Dimas menghela nafas panjang, dia mengambil nya dan segera pergi. Bela yang sudah sangat takut langsung lega melihat Dimas sudah pergi.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Bibik. Bela mengangguk.
Seiiring waktu berjalan tidak terasa Bela sudah Dua bulan tinggal di Rumah Dimas.
Namun sampai sekarang dia masih menjaga mahkota nya dengan baik. Dia tidak akan mempermasalahkan Dimas menyiksa nya habis-habisan dari pada dia memberikan mahkota nya begitu saja.
Di malam hari dia baru saja selesai mandi. Dia keluar dari kamar dan melihat Dimas baru saja masuk ke kamar.
Dimas melihat Bela yang hanya memakai handuk keluar dari kamar mandi.
Tiba-tiba Bela menutup bagian dada dan juga paha nya.
Namun Dimas tidak mengatakan apapun dia langsung berbaring ke tempat tidur. Bela langsung memakai pakaian nya.
Waktunya untuk makan malam.
"Pak.. Pak.. Bapak makan malam dulu." ucap Bela membangun kan Dimas yang sudah tidur dari tadi.
Dimas bergeliat dia membuka mata nya melihat Bela.
"Bapak makan dulu setelah itu tidur lagi." ucap Bela.
Dimas Menatap Wajah Bela tiba-tiba saja teringat oleh Dimas almarhum ibu nya yang setiap hari menyuruh nya untuk makan.
"Ibu..." ucap Dimas. Bela kaget.
"Pak Ini saya." ucap Bela, Dimas langsung sadar dia mendorong Bela jauh dari nya.
Dan langsung pergi dari kamar itu. Dimas duduk di meja makan sendiri dia melihat Fahri.
"Loh Fahri kamu di sini?" tanya Dimas. Fahri tersenyum dia mendekati Dimas.
Dimas cukup dekat dengan Fahri. Dia juga yang membayar pendidikan Fahri karena dia anak yatim piatu sedari kecil tinggal di rumah Dimas bersama Bibik.
"Iyah Tuan."
"Ayo duduk makan bersama Saya, sudah lama kita tidak Makan bersama. Akhir-akhir ini saya sangat sibuk sehingga tidak menyadari kamu di sini." ucap Dimas.
Fahri tersenyum. Dia duduk di depan Dimas.
"Bagaimana kuliah kamu?" tanya Dimas.
"Semua nya baik-baik Saja Tuan." Dimas tersenyum mengangguk.
"Mereka sudah dekat cukup lama, alasan setelah Fahri Selesai kuliah Akan tinggal di sini ya karena Tuan Dimas, dia ingin Fahri menjadi Asisten pribadi nya." ucap Bibik kepada Bela.
"Oohh begitu Yah bik." Bibik mengangguk.
"Oh iya bik apa Bibik tau kemana orang tua pak Dimas? Dan keluarga nya kemana? Tidak ada satu pun keluarga nya di sini. Bahkan sudah dua bulan aku di sini tidak ada tentang pak Dimas yang aku tau."
"Sebenarnya tentang ini kamu tidak perlu tau. hanya saja agar kamu tidak penasaran Bibik akan bilang." ucap Bibik. Bela dengan antusias mendengarkan nya.
"Orang tua Tuan Dimas sudah Meninggal dunia dua tahun Yang lalu." ucap Bibik.
"Hah? Bagaimana bisa bik?"
"Orang tua Tuan Dimas meninggal karena di jebak oleh Salah satu sahabat nya. Sekarang Tuan sangat dendam kepada sahabat orang tua nya itu. Namun tuan tidak memiliki bukti untuk membuktikan itu semua." ucap Bibik.
"Sebenarnya Tuan Dimas Tidak lah sedingin ini atau sekasar dan sekejam ini dulu. Namun setelah orang tua nya meninggal dunia sifat hangat, perduli, lembut, baik dan ramah tuan Dimas hilang begitu saja, sekarang dia seperti Pria yang tidak memiliki hati kepada siapapun itu." ucap Bibik.
"Tapi bik kenapa kalau di lihat-lihat hanya kepada ku pak Dimas sangat kasar? Berbeda dengan yang lain, dia hanya membentak dah bahkan memilih diam." ucap Bela.
