Dimas menghela nafas panjang sambil melihat Bela.
"Kenapa dia begitu baik? Dia juga sangat ceria sekali walaupun kehidupan nya begitu sulit." ucap Dimas dalam hati.
"Aku memikirkan apa?! Mau bagaimana pun dia adalah anak dari pembunuh orang tua ku, mau bagaimana pun aku tidak akan pernah mengampuni mereka." ucap Dimas.
Namun lagi-lagi dia teringat kata-kata Bela yang akan memasak banyak Besok. Dia langsung cepat tidur tidak sabar menunggu besok.
Keesokan harinya dia bangun lebih awal karena tidur nya juga kurang nyenyak.
Dia langsung membuka mata nya dan langsung duduk ketika melihat Matahari sudah sangat terik.
Namun di saat Duduk dia heran melihat Bela masih tidur di sofa.
"Tumben-tumbenan sekali dia masih tidur jam segini?" batin Dimas.
"Hei bangun! Apa kamu lupa dengan janji mu?" tanya Dimas. Kania membuka mata nya dia melihat Dimas berdiri tidak jauh dari nya.
"Maaf pak saya bangun sedikit telat."
"Ini sudah jam berapa Pak?" tanya Bela. Dimas menunjuk jam ketika melihat jam Bela sangat kaget dan langsung berdiri.
"Kamu lupa dengan janji kamu hari ini?" tanya Dimas.
Bela menghela nafas panjang.
"Maafin saya pak, saya akan segera masak." ucap Bela.
Bela ke dapur dia melihat semua orang sudah sibuk mengurus pekerjaan nya masing-masing.
"Bela kenapa kamu bangun kesiangan? apa kamu tidak takut Tuan Dimas marah?" tanya pelayan lain.
"Semalaman aku tidak bisa tidur karena pak Dimas tidak tidur dengan tenang." ucap Bela.
"Oohhhh pantesan saja. Kamu yang sabar yah." ucap teman nya itu.
"Humm apa Fahri sudah berangkat bekerja?" tanya Bela.
"Sudah dari tadi. Lagian dia harus lebih rajin agar Tuan tidak marah kepada nya."ucap Bibik.
"Oohh gitu yah bik, aku janji untuk masak bekal untuk nya hari ini." ucap Bela.
"Tidak apa-apa, Bibik sudah membuat bekal nya tadi." ucap Bibik. Bela tersenyum.
Setelah Beberapa lama akhirnya masakan Bela sudah tertata rapi di atas meja.
"Wahh kamu masak banyak hari ini, apa Tuan Dimas memiliki tamu?" tanya pelayan lain.
Bela menggeleng kan kepala nya. "Ini semua untuk pak Dimas. Karena pak Dimas bilang kalau almarhum ibu nya dulu sering sekali masak banyak untuk nya ketika sakit atau sesudah sakit."
"Seperti nya Tuan Dimas sudah mulai mau berbicara dengan baik kepada kamu."
"Ya begitulah. Tetap saja pak Dimas selalu membenci ku dan memarahi ku." ucap Bela.
"Yang sabar yah, bukan hanya kamu saja yang di perlakukan seperti itu." ucap Bibik.
Bela menghela nafas panjang. Dia ingin membantah Bibik kalau benar hanya dia saja yang di perlakukan seperti itu, karena dengan yang lain Dimas sangat jarang berinteraksi.
Setelah masakan selesai Bela mencari Dimas. Namun ternyata Dimas keluar bersama Serli.
Setengah jam menunggu akhirnya Dimas pulang bersama Serli.
"Bapak dari mana? Kenapa pagi-pagi bapak sudah keluar dengan pakaian seperti ini?" tanya Bela karena masih menggunakan piyama.
"Kami mencari sarapan di luar Bela, mungkin Pak Dimas bosan makan di rumah. Kamu tenang saja pak Dimas tidak makan yang aneh-aneh kok." ucap Serli.
"Makan di luar?" tanya Bela. Serli mengangguk. Bela melihat ke arah Dimas dengan tatapan bingung, kecewa.
Setelah berbicara dengan Bela, Serli berpamitan untuk berangkat ke kantor lagi. Hari ini Dimas belum bisa ke kantor karena keadaan nya belum cukup baik.
