Rendi menaruh toples-toples snack di dalam mobil. Kemudian Ia dan Rahma berjalan menuju restaurant Sunda yang letaknya tidak jauh dari tempat kost Rahma. Kebanyakan yang datang berkunjung ke restaurant itu dari kalangan menengah ke atas. Restaurant itu terlihat masih penuh dengan pengunjung yang sedang makan siang.
Rendi dan Rahma mengambil makanan sendiri. Sistem di restaurant itu adalah prasmanan. Setelah Rendi membayar makan tersebut mereka mencari tempat duduk. Kebetulan ada tempat duduk yang kosong. Mereka duduk di tempat itu.
Rendi makan dengan lahap, sepertinya ia sudah sangat lapar sekali. Sedangkan Rahma makan dengan tenang. Ia sudah terbiasa telat makan kalau sedang sibuk dengan pekerjaan di kantor.
Rendi sudah selesai makan. Nasi dan lauk pauk di piringnya sudah habis dimakan. Tinggal sisa tulang-tulangnya saja. Rendi menunggu Rahma selesai makan sambil menikmati teh tawar yang masih hangat. Ia memperhatikan Rahma yang sedang makan.
“Saya lupa memberitahu kamu. Besok kamu diajak ke acara keluarga,” ujar Rendi dengan tenang.
Rahma yang sedang asyik makan langsung berhenti dan memandang ke Rendi.
“Acara apa?” tanya Rahma.
“Acara pernikahan. Cucunya adik kakek akan menikah,” jawab Rendi.
“Itukan acara keluarga. Kenapa saya harus ikut?” tanya Rahma.
“Biasa, kakek yang menyuruh kamu ikut,” jawab Rendi dengan tenang.
“Kalau kamu tidak mau ikut bilang sendiri ke kakek,” ujar Rendi.
Rahma menghela nafas mendengar perkataan Rendi.
Lagi-lagi kakek Sultan yang menyuruh aku ikut pergi dengan Pak Rendi. Kapan sih kakek Sultan tidak menyuruh aku ikut pergi dengan Pak Rendi? Gerutu Rahma di dalam hati.
Rahma melanjutkan makan sampai habis. Tidak lama kemudian Rahma selesai makan lalu ia pun cuci tangan di wastafel. Ketika ia kembali ke tempat duduk Rendi sedang berbicara dengan seseorang melalui telepon. Rahma duduk kembali menunggu Rendi selesai berbicara. Tidak lama kemudian Rendi mengakhiri pembicaraannya.
“Ayo kita berangkat sekarang! Teman-teman saya sudah menunggu.” Rendi beranjak dari tempat duduk. Mereka pun keluar dari restaurant tersebut. Rendi dan Rahma berjalan menuju ke mobil Rendi. Mereka masuk ke mobil dan tidak berapa lama mobil pun melaju meninggalkan tempat itu.
Rendi menyetir mobilnya menuju ke jalan Dago. Ia menyetir sambil memakan camilan yang dibawa dari tempat kost. Ia menyetir mobilnya menuju ke Dago Pakar hingga melewati depan Taman Hutan Ir. H. Djuanda. Akhirnya mereka sampai di lapangan golf. Rendi membelokkan mobilnya menuju ke lapangan golf lalu ia memarkirkan mobilnya.
Sebelum turun dari mobil Rendi mengganti sendalnya dengan sepatu khusus untuk main golf. Rahma menunggu Rendi di luar. Tidak lama kemudian Rendi keluar dari mobil. Ia membuka bagasi mobil lalu mengeluarkan tas golf dari dalam bagasi mobil lalu menutup kembali bagasi mobil.
“Ayo!” Rendi berjalan sambil menarik tas golf. Rahma mengikuti Rendi dari belakang. Rendi berjalan menuju ruang tunggu dan menghampiri sekelompok anak muda yang seusia dengan Rendi.
“Akhirnya datang juga.” Ibram berdiri dan menepuk pundak Rendi.
“Elu lama sekali! Kita sudah garing nungguin lu datang,” seru Iwan.
“Sorry, gue mesti nungguin teman gue dulu,” ujar Rendi.
“Mana teman lue?” tanya Gana.
Rendi menoleh ke belakang, Rahma berdiri agak menjauh dari Rendi.
“Rahma! Sini! Jangan jauh-jauh,” ujar Rendi. Rahma berjalan mendekati Rendi.
“Kenalkan ini teman-teman saya,” ujar Rendi kepada Rahma.
Teman-teman Rendi berdiri dari tempat duduk. “Ini teman lu, Ren? Bukan karyawan lu?” tanya Ibram dengan tidak percaya.
“Bukan karyawan gue. Dia bekerja sebagai aparatur sipil negara,” jawab Rendi.
Ibram mengulurkan tangannya mengajak Rahma bersalaman. “Kenalkan. Saya Ibram temannya Rendi.”
Rahma menyalami tangan Ibram. “Rahma.” Rahma menyebut namanya.
“Kenalan dimana sama Rendi?” tanya Ibram tanpa melepaskan salamannya.
“Dikenalkan sama kakek Sultan,” jawab Rahma.
