Sekarang sudah pukul satu siang. Rahma dan rekan-rekan kerjanya bersiap-siap untuk melanjutkan pekerjaan mereka. Rendi masih berada di sana, ia tidak ada rencana untuk pergi kemana-mana. Ia hanya duduk sambil memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang.
Rahma kasihan melihat Rendi yang duduk sendiri dan memperhatikan di sekitarnya. Rahma menghampiri Rendi. Ia berdiri di depan Rendi.
“Pak Rendi tidak pergi jalan-jalan?” tanya Rahma.
“Jalan-jalan kemana?” tanya Rendi.
“Kemana saja. Di sini banyak tempat-tempat wisata. Pak Rendi bisa pergi ke Dataran Tinggi Dieng. Atau berburu kuliner. Atau Pak Rendi mau istirahat di hotel. Sebentar lagi Pak Rendi sudah bisa check in ke hotel,” kata Rahma.
“Kamu sudah pernah ke Dataran Tinggi Dieng?” tanya Rendi sambil menatap Rahma.
“Belum,” jawab Rahma.
“Kalau begitu nanti kita ke sana. Saya di sini saja menunggu kamu sampai selesai bekarja,” ujar Rendi.
“Atau saya bantu kamu bekerja,” lanjut Rendi.
“Kalau Pak Rendi mau membantu saya, Pak Rendi yang bagian foto kegiatan ini,” kata Rahma.
Rahma memberikan ponselnya kepada Rendi.
“Gunakan aplikasi ini untuk foto.” Rahma menunjukkan aplikasi foto yang berada di layar ponsel miliknya. Rendi membuka aplikasi yang ditunjuk olah Rahma lalu mencoba untuk foto. Ia mengarahkan kamera ponsel ke Rahma.
“Kameranya buram,” ujar Rendi sambil mengarahkan kamera ponsel ke arah lain. Tetap saja hasilnya kurang tajam.
“Nih! Pake ponsel saya saja.” Rendi mengembalikan ponsel kepada Rahma. Lalu ia mengeluarkann ponsel miliknya dari dalam saku celana. Ia membuka layar ponselnya.
“Tapi harus ada nama tempat dan tanggalnya,” kata Rahma.
“Iya. Saya tau.” Rendi fokus ke ponsel sambil mengklik layar ponselnya. Entah ia sedang apa.
Beberapa menit kemudian.
“Sudah selesai. Saya coba, ya,” ujar Rendi.
Rendi mengarahkan kameranya ke arah Rahma lalu ia foto Rahma.
“Berhasilkan.” Rendi memperliharkan hasilnya kepada Rahma. Rahma melihat foto dirinya di layar ponsel Rendi lengkap dengan alamat tempat serta jam ketika difoto.
“Ya sudah, teruskan saja.” Rahma kembali ke tempat duduknya.
Pukul satu lebih lima belas menit para disabilitas yang akan mengikuti evaluasi mulai berdatangan, acara evaluasi calon penerima manfaat pun dimulai. Rendi menjadi fotografer dadakan. Namun, ia foto para peserta evaluasi hanya sesekali. Ia lebih sering foto Rahma dengan berbagai ekspresi.
Pukul tiga acara evaluasi selesai karena pesertanya hanya sedikit. Rahma dan Pak Iqbal membereskan formulir yang sudah mereka isi. Setelah beres mereka pun bersiap-siap untuk pergi. Mereka akan mengunjungi disabilitas yang tidak bisa datang ke kantor dinas.
Rendi menghampiri Rahma yang hendak membawa totebag yang penuh dengan formulir. Rendi membawa totebag tersebut.
“Sudah mau pulang?” tanya Rendi.
“Belum, Pak. Kami masih harus ke rumah disabilitas yang tidak bisa datang,” jawab Rahma.
“Baiklah. Akan saya antar,” ujar Rendi.
“Tidak usah, Pak. Saya pergi dengan Pak Iqbal dan pegawai kantor dinas. Bapak pulang saja ke hotel,” kata Rahma.
“Saya ikut kamu. Saya ke sini untuk menemanimu,” ujar Rendi.
“Ya sudah kalau Pak Rendi mau ikut. Ayo kita berangkat sekarang,” kata Rahma.
Rendi dan Rahma keluar dari gedung serba guna. Mereka berjalan menuju ke mobil Rendi. Rahma membuka pintu belakang lalu naik ke mobil. Rendi membuka pintu bagasi lalu menyimpan totebag milik Rahma di bagasi. Setelah itu dia naik ke mobil, ia duduk di sebelah Rahma.
“Pak, ikuti mobil yang di depan!” ujar Rendi kepada Pak Sobir.
“Baik, Pak.” Pak Sobir mengikuti iring-iringan mobil dinas. Mobil mereka berjalan menuju ke arah Dataran Tinggi Dieng. Mereka melewati hotel tempat mereka menginap.
“Itu hotel tempat kita menginap, bukan?” Rendi menunjuk ke arah hotel tempat mereka menginap. Rahma menoleh ke samping kanan.
“Iya, Pak,” jawab Rahma.
Tidak lama kemudian mereka sampai di tempat yang mereka tuju. Rahma dan Rendi turun dari mobil. Rahma dan rekan-rekannya masuk ke dalam sebuah rumah. Rendi juga ikut masuk ke rumah tersebut.
Kedatangan mereka disambut oleh pemilik rumah. Rahma dan Pak Iqbal berbicara dengan orang tua anak berkebutuhan khusus. Putri bungsu mereka kembar namun keduanya disabilitas netra. Rahma dan Pak Iqbal mengajak bicara kedua remaja tersebut. Rahma menanyakan banyak hal kepada kedua remaja tersebut. Rendi memperhatikan pembicaraan mereka sambil sesekali foto mereka.
