"Maaf pak." ucap Bela.
"Saya tidak butuh permintaan maaf kamu, sekarang saya mau mandi siap kan Mandian saya." ucap Dimas.
"Bapak belum boleh mandi pak."
"Badan saya sudah sangat gerah dan lengket."
"Saya akan membantu membersihkan badan bapak dengan kain." ucap Bela.
Dimas menggeleng kan kepala nya.
"Kalau bapak mandi, Bapak akan demam lagi." ucap Bela.
Dimas menghela nafas panjang, dia juga tidak ingin sakit terlalu lama karena pekerjaan nya banyak yang tertunda dan dia tidak bisa ngapa-ngapain.
Bela me lap badan Dimas di kamar mandi. Dengan sangat canggung Bela terus melakukan nya sampai selesai.
Dimasa hanya diam saja menunggu Bela segera menyelesaikan pekerjaan nya.
Tidak beberapa lama akhirnya selesai. Bela mengeringkan badan Dimas dan juga mencari kan nya baju ganti.
"Kalau begitu Bapak istirahat saja, saya akan menyiapkan makan malam." ucap Bela.
"Saya tidak lapar." ucap Dimas.
"Tapi bapak tetap harus makan agar cepat sembuh." ucap Bela.
Namun saat makan malam bukan Bela yang membawa kan ke kamar melainkan Bibik. Dimas tidak melihat Bela sampai dia ketiduran.
Bela mengintip Dimas sudah tidur apa belum. Setelah dia sudah tidur akhirnya Bela memberanikan diri untuk masuk ke dalam.
"Aku tau pak Dimas sangat membenci ku." batin Bela. Dia mendekati Dimas memperbaiki selimut nya.
"Alhamdulillah akhirnya bapak sembuh juga. Aku berharap bapak tidak sakit dan selalu sehat." ucap Bela sambil memeriksa suhu badan Dimas.
Melihat tidur Dimas sangat nyenyak dan nyaman dia merasa sangat lega sekali.
Bela tidur di sofa seperti biasa. Dimas sadar kalau Bela baru saja menyentuh nya.
Dimas melihat Bela sudah tidur.
"Saya tau orang tua kamu yang membunuh orang tua saya. Namun entah kenapa saya juga marah kepada kamu." batin Dimas.
Keesokan harinya...
"Selamat pagi Pak." sapa Bela yang menyambut Dimas di meja makan.
"Berhubung hari ini bapak sudah sembuh ini kopi untuk bapak." ucap Bela.
Dimas melihat kopi dan sarapan yang lain di atas meja.
"Saya tidak ingin kopi." ucap Dimas.
"Loh bukannya minuman kesukaan bapak kopi?" tanya Bela.
Dimas tidak mengatakan apapun dia melihat Fahri baru saja datang.
"Selamat pagi Tuan." ucap Fahri.
"Pagi. Apa kamu sudah sarapan?" ucap Dimas.
Fahri tersenyum dan duduk di depan Dimas.
"Saya sangat senang sekali akhirnya Tuan sembuh, kedepannya Tuan harus menjaga pola kehidupan." ucap Fahri.
Dimas mengangguk sambil tersenyum. Setelah beberapa lama akhirnya mereka sarapan bersama.
Saat mau berangkat bekerja Dimas tidak sengaja melihat Bela memberikan Bekal kepada Fahri.
"Ayo berangkat ." ajak Dimas..
"Makasih yah Bel, kalau begitu aku berangkat dulu yah." ucap Fahri. Setelah beberapa lama akhirnya mereka berangkat ke kantor.
Sepanjang perjalanan Dimas selalu melihat Bekal Fahri yang di pangkuan Fahri.
"Apa itu?" tanya Dimas.
"Oohh ini Tuan, saya meminta Bela menyiapkan Bekal untuk saya agar di kantor saya tidak kesulitan untuk mencari makan siang." ucap Fahri.
"Saya melihat kamu terlalu dekat dengan Bela, sebaiknya kamu menjaga jarak dengan Bela agar orang lain tidak berfikir yang tidak-tidak." ucap Dimas.
Fahri menatap nya dengan tatapan aneh dan juga bingung.
"Maksud nya Tuan? saya tidak mengerti apa yang Tuan maksud." ucap Fahri.
