Bela cukup terkejut, yang lain juga terkejut apa lagi Fahri.
"Kaki saya cukup nyaman kalau seperti ini." ucap Dimas. Bela tidak mengatakan apapun, sepanjang makan Bela diam saja membiarkan kaki Dimas di punggung nya Tampa berani bergerak sedikit pun.
Di bawah dia menangis.
"Mah, Pah kenapa aku harus lahir di dunia yang begitu Kejam seperti ini? kesalahan apa yang dulu kalian lakukan sehingga aku yang menerima semua nya?" ucap Bela dalam hati.
Tidak beberapa lama akhirnya selesai. Dimas pergi ke depan.. Fahri langsung membantu Bela berdiri..Dan tidak sengaja juga Dimas melihat Fahri memperlakukan Bela.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Fahri. Bela segera menghapus air mata nya dan langsung berdiri dan tersenyum kepada Fahri.
"Aku tidak apa-apa. Kamu pergi lah istirahat." ucap Bela.
"Bagian dengan kamu? aku akan membantu mengoleskan obat ke lutut atau tangan kamu." ucap Fahri.
"Aku tidak apa-apa, aku bahkan tidak kesakitan." ucap Bela. Dia langsung bersih-bersih.
"Jangan ada satu pun yang membantu nya!" ucap Dimas dari depan. karena semua pelayan mau membantu menyimpan makanan dari meja.
Semua nya langsung diam dan membiarkan Bela bekerja sendirian.
"Permisi Pak." tiba-tiba saja Sekertaris nya datang.
"Ada apa?" tanya Dimas.
Mereka berbicara cukup serius di ruang tamu. Membicarakan sesuatu yang sangat penting sehingga wajah Dimas terlihat sangat menakutkan.
Di malam hari... Dimas masuk ke dalam kamar, dia menoleh ke arah sofa tempat Bela biasa nya tidur.
"Kemana dia?" tanya Dimas karena tidak melihat Bela di sana.
Namun Dimas tidak mencari nya dia langsung mengunci pintu dan pergi ke tempat tidur.
Bela baru saja selesai bersih-bersih di lantai bawah dia mau masuk ke kamar namun pintu sudah terkunci. Dia mencoba mengetuk sekali namun tidak di respon.
"Mungkin pak Dimas sudah tidur, sudah lah sebaiknya aku tidak perlu mengganggu nya." ucap Bela akhirnya dia memilih untuk tidur di depan pintu.
Tidak memakai alas apapun karena sudah sangat lelah dia bisa tidur cukup nyenyak di sana.
Di pagi hari Dimas mau keluar dari kamar. Dia kaget melihat Bela tidur di depan pintu bersandar dan langsung jatuh ketika dia membuka nya.
Bela menjerit kesakitan. melihat Dimas dia langsung bangun.
"Saya minta maaf pak,." ucap nya menunduk kan kepala nya.
Dimas tidak mengatakan apapun dia langsung pergi begitu saja. Bela melihat pakaian Dimas sudah rapi, bersih.
"Selamat pagi Tuan, apa Tuan tidak sarapan dulu?" tanya Bibik namun tidak ada yang di respon oleh Dimas. dia seperti terburu-buru.
"Selamat pagi Pak." ucap Serli sekertaris nya.
"Pagi!" jawab Dimas dengan nada yang sangat dingin.
"Huff aku sangat benci situasi seperti ini." ucap Serli karena melihat wajah Dimas yang sangat tajam, dan juga tegas. Yang membuat siapapun melihat nya pasti akan takut.
"Cepat segera Bawa saya ke tempat yang mereka tuju." ucap Dimas.
"Pak kita tidak bisa terburu-buru. Ini belum pasti kalau itu benar-benar Pak Hardi." ucap Serli.
"Saya tidak mau tau! kita harus sampai terlebih dahulu di sana." ucap Dimas.
"Kalau tau seperti ini sebaiknya aku tidak perlu melaporkan kepada Pak Dimas." ucap Serli.
Tidak beberapa lama akhirnya mereka sampai setelah empat jam perjalanan.
