Rahma sedang mengetik dokumen dengan menggunakan laptop. Tiba-tiba Yani pegawai honorer yang bertugas menjadi office girl masuk ke dalam ruang kerja Rahma dan menghampiri Rahma.
“Ibu Rahma, ada yang tamu mencari Bu Rahma,” kata Yani.
“Siapa?” tanya Rahma.
“Katanya namanya Rendi. Orangnya tinggi, ganteng dan keren, Bu,” jawab Yani.
Mendengar nama Rendi, Rahma langsung mengerutkan dahinya. Seingat Rahma ia tidak memiliki kenalan yang bernama Rendi.
Apa dia Pak Rendi cucu Kakek Sultan? tanya Rahma di dalam hati.
Mau apa dia datang ke sini?
“Suruh orang itu tunggu dulu!” ujar Rahma.
“Bai, Bu,” jawab Yani.
Yani keluar dari ruang kerja Rahma. Rahma menyimpan dokumen yang sedang ia ketik lalu ia mematikan laptopnya. Setelah menutup laptop Rahma keluar dari ruang kerjanya. Ia berjalan menuju ke lobby kantornya, namun lobby kantornya nampak kosong tidak ada tamu yang duduk di lobby.
Rahma berjalan menuju ke pintu depan kantor. Ia melihat seorang laki-laki yang menghadap ke jalan. Laki-laki itu berpakaian rapih layaknya seperti seorang pimpinan perusahaan besar. Rahma mendekati laki-laki tersebut.
“Pak Rendi?” Rahma memanggil laki-laki tersebut. Laki-laki itu membalikkan badan dan menoleh ke Rahma. Ternyata benar, laki-laki itu adalah Pak Rendi cucu Pak Sultan.
“Ada apa Pak Rendi mencari saya?” tanya Rahma.
“Ada yang ingin saya bicarakan denganmu. Bisakah kamu makan siang bareng dengan saya?” tanya Rendi.
Rahma melihat jam yang menempel dipergelangan tangannya. Sekarang pukul setengah dua belas. Sebentar lagi waktu makan siang. Tapi ia masih banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan sebelum ia berangkat ke Lampung.
“Saya tidak bisa makan di luar. Ada banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan sebelum saya berangkat ke Lampung,” jawab Rahma.’
“Bagaimana nanti malam? Apakah kamu bisa makan malam dengan saya?” tanya Rendi.
“Tidak bisa, Pak. Saya harus istirahat lebih cepat, agar keesokan harinya saya tidak merasa letih,” jawab Rahma.
“Kamu ke Lampung naik apa?” tanya Rendi.
“Naik mobil,” jawab Rahma.
Rendi kaget mendengar jawaban Rahma.
“Naik mobil? Ke Lampung sejauh itu kamu naik mobil?” tanya Rendi tidak percaya.
“Iya. Kalau naik kendaraan umum lebih susah lagi karena kami memerlukan kendaraan selama bertugas di sana,” jawab Rahma.
“Kenapa tidak naik pesawat terbang?” tanya Rendi.
“Tidak bisa, Pak. Anggaran kami terbatas. Pengeluaran kami harus disesuaikan dengan anggaran,” jawab Rahma.
Rendi menghela nafas mendengar perkataan Rahma.
“Berapa lama kamu di sana?” tanya Rendi.
“Menurut rencana empat hari. Tapi tidak tau juga kalau diperpanjang bisa sampai sepuluh hari,” jawab Rahma.
“Bapak sebetulnya ada apa, sih? Kok nanya saya terus dari tadi?” tanya Rahma.
“Ada hal penting yang harus saya bicarakan sama kamu,” jawab Rendi.
“Kenapa tidak bicarakan sekarang?” tanya Rahma.
“Tidak bisa. Ini tentang urusan pribadi, bukan urusan pekerjaan. Tidak etis kalau dibicarakan di sini,” ujar Rendi.
“Ya sudah. Bapak tunggu saja sampai saya pulang dari Lampung,” kata Rahma.
“Kalau kamu sudah pulang dari Lampung, kamu telepon saya!” kata Rendi.
Rahma kaget mendengarnya. Bagaimana caranya dia menelepon Rendi? Nomor teleponnya saja dia tidak punya. Lagipula siapa yang butuh? Kenapa harus dia yang menelepon? Semua pertanyaan itu menari-nari di kepala Rahma.
“Nanti saya beri tahu Kakek Sultan kalau saya sudah pulang dari Lampung. Biar Kakek yang memberitahu ke Pak Rendi,” ujar Rahma.
“Jangan hubungi Kakek!” Rendi mengetik sesuatu di ponselnya tak lama kemudian terdengar suara notifikasi pesan masuk di ponsel Rahma.
“Itu pesan dari saya. Kamu simpan nomor ponsel saya. Kalau saya nelepon jangan dianggap orang iseng atau telepon salah sambung!” ujar Rendi.
Rahma menyentuh layar ponselnya lalu membuka ponselnya. Ia melihat ada satu pesan masuk dari nomor yang tidak ia kenal. Ia membaca pesan tersebut. Ternyata itu pesan dari Rendi. Rahma menyimpan nomor ponsel Rendi di daftar kontak.
“Sudah saya simpan nomor telepon Bapak,” kata Rahma.
Pak Rubi salah satu rekan kerja Rahma keluar dari dalam kantor ia seperti mencari seseorang.
“Rahma!” Pak Rubi memanggil Rahma.
Rahma menoleh ke Pak Rubi.
“Iya, Pak,” jawab Rahma.
“Dipanggil sama Ibu Haji Maryam,” ujar Pak Rubi.
“Baik, Pak,” jawab Rahma.
Rahma kembali menghadap ke Rendi.
“Maaf Pak Rendi, saya dipaggil oleh atasan saya,” kata Rahma.
“Jangan lupa, kalau kamu kembali dari Lampung hubungi saya!” ujar Rendi.
“Baik, Pak,” jawab Rahma.
“Saya permisi dulu. Assalamualaikum.” Rendi berjalan menuju ke mobil. Seorang supir sudah menunggu di dalam mobil. Rahma masih berdiri di depan kantornya. Ia menunggu sampai Rendi meninggalkan halaman parkir. Tidak lama kemudian mobil Rendi pergi meninggalkan halaman kantor. Rahma kembali masuk ke dalam kantor.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Yani
Seru..
2023-07-15
1
reni rili
Rahma yang mau dideketin saya yang deg2an ya 😂😂
2023-05-09
1
Rahma Inayah
lnjut up yg byk ..thor
2023-05-08
1