Tidak ada satu pun yang tau kalau Dimas sedang sakit karena musuh nya atau saingan Dimas bisa saja menyerang mereka tiba-tiba.
"Terimakasih mbak sudah menjaga pak Dimas." ucap Bela, Serli mengangguk.
"Saya mau istirahat." ucap Dimas.
"Kenapa bapak makan di luar? Saya sudah masak banyak seperti yang saya janjikan." ucap Bela. Dimas berbalik dia menatap Bela yang terlihat sedih.
"Saya tidak janji kan mau makan masakan kamu, jadi jangan berharap makanan yang kamu masak saya makan." ucap Dimas dan langsung pergi meninggalkan Bela.
Bela menghela nafas panjang. Dia kembali ke meja makan melihat makanan yang tersaji di meja.
"Kok kamu sedih?" tanya Bibik. Semua nya kumpul ketika sadar Bela seperti sedih.
"Aku tidak sedih, aku ingin memberikan ini semua kita makan sama-sama." ucap Bela.
"Kamu yakin? Bukan nya ini untuk pak Dimas?" tanya mereka.
"Pak Dimas sudah makan di luar, Pak Dimas bilang kalau dia tidak ingin makan yang aku masak."
"Tuan Dimas pasti sangat menyesal menyia-nyiakan masakan kamu seperti ini, kami akan membantu menghabiskan ini karena dari bau nya saja sangat wangi." ucap mereka.
Berusaha menghibur Bela agar tidak sedih.
Bela duduk sendirian di belakang sambil memegang obat di tangan nya.
"Hayo kamu lagi memikirkan apa?" ternyata Fahri sudah pulang.
Bela kaget melihat Fahri.
"Loh kamu kok sudah pulang?" tanya Bela.. Fahri tersenyum.
"Ini sudah jam lima sore wajar lah, lagian di kantor tidak terlalu banyak pekerjaan." ucap Fahri.
Bela tersenyum. "Ini sudah sore kenapa kamu masih di luar? Kenapa tidak mandi?" tanya Fahri.
"Humm aku baru saja duduk di sini." ucap Bela.
"Apa aku boleh ikut duduk?" tanya Fahri. Bela mengangguk.
"Bagaimana keadaan tuan Dimas?" tanya Fahri.
"Sudah membaik." ucap Bela. "Wajah kamu kenapa sangat Sedih sih? Kamu kecapean yah?" tanya Fahri.
Bela mengangguk. Fahri langsung memijit-mijit punggung Bela.
"Apa yang kamu lakukan Fahri? Jangan." ucap Bela.
"Tidak apa-apa, kamu pasti lelah berbenah di rumah setiap hari. Aku akan memijit punggung kamu." ucap Fahri.
Bela tidak bisa menolak karena pijitan Fahri cukup enak.
Dimas sedang merokok di balkon dia melihat pemandangan dari sana namun tidak sengaja mendengar percakapan Bela dan Fahri yang sangat akrab dan melihat Fahri yang sangat perhatian kepada Bela.
Untuk pertama kalinya juga Dimas melihat Bela tersenyum bahagia tidak canggung dan wajah nya begitu cerah.
"Sejak kapan mereka mulai dekat?" ucap Dimas.
"Bela! Kamu di cariin sama Tuan Dimas." ucap pelayan lain. Bela dengan cepat langsung pergi masuk ke dalam dan menemui Dimas.
Fahri melihat itu hanya bisa diam.
"Apa yang kamu lakukan? Kenapa begitu lama?" tanya Dimas.
"Maaf pak." ucap Bela.
"Saya tidak butuh permintaan maaf kamu, sekarang saya mau mandi siap kan Mandian saya." ucap Dimas.
"Bapak belum boleh mandi pak."
"Badan saya sudah sangat gerah dan lengket."
"Saya akan membantu membersihkan badan bapak dengan kain." ucap Bela.
Dimas menggeleng kan kepala nya.
"Kalau bapak mandi, Bapak akan demam lagi." ucap Bela.
Dimas menghela nafas panjang, dia juga tidak ingin sakit terlalu lama karena pekerjaan nya banyak yang tertunda dan dia tidak bisa ngapa-ngapain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 299 Episodes
Comments