Bela diam tidak menjawab.
"Maaf, seharusnya aku tidak menanyakan itu. Aku hanya salut kepada kamu karena tidak pernah mengeluh, tidak pernah menunjukkan kesedihan mu kepada orang lain." ucap Fahri.
"Aku dari kecil sudah terbiasa memendam semua nya sendiri. Ini jauh lebih baik." ucap Bela.
"Aku yakin kamu pasti butuh seseorang yang bisa membantu dan mendengarkan kamu Bela." batin Fahri menatap wajah Bela.
"Berhenti menatap ku seperti itu. Aku sangat tidak suka orang menatap ku dengan rasa kasihan." ucap Bela.
"Semua orang tau kalau kamu anak yang ceria, namun kamu tidak bisa menyembunyikan kalau kamu menderita Bela." ucap Fahri.
"Tapi aku baik-baik saja." ucap Bela. Fahri menghela nafas panjang sambil menatap Bela.
"Kamu jangan menutupi nya Bela. Kalau kamu mau cerita atau melampiaskan semua nya gak apa-apa kok." ucap Fahri.
Bela tersenyum. "Sudah ah jangan bahas itu." ucap Bela.
"Kamu lanjut istirahat saja aku dengar besok kamu sudah mulai bekerja menjadi pengawal pribadi pak Dimas." ucap Bela.
"Loh kamu kok tau?"
"Dari Bibik." ucap Bela.
"Huff padahal aku sudah bilang sama Bibik agar merahasiakan nya. Karena..."
"Kenapa? walaupun kamu menyembunyikannya pasti aku tau kamu latihan." ucap Bela.
Fahri tersenyum. "Humm kalau begitu aku istirahat dulu yah." ucap Fahri. Bela mengangguk.
"Selamat malam." ucap Fahri. Bela mengangguk sambil tersenyum.
"Kalau di lihat-lihat selain ganteng dan juga baik, dia juga lucu dan aneh." ucap Bela dan langsung menyimpan piring dia makan.
Keesokan harinya...
Seperti biasa dia akan menyiapkan sarapan dan juga kopi untuk majikan nya itu.
Sedang memasak sarapan di dapur dia melihat Dimas dan juga beberapa orang di depan.
"Apa yang sedang mereka bicarakan? kenapa rame-rame di luar?" ucap Bela.
Bibik mendengar bicara Bela.
"Mereka akan melantik Fahri menjadi pengawal pribadi Tuan Dimas itu sebab nya rame-rame." ucap Bibik.
"Oohhhh begitu yah Bik." ucap Bela.
"Humm bik bukan nya pengawal pak Dimas sudah sangat banyak? kenapa masih merekrut Fahri?" tanya Bela.
"Fisik Fahri sangat bagus. Jadi Tuan Dimas percaya kalau Fahri bisa menjaga nya." ucap Bibik.
Bela menghela nafas panjang. "Kamu tidak perlu khawatir seperti itu. Tuan Dimas sangat sayang kepada Fahri. tidak mungkin juga Tuan Dimas menjadikan Fahri samsak untuk para musuh nya."
"Tapi aku dengar kalau yang menginginkan pak Dimas mati banyak Bik, bagaimana kalau nanti Fahri menyelamatkan pak Dimas dari para penjahat itu?" ucap Bela.
Bibik tersenyum. "Kelihatan nya kamu sangat khawatir sekali kepada Fahri, jangan bilang kamu tertarik sama Fahri?" ucap Bibik.
"Ih Bibik ngomong apa sih? gak mungkin lah aku suka sama Fahri. Lagian Fahri juga gak mungkin suka sama aku." ucap Bela.
Bibik tersenyum mereka lanjut masak.
Waktunya untuk sarapan.
Fahri dan juga Dimas makan dimeja makan seperti biasa.
Dimas memerhatikan Bela yang Sibuk mondar-mandir untuk melayani dia.
"Humm sebaiknya saya sarapan di belakang saja Pak." ucap Fahri kepada Dimas.
Dimas menghela nafas panjang.
"Saya sudah bilang jangan canggung kepada saya agar kamu nyaman dan fokus bekerja, anggap saya seperti kakak kamu sendiri." ucap Dimas.
"Tapi Pak."
"Tidak apa-apa, makan saja di sini temanin saya." ucap Dimas.
