Tante!” ujar Ibu Claudia.
“Iya,” kata Pak Sultan.
Rahma hanya tersenyum menanggapinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Yani
Rendi jaim banget
2023-07-15
1
reni rili
Alhamdulillah mamah nya Rendi baik 🤗
2023-05-09
1