Ketika Pak Sultan, Ibu Claudia dan Rahma sedang berbicara datanglah seorang pembantu membawa segelas sirup dan dua buah cangkir teh. Pembantu itu menaruh gelas yang berisi sirup di depan meja Rahma dan menaruh cangkir di depan meja Pak Sultan dan Ibu Claudia.
“Bi, kuenya sudah matang belum?” tanya Ibu Claudia.
“Sudah, Bu. Sedang dipotong-potong sama Bi Wiwiek,” jawab Bi Esin.
“Kalau sudah dipotong-potong bawa kue ke sini!” ujar Ibu Claudia.
“Baik, Bu,” jawab Bi Esin.
Ibu Claudia memberikan pisang bolen kepada Bi Esin. “Tolong tempatkan di piring kue, lalu bawa lagi ke sini!” ujar Ibu Claudia.
“Baik, Bu,” jawab Bi Esin. Bi Esin membawa pisang bolen ke dapur.
Pak Sultan, Ibu Cladia dan Rahma melanjutkan lagi perbincangan mereka. Mereka membicarakan hal-hal yang umum, mengingat mereka baru berkenalan. Jadi belum mengenal satu dengan yang lain. Tiba-tiba Rendi masuk ke dalam rumah. Ia masuk melalui garasi. Bajunya terlihat sedikit basah karena baru selesai mencuci mobil.
Pak Sultan dan Ibu Claudia langsung berhenti bicara ketika melihat Rendi.
“Langsung mandi, ya Ren! Nanti kalau sudah mandi bergabung ke sini. Kakek hendak mengenalkanmu kepada Rahma,” ujar Ibu Claudia.
“Sudah ketemu tadi di depan,” jawab Rendi dengan dingin. Rendi melirik ke Rahma yang duduk di depan Pak Sultan.
Ibu Claudia menahan nafas. Ia harus bisa membujuk Rendi agar mau bergabung dengan mereka. Kalau tidak Pak Sultan pasti akan marah karena merasa tamunya diremehkan oleh Rendi.
“Tidak ada salahnya kalau kamu ikut bergabung juga. Apalagi berbincang-bincang sambil ditemani pisang bolen dan secangkir kopi, pasti enak,” ujar Ibu Claudia dengan sabar. Rendi yang keras kepala tidak bisa dilawan dengan paksaan harus dilawan dengan kelembutan.
“Iya,” jawab Rendi. Rendi meninggalkan ruang keluarga lalu masuk ke dalam kamar untuk mandi.
Bi Esin keluar dari dapur membawa sepiring pisang bolen dan kue bolu. Aroma kue bolu menyebar kemana-mana membuat orang ingin menyicipi kue tersebut. Bi Esin menaruh kue itu di atas meja sofa setelah itu ia kembali ke dapur.
“Nih, cobain kue buatan Tante.” Ibu Claudia menyodorkan piring yang berisi kue bolu kepada Rahma. Rahma mengambil sepotong kue dengan menggunakan piring kecil yang sudah disediakan di atas meja. Rahma memakan kue tersebut lalu mengunyah dan menikmati kue tersebut.
“Kuenya enak,” puji Rahma.
“Terima kasih,” ucap Ibu Claudia.
“Claudia pinter membuat kue. Hampir setiap hari ia membuatkan Kakek kue. Untung Kakek tidak jadi gendut,” ujar Pak Sultan.
Dua puluh menit kemudian Rendi keluar dari kamarnya. Ia sudah mandi dan berganti baju. Rendi duduk di sebelah Pak Sultan.
“Rahma, kenalkan ini Rendi cucu Kakek satu satunya.” Pak Sultan merangkul bahu Rendi. Rahma menganggukkan kepalanya kepada Rendi.
“Ren, ini Rahma. Orang yang membantu Kakek waktu kaki Kakek keseleo,” ujar Pak Sultan.
“Dia ASN di sebuah instansi kementrian yang berada di jalan Padjadjaran,” lanjut Pak Sultan.
Oh, jadi dia yang menolong kakek. Aku kirain siapa? Karena kedatangannya membuat heboh seisi rumah. Kakek mempersiapkan kedatangannya seperti akan kedatangan tamu agung, kata Rendi di dalam hati.
Bi Wiiwiek datang dari ruang makan lalu menghampiri mereka. “Bu, makan siangnya sudah siap,” kata Bi Wiwiek.
“Baik, Bi,” ujar Ibu Claudia. Bi Wiwiek kembali ke dapur.
“Ayo, kita makan siang dulu! Makanannya sudah siap,” ujar Ibu Claudia. Mereka beranjak dari sofa dan berjalan menuju ke meja makan. Di atas meja makan sudah tersaji banyak makanan. Makanan yang tersaji bukanlah makanan sunda tapi lebih ke makanan modern.