Fahri tidak berhasil membuat alasan agar bisa sarapan dengan Bela di belakang.
Tidak beberapa lama akhirnya selesai sarapan.
"Pak, Bapak mau kemana?" tanya Bela melihat Dimas sudah rapi.
"Saya mau berangkat ke kantor, mau kemana lagi?" ucap nya dengan ketus.
"Hum tapi pak."
"Saya sudah telat, kamu jangan membuat saya membuat Waktu saya hanya karena kamu." ucap Dimas.
"Bapak masih sakit, sebaiknya bapak istirahat, agar sakit bapak sedikit membaik." ucap Bela.
"Saya sudah sembuh, kalau saya tidak bekerja bagaimana dengan pekerjaan saya? apa kamu bisa mengerjakan nya?" tanya Dimas.
Bela menahan Dimas membuat Dimas kaget.
"Maaf pak saya ingin memastikan nya." ucap Bela jinjit sedikit dan meletakkan telapak tangan nya di kening Dimas.
Dimas cukup kaget karena sekarang wajah nya dan wajah Bela berdekatan.
Bela juga sempat menatap wajah Dimas yang kaget. Dia langsung sadar dan minta maaf.
"Maaf pak, saya hanya mau memeriksa nya." ucap Bela sedikit takut.
"Kamu sangat lancang! jangan sentuh saya dengan tangan mu yang baik dapur dan kasar itu!" ucap Dimas menepis tangan Bela.
"Maaf pak." Dimas menghela nafas panjang.
"Pak badan Bapak masih panas, tunggu sebentar saya ingin bapak membawa sesuatu."
Dia berlari ke kamar dan kembali membawa obat.
"Kalau sakit perut Bapak kambuh langsung minum ini pak, dan kalau setelah selesai makan siang Bapak minum obat ini semua ini. Ada peringan badan, mengurangi rasa sakit kepala dan juga menurunkan panas."
"Saya tidak perlu itu!" ucap Dimas.
"Tapi Pak."
"Tidak perlu! Buang saja obat itu." ucap Dimas mendorong tangan Bela dan semua obat berserak di lantai.
"Bapak harus membawa nya agar panas badan Bapak tidak semakin tinggi." ucap Bela.
Dimas tidak memperdulikan nya, dia pergi begitu saja.
"Dia pikir saya anak kecil?" ucap Dimas marah setelah sudah di dalam mobil.
"Ada apa pak? kenapa Bapak marah?" tanya supir.
"Bawa saja saya ke perusahaan dengan selamat!" ucap Dimas.
Mereka langsung terdiam termasuk Fahri juga.
Fahri untuk pertama kalinya ke perusahaan dia sangat kagum karena dia sudah lama ingin bekerja di sana.
Dan sekarang dia memiliki posisi yang baik, walaupun nyawa taruhannya tapi itu adalah salah satu tanda terimakasih untuk Dimas.
Baru Tiga jam di perusahaan badan Dimas lemas mendadak. Jantung nya berdetak begitu cepat membuat dia merasa kesakitan.
"Huff aku rasa aku harus memeriksa kesehatan ku dengan benar. Aku merasa ada yang aneh dengan tubuh ku." ucap Dimas.
"Permisi Pak, apa Bapak memanggil saya?"
"Ambil kan saya minum." ucap Dimas kepada Fahri.
setelah minum air dan mencoba meminum obat sembarangan yang di berikan staff nya.
Dia lanjut meeting sampai sore dan setelah itu makan siang namun tidak berselera karena lidah nya yang hambar dan sampai jam enam sore dia masih duduk di kursi kekuasaan nya di depan laptop nya.
Semakin di paksa bekerja badan nya semakin sakit. kepala nya nyut-nyutan dan juga terasa sangat dingin sekali sehingga dia mematikan AC.
"Fahri!" panggil nya.
"Iyah Pak."
"Siap kan mobil, saya akan pulang."
"Tapi pak sebentar lagi ada meeting dengan staf."
"Di tunda saja."
"Tidak bisa pak, para staf besok sudah berangkat." ucap pemimpin tim yang baru saja datang sambil membawa data-data meeting.
"Baiklah, kalau begitu lanjut saja, waktu nya di percepat sedikit." ucap Dimas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 299 Episodes
Comments
Ryani
bingung ngikutin alurnya🤔🤨
2023-10-26
1