"Di mana mereka? Di mana mereka?" tanya Dimas sambil menerobos masuk ke dalam hotel namun tidak ada tanda-tanda mereka di sana.
Tiba-tiba Saja serli dapat pesan dari anak buah nya kalau mereka salah mengira.. Ternyata mereka adalah orang lain yang kebetulan dari asal yang sama.
Serli memberi tau kepada Dimas semua anggota nya di marahin habis-habisan oleh Dimas termasuk Serli.
Serli sudah terbiasa dia hanya diam saja mendengar kan ocehan bos nya itu.
"Percuma saja aku membeli wanita itu mahal-mahal! aku sudah sangat menunggu kedatangan nya ke sini menjemput anak perempuan nya, namun semua nya sia-sia." ucap Dimas.
"Pak apa Bapak yakin kalau dia tau kalau anak nya ada sama Bapak?" tanya Serli.
"Orang seperti dia tidak mungkin tidak memantau anak nya sendiri, aku tidak akan pernah menyerah. Aku akan membuat dia menyerahkan diri sendiri." ucap Dimas.
Serli mendengar itu saja sudah ngeri.
"Lalu setelah bapak menemukan pak Hardi apa yang akan Bapak lakukan selanjutnya?" tanya Serli.
"Kamu ingin tau apa yang akan saya lakukan?" tanya Fahri. Serli langsung menggeleng kan kepala nya.
"Tidak perlu di kasih tau pak, aku tidak ingin mendengar nya." ucap Serli.
"Ini sudah jam berapa?" tanya Dimas. Serli melihat jam ternyata sudah jam satu siang.
"Ada apa pak?" tanya Serli karena Dimas memegang Perutnya.
"Perut saya sangat sakit sekali." ucap Dimas.
"Apa Bapak mau ke kamar mandi? Atau kita ke rumah sakit saja?" tanya Serli.
"Saya belum makan dari pagi. sebaiknya kita mencari makan terlebih dahulu." ucap Dimas.
"Huff setelah marah-marah sekarang malah kesakitan seperti mau mati." batin Serli.
"Coba saja kalau bukan karena butuh uang, aku tidak ingin bekerja dengan nya lagi." batin Serli.
Mereka sampai di restoran. Memesan makanan yang banyak namun ternyata makanan itu tidak habis karena Dimas hanya makan sedikit.
Selesai dari sana mereka langsung ke perusahaan.
"Serli ada apa dengan Pak Bos?" tanya Salah satu teman Serli.
"Gak tau tuh, tiba-tiba saja perut pak Dimas sakit. Sudah di bawa ke dokter jadi sudah membaik.. Mungkin sekarang mood nya kurang baik." ucap Serli.
"Oohh begitu. Apa kamu sudah makan siang?"
"Udah kok. Kamu sendiri? jangan bilang kalau kamu menunggu ku." ucap Serli.
Vino tersenyum. "kamu tau sendiri aku selalu menunggu kamu kalau makan siang." ucap Vino.
"Ya sudah kalau begitu ayo aku temanin, Lagian aku tidak Kenyang makan bareng sama Pak Bos." ucap Serli.
Fahri di ruangan nya berusaha untuk fokus, namun notifikasi masuk ke handphone nya. Dia terdiam sejenak memikirkan Bela.
"Aku tidak boleh gegabah, aku tidak ingin membuat reputasi ku hancur begitu saja. Aku tidak boleh mempublik bawa perempuan itu aku jerat di rumah." ucap Dimas.
"Huff seperti nya aku harus memikirkan strategi baru untuk meminta dia memunculkan diri nya." ucap Dimas.
"Aku tidak tau apa yang membuat dia bisa bersembunyi seperti ini, aku sudah mencari nya bertahun lamanya namun sampai sekarang tidak pernah ketemu sama sekali." batin Dimas.
"Sssst ah.." tiba-tiba saja perut nya sakit.
Dia meminum obat.
"Kenapa harus kambuh sekarang sih!" ucap nya dengan kesel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 299 Episodes
Comments