"Tuan Dimas tidak hanya satu kali ini membeli perempuan. Itu sudah hal yang biasa bagi kami." ucap Bibik.
Mendengar itu Bela terdiam.
Di malam hari nya seperti biasa Bela tidak bisa tidur sebelum Dimas tidur. Dia membaca buku di sofa kamar Dimas.
Pintu terbuka dia langsung menoleh ke arah Dimas.
Dimas tidak mengatakan apapun seperti biasa dia langsung tidur karena seharian dia bekerja tanpa henti menguras semua tenaga nya.
Dia melihat Bela yang membaca buku di sofa.
"Apa setiap hari dia tidak bosan membaca buku itu? Aku sudah melihat nya membaca buku itu berulang kali." ucap Dimas dalam hati.
Dia mengingat lagi Ibu yang dulu sangat suka membaca lagi-lagi Bela mengingat kan dia kepada almarhum ibu nya.
"Seharusnya aku tidak membuat dia tinggal di sini. Dia membuat aku semakin tidak bisa melupakan Almarhum Ibu dan Ayah." ucap Dimas dalam hati.
"Namun aku tidak akan menyerah begitu saja, aku akan membuat Pria berengsek itu datang sendiri dan menyerahkan diri kepada ku setelah melihat Putri nya ada di tangan ku." ucap Dimas.
Di pagi hari yang cerah Dimas bangun pagi mau olahraga karena hari weekend. Dia sudah siap olahraga mau mengajak Fahri.
Dia tidak sengaja melihat Fahri membantu Bela di dapur.
"Sejak kapan mereka dekat?" ucap Dimas heran.
"Bela dan Fahri terlihat sangat cocok." ucap Serli yang baru saja datang.
Tiba-tiba Dimas menatap tajam ke Serli.
"Saya hanya bercanda Tuan." ucap Serli.
"Saya sudah siap untuk olahraga," ucap Serli.
"Selamat pagi Tuan." ucap Fahri melihat Dimas.
Dimas mengangguk pelan.
"Saya sudah bilang pagi ini kita akan olahraga bersama. Kenapa kamu belum siap-siap?"
"Saya Bantu bela sebentar Tuan, dia juga mau ikut." ucap Fahri.
"Sebaiknya Aku tidak perlu ikut Fahri." ucap Bela karena di pikir mereka hanya berdua saja eh ternyata ada Dimas.
"Kenapa? Ikut saja, kamu pasti bosan di rumah." ucap Fahri.
"Ikut saja, jangan membuang-buang waktu." ucap Dimas. Akhirnya Mereka berempat.
Dimas dan Fahri berlari di depan. Sementara Bela dan Juga Serli di belakang.
"Kalau di lihat-lihat Pak Dimas ganteng juga kalau lagi berpakaian bebas dan tidak memasang wajah dingin." batin Bela.
Dimas dan Fahri membuat taruhan mereka akan lomba lari siapa yang duluan sampai akan mendapatkan Hadiah.
Fahri seorang atlet tidak lah menolak karena mereka sudah biasa melakukan hal konyol seperti itu.
"Kita kenapa berhenti? Kita tidak ikut lomba?" tanya Bela.
"Percuma saja kamu ikut lomba, tetap saja kita akan kalah.. Kamu lihat saja langkah kaki mereka sangat lebar, sebaiknya kita duduk istirahat dan memantau mereka.. Kalau bukan karena Tuan Dimas aku sangat malas keluar olahraga di hari libur seperti ini, aku ingin berbaring di tempat tidur ku." ucap Serli.
Bela tersenyum dia minum dan melihat lomba lari di depan. Dia sangat salut kepada Fahri yang bisa mendahului Dimas.
Namun Dimas dengan sekuat tenaga melewati Fahri. Dia sangat cepat tidak beberapa jauh dari finis tiba-tiba saja kaki nya keseleo karena tali sepatu nya yang terlepas.
Semua orang panik melihat dia terbaring di Rumput.
Bela dan Serli langsung membantu nya.
"Pak! Bapak tidak apa-apa? Nih minum dulu." ucap Bela memberikan minum.
Serli dan Fahri hanya melihat saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 299 Episodes
Comments
Fitrani Ai
next tor
2023-05-05
2