"Apa yang aku bicarakan?" ucap Dimas malah bingung dengan diri nya sendiri.
"Sudah lupakan saja, maksud saya sebaik nya kamu sekarang harus lebih serius bekerja agar bisa di andalkan." ucap Dimas.
Fahri tersenyum sambil mengangguk.
Tidak beberapa lama akhirnya sampai di kantor.
"Selamat pagi Pak, Bagaimana keadaan Bapak?" tanya Serli.
"Seperti yang kamu lihat sekarang saya sehat. Saya ingin mengadakan rapat." ucap Dimas.
"Rapat? Kenapa begitu mendadak Pak?" tanya Serli.
"Sebelum mengadakan rapat saya ingin meminta laporan pekerjaan kamu selama beberapa hari ini." ucap Dimas.
Serli terlihat sangat gugup. Bingung harus menjawab apa karena pekerjaan nya ada yang terbengkalai karena Dimas tidak bisa mengurus nya.
Rapat pun di mulai semua nya terkena amukan oleh Dimas. Serli tidak bisa mengatakan apapun lagi itu semua karena kelalaiannya juga.
"Saya membayar kamu mahal agar kamu bisa di andalkan, kenapa kamu tidak bisa di andalkan sama sekali!" ucap Dimas marah kepada Serli.
"Maaf kan saya Pak." ucap Serli. "Seperti nya kalian menganggap pekerjaan ini tidak penting." ucap Dimas.
Semua Staf dan Kepala projek hanya bisa diam mendengar kan Dimas marah-marah.
Setelah Dimas selesai marah akhirnya mereka keluar melakukan pekerjaan mereka. Keadaan perusahaan sekarang sangat dingin membuat Fahri bingung dan juga kaget.
"Ternyata kalau tuan Dimas marah semua orang tidak ada yang bisa membantah, aku pikir sifat tuan Dimas seperti itu hanya ketika di rumah saja." batin Fahri.
Dimas duduk di ruangan nya sendiri.
"Baru saja masuk ke kantor sudah membuat emosi." ucap Dimas.
Dia mau minum kopi nya namun tiba-tiba teringat Susu hangat buatan Bela.
Dimas mencoba mencicipi kopi itu namun rasanya sangat berbeda sehingga dia marah menuduh kalau Kopi yang di gunakan tidak kopi biasa.
Tidak beberapa lama Akhirnya kopi baru datang namun tetap tidak sesuai dengan selera Dimas.
"Saya ingin susu hangat." ucap Dimas.
Tidak banyak protes anak magang yang baru saja bekerja itu langsung membuat susu hangat namun tetap saja Dimas tidak suka.
Anak magang itu bingung dan juga ketakutan. Seharian Dimas marah-marah tidak jelas.
Di malam hari nya...
Dia dan Vivi janjian untuk makan malam bersama.
Namun sudah setengah jam menunggumu Vivi tak kunjung datang.
Namun tidak beberapa lama akhirnya datang juga.
"Kamu kenapa mendadak minta ketemuan di sini sih?" tanya Vivi dengan kesal.
"Tidak apa-apa, aku hanya ingin bertemu dengan mu." ucap Dimas.
Vivi duduk di depan Dimas.
"Tidak biasanya kamu ngajak makan di tempat seperti ini." ucap Vivi.
Dimas melihat restoran yang tidak cukup mewah hanya ada masakan lokal.
"Aku dengar makanan di sini enak-enak. Aku ingin mencoba nya." ucap Dimas.
"Oohhhh ya udah deh." ucap Vivi.
"Humm malam ini kamu tidak memiliki kesibukan apapun kan?" tanya Dimas.
"Seperti nya tidak ada, ada apa?" tanya Dimas.
Dimas tidak mengatakan apapun namun Vivi sudah mengerti.
Selesai makan mereka menyewa hotel terdekat.
"Sayang aku sangat merindukan kamu." ucap Vivi melihat Dimas dari belakang yang sedang mandi di kamar mandi.
Dimas tersenyum dia berbalik dan mencium Vivi.
"Malam ini aku akan melakukan yang terbaik untuk kamu. Anggap saja ini sebagai permintaan maaf ku karena aku tidak tau kalau kamu sedang sakit." ucap Vivi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 299 Episodes
Comments