Setelah setengah jam berbincang-bincang Rahma dan rekan-rekannya pamit pulang. Rahma dan rekan-rekannya berpisah di jalan. Orang-orang dinas kembali ke kantor mereka. Sedangkan Rahma dan Pak Iqbal melanjutkan perjalanan mereka menuju ke Dataran Tinggi Dieng. Perjalanan menuju ke Dataran Tinggi Dieng ternyata sangat jauh. Ketika mereka sampai di Dieng mereka tidak bisa turun dari mobil karena hujan. Mereka hanya bisa di dalam mobil sambil mengitari Dieng. Ketika mereka hendak pulang kabut mulai menutupi Dataran Tinggi Dieng sehingga mengganggu jarak pandang pengemudi. Akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke hotel.
Setelah sholat magrib Rendi dan Rahma keluar hotel untuk mencari makan makan malam. Pak Iqbal dan Ibu Ira tidak ikut. Mereka hendak makan di hotel. Namun, ketika mereka sampai di depan lobby hotel ternyata di luar hujan. Mereka berdua menatap air hujan yang membasahi jalanan.
“Bagaimana, nih?” tanya Rahma kebingungan.
“Kita makan di hotel saja,” kata Rendi.
“Nggak mau. Pengen coba makanan di sini. Sudah jauh-jauh ke Wonosobo sayang kalau tidak mencoba makanannya,” ujar Rahma.
“Ya sudah, kita makan di luar,” kata Rendi mengalah.
Rendi melihat ke security yang memegang payung.
“Kita pinjam payung ke security,” ujar Rendi.
“Jangan, Pak! Nanti mereka tidak ada payung,” kata Rahma.
“Payung hotel banyak,” ujar Rendi.
Rendi berjalan menuju ke pos security dan berbicara dengan security. Tidak lama kemudian Rendi kembali sambil membawa payung.
“Ayo!” ujar Rendi.
Rahma berjalan mendekati Rendi, Rendi langsung memayungi Rahma, mereka pun berjalan keluar dari halaman hotel. Tiba-tiba hujan bertambah deras, Rendi langsung merangkul bahu Rahma agar Rahma lebih dekat lagi padanya. Sehingga Rahma tidak terkena hujan.
“Pak Rendi, jangan pegang-pegang!” Rahma mencoba melepaskan rangkulan Rendi.
“Nanti kamu kebasahan.” Rendi tidak melepaskan rangkulannya. Akhirnya Rahma hanya bisa pasrah.
“Kamu mau makan apa?” tanya Rendi sambil memperhatikan rumah makan yang berada di sekitar hotel. Ternyata rumah makan di sekitar hotel hanya ada makanan yang biasa mereka temui di Bandung. Tidak ada makanan khas Wonosobo.
Rahma memperhatikan rumah makan yang mereka lewati. Ia melihat kedai baso. Ia membayangkan hujan-hujan begini pasti enak makan baso.
“Saya mau makan baso,” kata Rahma.
“Jangan baso, dong. Baso kan makanan biasa tidak ada istimewanya. Kita cari yang lain saja,” ujar Rendi.
“Saya mau makan baso. Terserah Pak Rendi mau makan apa.” Rahma langsung berjalan menuju ke kedai baso. Ia nekad hujan-hujanan.
“Eh!” Rendi langsung menyusul Rahma ke kedai baso. Ia memayungi Rahma yang nekad hujan-hujanan. Rahma menoleh ke belakang.
“Kok ikut ke sini? Kata Pak Rendi baso makanan biasa saja tidak ada istimewanya.” Rahma protes karena Rendi mengikutinya ke kedai baso.
“Kamu makan baso. Saya akan makan sate dan gule.” Rendi menunjuk ke rumah makan yang berada di samping kedai baso yang menjual sate dan gule.
“Oh, ya sudah.” Rahma berjalan menuju ke kasir untuk memesan baso. Sedangkan Rendi menuju ke penjual sate. Tidak lama kemudian Rendi datang. Ia duduk di depan Rahma. Mereka menunggu pesanan mereka sambil memakan kerupuk. Beberapa menit kemudian pesanan Rahma datang. Pegawai kedai menaruh pesanan Rahma di atas meja.
Rendi memperhatikan minuman yang dipesan Rahma.
“Itu minuman apa?” Rendi menunjuk ke minuman yang berada di atas meja..
“Minuman temulawak. Enak loh, seger. Mau coba?” Rahma mendekatkan gelas minumannya ke depan Rendi. Rendi mengambil minuman temulawak dengan menggunakan sendok lalu mencobanya.
“Enakkan?” tanya Rahma melihat ekspresi wajah Rendi ketika mencoba minuman temulawak.
“Kok rasanya tidak seperti jamu?” tanya Rendi.
“Memang rasanya seperti ini,” jawab Rahma.
Rendi beranjak menuju ke kasir. Ia memesan minuman temulawak. Setelah selesai memesan ia kembali ke tempat duduk semula. Penjual sate datang membawa pesanan Rendi. Rendi langsung membayar pesanannya. Beberapa saat kemudian pegawai kedai datang membawa minuman pesanan Rendi. Rendi meminum minumannya.
“Rasanya segar,” ujar Rendi.
Mereka pun menikmati makan malam mereka.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Yani
Kayanya Rendi udah ada rasa sama Rahma 🤲
2023-07-15
1
Bocah Gaming
lanjut
2023-05-18
1
reni rili
Rahma masih dingin2 aja
2023-05-17
1