“Hei! Gantian dong salamannya,” ujar Gana. Ibram melepaskan salamannya. Lalu Gana mengulurkan tangannya mengajak Rahma bersalaman. “Kenalkan saya Gana.”
Rahma menyalami Gana. “Rahma.” Rahma memperkenalkan dirinya. Gana menyalami tangan Rahma cukup lama.
“Sekarang giliran gue kenalan,” kata Iwan. Gana melepas tangan Rahma.
“Kenalkan nama saya Iwan.” Iwan mengulurkan tangannya Rahma menyalami Iwan. “Rahma.” Rahma memperkenalkan namanya.
“Sudah kenalannya? Ayo kita main golf sekarang. Nanti keburu sore,” ujar Rendi. Mereka membawa tas golf masing-masing lalu berjalan menuju ke lapangan. Mereka menaiki mobil golf menuju ke tengah lapangan golf. Iwan, Gana dan Ibram naik di satu mobil golf. Sedangkan Rendi bersama Rahma naik di mobil golf yang berbeda. Di kursi belakang ada seorang caddy pria. Rendi membawa seorang caddy untuk membantunya.
Mereka berhenti di tempat yang mereka tuju. Mereka memutuskan untuk bermain golf di sana. Rendi dan teman-temannya turun dari mobil golf. Rahma juga ikut bersama mereka.
“Tumben lu bawa caddy,” kata Gana ketika melihat seorang caddy di dekat Rendi.
Mereka memang jarang memakai jasa caddy. Mereka sudah biasa mengerjakan semuanya sendiri tanpa harus dibantu caddy.
“Kali ini gue bakalan butuh caddy,” ujar Rendi.
Rendi dan teman-temannya mulai bermain golf. Rahma memperhatikan mereka bermain golf. Walaupun ia tidak mengerti aturan permainannya tapi ia fokus memperhatikan mereka bermain golf. Setelah main berapa lama Rendi menghampiri Rahma.
“Ma, ayo belajar main golf,” ujar Rendi.
“Tidak usah, Pak. Saya jadi penonton saja,” kata Rahma.
“Ayo belajar! Kalau nanti kakek mengajakmu bermain golf, kamu sudah bisa,” ujar Rendi.
“Kakek bisa main golf?” tanya Rahma.
“Kakek jago main golf,” jawab Rendi.
Akhirnya Rahma mau belajar bermain golf. Rendi memberikan contoh cara memukul bola golf. Rahma mengikuti apa yang Rendi ajarkan. Pukulan pertama bola hanya menggelinding sebentar.
“Pakai tenaga dong mukulnya,” ujar Rendi. Rahma mengulangi pukulannya, bola pun berhasil menggelinding.
“Nah, begitu dong!” ujar Rendi.
“Sekarang pukul yang agak menjauh.” Rendi memberikan contoh cara memukulnya. Rahma mengikuti cara yang Rendi lakukan, ia pun berhasil memukul bola dengan jarak yang di suruh oleh Rendi.
“Sekarang oukul yang jauh.” Rendi memberikan contoh. Rahma mengikuti gerakan Rendi, hasilnya bola itu melayang cukup jauh dari jarak yang ditentukan oleh Rendi. Caddy berlari untuk mengambil bola tersebut. Rendi sengaja membawa caddy, untuk mengejar bola yang dipukul oleh Rahma.
Perlahan Rahma mulai menyukai permainannya. Rendi menyuruh Rahma berlatih sendiri. Rendi melanjutkan bermain bersama dengan teman-temannya.
Pukul lima lebih dua puluh lima menit mereka mengakhiri permainannya karena mereka belum sholat ashar. Mereka sholat di mushola yang berada di lapangan golf. Setelah selesai sholat mereka pulang. Rendi mengantar Rahma ke tempat kost.
“Mau makan malam dimana?” tanya Rendi ketika mereka sedang dalam perjalanan menuju tempat kost Rahma.
“Pak Rendi pasti sudah cape. Makan di rumah masing-masing saja,” kata Rahma.
Rendi menoleh ke Rahma. “Nanti bagaimana makan malam kamu?” tanya Rendi.
“Gampang, Pak. Tinggal pesan online,” jawab Rahma.
“Tidak apa-apa kalau kamu maunya begitu,” ujar Rendi.
Akhirnya mereka sampai di depan gang menuju ke tempat kost Rahma. Rendi menghentikan mobilnya di depan gang.
“Terima kasih, sudah menemani saya,” ucap Rendi.
“Sama-sama, Pak Rendi. Saya juga berterima kasih karena Pak Rendi sudah mengajarkan saya bermain golf,” jawab Rahma.
“Kapan-kapan kita bermain golf lagi,” ujar Rendi.
“Iya, Pak,” jawab Rahma.
“Saya pulang, ya. Assalamualaikum.” Rahma turun dari mobil Rendi.
“Waalaikumsalam,” jawab Rendi.
Rahma melambaikan tangan ke Rendi lalu berjalan menuju ke tempat kost. Setelah Rahma berjalan jauh barulah Rendi menjalankan mobilnya.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Yani
Ntar lama" teman jadi pacar 🤭🤭
2023-07-15
2
Nda DhaThoel
teman rasa pacar kl gini mah ya teh 🤭
2023-05-19
1
o2m860270
doble tuh teh..
2023-05-14
1