Mereka duduk di kursi makan.
“Tante tidak tau kesukaan kamu apa, jadi Tante masak makanan yang disukai banyak orang,” ujar Ibu Claudia.
“Tidak apa-apa, Tante. Rahma tidak pernah pilih-pilih makanan,” kata Rahma.
Ibu Claudia mengambilkan makanan untuk Pak Sultan. Rahma dan Rendi mengambil makanan sendiri. Mereka pun menikmati makan siang mereka. Makanan yang disajikan rasanya enak semua, sepertinya Ibu Claudia pinter memasak.
“Makanannya enak semua, Tante,” puji Rahma setelah mereka selesai makan siang.
“Alhamdullilah kalau kamu suka. Bi Wiwiek dan Bi Esin yang memasak semuanya. Tante hanya memberikan komando saja,” ucap Ibu Claudia.
Setelah selesai makan mereka kembali ke ruang keluarga. Mereka melanjutkan pembicaraan mereka.
Pukul dua siang Rahma pamit pulang karena ia belum sholat dzuhur dan masih ada pekerjaan yang harus ia selesaikan. Rahma merasa sungkan jika menumpang sholat di rumah Pak Sultan. Rahma memilih untuk sholat di tempat kost saja. Lagipula dari jalan Nyland menuju ke tempat kostnya tidak terlalu jauh. Hanya harus muter sedikit.
“Kenapa cepat-cepat pulang?” tanya Ibu Claudia ketika Rahma pamit pulang.
“Rahma masih ada pekerjaan. Hari selasa Rahma harus berangkat ke Lampung,” jawab Rahma.
“Naik apa ke Lampung?” tanya Pak Sultan.
“Naik mobil kantor. Perginya rame-rame sama teman-teman kantor,” jawab Rahma.
“Hati-hati kalau berangkat ke Lampung!” pesan Pak Sultan.
“Baik, Kek,” jawab Rahma.
“Tunggu sebentar.” Ibu Claudia berjalan menuju ke ruang makan. Tidak lama kemudian ia kembali membawa tas kain.
“Ini untuk Rahma makan malam.” Ibu Claudia memberikan tas kain kepada Rahma.
“Tidak usah repot-repot, Tante,” kata Rahma. Ia merasa tidak enak karena sudah merepotkan Ibu Claudia.
“Terima saja, Rahma. Claudia menyiapkan makanan yang banyak untuk Rahma,” ujar Pak Sultan.
“Kapan-kapan saja pulangin rantangnya, sekalian main ke sini,” kata Ibu Claudia.
“Terima kasih, Tante, Kakek, Pak Rendi. Semoga Allah membalas kebaikan Tante, Kakek dan Pak Rendi,” ucap Rahma.
“Aamiin,” jawab Pak Sultan dan Ibu Claudia.
“Saya pamit pulang. Assalamualaikum,” ucap Rahma.
“Waalaikumsalam,” jawab semua orang.
Rahma berjalan keluar dari rumah Pak Sultan. Ia menuju ke motor miliknya yang terparkir di dekat pos penjaga. Pak Sultan dan Ibu Claudia mengantar Rahma sampai ke depan rumah. Rahma menaruh tas kain di depan lalu ia memakai helm. Ia mendorong motornya keluar dari halaman rumah Pak Sultan.
“Hati-hati nyetir motornya!” ujar Pak Sultan.
“Iya, Kek,” jawab Rahma.
Rahma menjalankan motornya meninggalkan rumah Pak Sultan. Pak Sultan dan Ibu Claudia kembali masuk ke dalam rumah. Di ruang keluarga Rendi sedang makan pisang bolen ditemani secangkit kopi.
“Enak tidak pisang bolennya?” Pak Sultan mengambil satu pisang bolen.
“Biasa saja,” jawab Rendi sambil mengunyah pisang bolen.
Pak Sultan duduk di sofa lalu memakan pisang bolen. Setelah selesai makan pisang bolen dan meminum kopi sampai habis, Rendy pun berdiri. Ia hendak kembali ke kamarnya. Baru saja ia hendak berjalan, tiba-tiba Pak Sultan berkata, “Duduk! Ada yang ingin Kakek bicarakan dengan kamu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Sri Puryani
jodohin aja kek rendy & rahma biar rendi gk songong, biar disadarkan sama rahma
2025-04-04
1
Yani
Nah loh.... kakek mau ngomong apa ya🤔
2023-07-15
1
reni rili
ahiiikkk makinnn pinisirin 😍😍😎😎
2023-05-09
1