Rendi duduk kembali. Ia mengambil kue bolu dari atas piring lalu memakan bolu tersebut.
“Bolunya enak seperti buatan Mama,” puji Rendi sambil mengunyah kue yang ia makan.
“Memang itu buatan Mama.” Ibu Claudia tiba-tiba datang sambil membawa segelas air putih, ia meletakkan gelas tersebut di depan meja Pak Sultan. Ibu Claudia duduk di sebelah Rendi.
“Rendi kira ini kue dari perempuan tadi,” kata Rendi.
“Perempuan itu namanya Rahma,” ujar Ibu Claudia.
“Iya, sudah tau,” jawab Rendi.
Pak Sultan mengambil gelas yang tadi dibawakan oleh Ibu Claudia lalu meminum air putih tersebut sampai setengah gelas. Lalu ia meletakkan kembali gelas tersebut di atas meja.
“Kakek ingin kamu menikah dengan Rahma,” ujar Pak Sultan. Mendengar perkataan Pak Sultan, Rendi langsung tersedak. Ia jadi batuk-batuk. Ibu Claudia langsung beranjak dari tempat duduk dan mengambilkan segelas air putih untuk Rendi.
“Minum dulu!” Ibu Claudia memberikan air putih kepada Rendi. Rendi meminum air putih tersebut, batuknya langsung berhenti.
“Sudah selesai batuknya?” tanya Pak Sultan.
“Kakek mau bicara lagi,” ujar Pak Sultan.
“Kakek ingin kamu mendekati Rahma. Bagaimana pun caranya! Pokoknya kamu harus bisa menikahinya! Kakau tidak Kakek akan mencoret namamu dari daftar ahli waris Kakek!” ujar Pak Sultan.
“Silahkan saja hapus Rendi dari daftar ahli waris Kakek. Karena secara hukum agama, Rendilah ahli waris Kakek yang sah, bukan orang lain. Orang lain hanya bisa mendapatkan hibah dari Kakek. Hibah cuma bisa dapat beberapa persen tidak bisa seratus persen. Rendi bisa menggugat orang-orang yang menerima warisan Kakek karena warisan yang mereka terima tidak sah secara hukum agama,” kata Rendi dengan tenang.
Di dalam hati Pak Sultan membenarkan perkataan Rendi. Rendi adalah ahli warisnya yang sah, tidak ada yang berhak menerima warisannya kecuali Rendi. Jadi mengancam Rendi dengan ancaman mencoret dari daftar ahli waris tidak akan mempan. Ia harus mencari cara agar Rendi mau menikah dengan Rahma.
Tiba-tiba Pak Sultan menemukan cara yang ampuh untuk menggertak Rendi.
“Kalau kamu tidak mau mendekati Rahma dan menikah dengan Rahma, Kakek akan membekukan semua rekening kamu!” ujar Pak Sultan dengan tenang.
“Kenapa sih Kakek ingin sekali Rendi menikah dengan Rahma? Kenapa bukan Kakek saja yang menikah dengan Rahma?” tanya Rendi.
Ibu Claudia langsung melotot ketika mendengarkan pertanyaan Rendi.
“Rendi! Tidak boleh bicara seperti itu kepada kakek! Tidak sopan!” seru Ibu Claudia
“Kakek duluan yang memaksakan kehendak Kakek kepada Rendi,” kata Rendi.
“Bagaimana kalau perempuan itu bukan orang yang baik-baik? Bagaimana kalau ternyata dia seorang kleptomania? Bagaimana kalau ternyata dia seorang pencuri? Bagaimana kalau dia seorang pem*bunuh? Bagaimana kalau dia memiliki kelainan s*ek?” Rendi menyebutkan satu persatu sifat buruk manusia yang sulit dilihat oleh orang lain.
Ibu Claudia menghela nafas. Ia mengerti maksud mertuanya. Mertuanya berbuat demikian karena ingin melihat Rendi segera menikah dan mempunyai anak. Usia Rendi sudah tiga puluh tiga tahun. Tapi Rendi belum pernah membawa perempuan ke rumah. Bahkan ia dan kakeknya belum pernah mendengar atau melihat Rendi berjalan dengan seorang perempuan.
Yang sering mereka dengar adalah Rendi sering menolak perempuan yang mendekatinya. Padahal perempuan yang mendekati Rendi cantik-cantik semua, mereka berasal dari keluarga terpandang. Namun, Rendi tidak tertarik dengan mereka semua.. Sehingga ia dan kakeknya merasa cemas melihat Rendi masih sendiri.
Namun, memaksa Rendi untuk menikah dengan perempuan yang baru dikenalnya bukanlah solusi yang baik. Bagaimanapun juga Rendi butuh proses untuk mengenal calon istrinya. Ibu Claudia harus bisa membujuk Pak Sultan agar Pak Sultan memberikan waktu kepada Rendi untuk mengenal Rahma.
“Rendi benar, Yah. Tidak baik jika kita memutuskan sesuatu keinginan dengan terburu-buru. Alangkah baiknya mereka saling mengenal satu dengan yang lain. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dikemudian hari,” ujar Ibu Claudia.
“Oke, Ayah setuju dengan usulmu,” kata Pak Sultan.
“Kakek akan memberimu waktu selama enam bulan untuk mendekati Rahma. Kalau kalian cocok satu dengan yang lain kalian harus segera menikah! Kamu akan menjadi Presiden Direktur menggantikan Kakek,” ujar Pak Sultan kepada Rendi.
“Bagaimana jika Rendi dan Rahma tidak saling cocok satu dengan yang lain?” tanya Rendi.
“Kalian boleh berpisah dengan cara baik-baik. Yang penting kamu sudah berusaha mendekati Rahma,” jawab Pak Sultan.
“Oke, kalau begitu. Rendi setuju,” kata Rendi.
“Tapi ingat. Kamu harus berusaha mendekati Rahma! Kalau tidak rekeningmu Kakek blokir!” ujar Pak Sultan.
“Iya, Kek. Iya,” jawab Rendi. Rendi langsung beranjak dari sofa dan meninggalkan ruang keluarga.
“Mau kemana kamu?” tanya Pak Sultan melihat Rendi berjalan menuju ke kamarnya.
“Mau sholat dzuhur dulu. Ini sudah jam setengah tiga,” jawab Rendi tanpa menoleh ke belakang sedikitpun, Ia terus saja berjalan menuju ke kamarnya. Mendengar perkataan Rendi, Pak Sultan sadar kalau ia juga belum sholat dzuhur.
“Astagfirullahaladzim, Papah juga belum sholat,” ucap Pak Sultan.
Pak Sultan beranjak dari sofa dan berjalan menuju ke kamarnya. Ibu Claudia juga belum sholat, cepat-cepat ia berjalan menuju ke kamarnya.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Yani
Ya.... belum pada sholat semuanya 🤭
2023-07-15
1
Nina Maryanie
menarik ...cerita nya mulai suka..tp bahasa nya agak kurang halus lagi menurut ku. tp ku hargai karya mu thorr...selebih nya aku sukak jalan cerita nya. karna bikin karya GX mudah . semangat thor
2023-07-14
1
reni rili
yahh tau gitu tadi solat berjamaah ya 🤗
2023-05-09
1