Dia langsung duduk kaget melihat Dimas.
"Maaf Tuan, saya ketiduran." ucap Bela.
"Saya tidak membangun kan kamu, Kenapa kamu bangun? istirahat lah." ucap Dimas.
Bela sedikit canggung namun dia masih sangat mengantuk dan akhirnya melanjutkan tidur nya.
Dimas melihat tingkah Bela membuat nya tersenyum tipis.
Di sore hari nya Bela baru saja bangun. Dia kaget kenapa dia begitu lama tertidur sehingga tidak sadar sudah jam tiga Sore.
Saat bangun dan turun dari tempat tidur kepala nya pusing namun berusaha untuk bangun agar Dimas tidak marah.
"Kamu sudah bangun?" tanya Bibik.
"Kenapa Bibik tidak membangun kan aku? Bagaimana kalau pak Dimas marah?" ucap Bela.
"Kelihatan nya kamu sangat nyenyak tidur. Bibik tidak tega membangunkan kamu." ucap Bibik.
"Habis lah aku." ucap Bela sangat ketakutan.
"Tidak apa-apa Bela, kamu jangan panik makan dulu gih setelah itu kamu di suruh membersihkan kamar tuan Dimas." ucap Bibik.
"Loh Pak Dimas kemana? Apa dia tau aku tidur seharian?" tanya Bela.
"Tuan Dimas ada di ruangan kerja nya." ucap Bibik. Bela menghela nafas panjang.
"Pak Dimas sangat keras kepala, kenapa dia sangat sulit mengerti kalau kesehatan itu sangat mahal." ucap Bela.
"Ada apa ini? kenapa baru bangun kamu sudah mengomel?" tanya Dimas datang ke dapur membuat Bela kaget dan langsung menunduk kan kepala nya.
"Maaf kan kami Tuan." ucap Bibik.
"Apa yang kalian lakukan di sini? Saya memiliki tamu kenapa tidak membuat kan kopi." ucap Dimas.
"Baik pak, saya akan membuat nya." ucap Bela langsung melakukan nya.
Tidak beberapa lama dia kembali membawa ke ruangan Dimas.
Ternyata tamu Dimas adalah klien nya.
Saat meletakkan Minuman Dimas melihat satu berbeda.
"Ini untuk bapak. Bapak belum bisa minum kopi, jadi Susu hangat ini untuk Bapak." ucap Bela.
Semua orang melihat ke arah Bela.
"Terimakasih, kamu boleh keluar." ucap Dimas. Bela mengangguk.
"Kami baru melihat gadis muda itu di sini, apa kamu tidak takut kalau orang lain tau kamu memperkejakan anak kecil?" tanya klien yang cukup dekat dengan Dimas.
"Dia sudah umur 19 tahun, badan dan wajah nya saja yang terlihat masih muda." jawab Dimas.
"Dia sangat cantik." ucap klien perempuan.
"Baru kali ini kami melihat kamu memperkerjakan wanita muda." ucap mereka lagi membuat Dimas bingung harus menjawab nya bagaimana.
"Oh iya wajah gadis itu seperti mirip seseorang, aku lupa namun sangat tidak asing." ucap mereka.
"Sudah lah mungkin hanya kebetulan, dia di sini tidak bekerja. Dia adalah anak dari pelayan." ucap Dimas.
"Huff kami sudah tau siapa saja pelayan di sini." ucap mereka. Dimas mencoba mengalihkan pembicaraan.
Setelah usai makan malam. Dimas duduk di depan rumah. Bela menyusul nya.
"Kenapa Bapak di luar? Bapak harus istirahat. Di sini juga udara sangat dingin bisa membuat bapak masuk angin." ucap Bela.
Dimas menoleh ke arah Bela. Dia menarik kursi meminta Bela duduk di sana.
"Saya menunggu Fahri." ucap Bela.
"Tapi Bapak harus masuk dan minum obat, setelah itu Bapak juga harus istirahat agar cepat sembuh." ucap Bela.
"Saya bosan hanya di kamar Saja. Kamu jangan memaksa saya!" ucap Dimas.
"Iyah pak hanya saja..."
"Saya ingin di sini. Sangat nyaman dan di Sini juga cukup adem." ucap Dimas.
Bela tidak bisa memaksa Dimas masuk.
Tidak beberapa lama akhirnya Fahri pulang.
"Tuan kenapa belum tidur?" tanya Fahri.
"Saya menunggu kamu, bagaimana hari ini?" tanya Dimas.
Fahri tersenyum. "Baik Tuan." Dimas tersenyum.
"Kalau begitu kamu langsung istirahat saja." ucap Dimas. Fahri mengangguk.
"Kelihatan nya pak Dimas sangat mengkhawatirkan Dimas." batin Bela.
Akhirnya Dimas masuk ke kamar, sebelum tidur dia minum obat terlebih dahulu.
Bela membenarkan Selimut Dimas.
Dimas melihat Bela juga tidur di sofa.
"Bela." ucap Dimas. Bela menoleh ke arah Dimas.
"Iyah pak, apa ada yang bapak butuhkan?" tanya Bela.
"Saya tidak mengantuk." ucap Dimas. Bela duduk dia melihat Dimas.
"Bapak merasa sakit lagi?" tanya Bela mendekati Dimas. Dimas menggeleng kan kepala nya.
"Baca kan saya cerita." ucap Dimas.
"Cerita apa pak? Saya tidak bisa membaca cerita." ucap Bela.
Dimas menunjuk ke arah tak buku. Bela melihat semua buku yang setiap malam di baca oleh Dimas.
Bahkan sudah berkali-kali di baca oleh Dimas.
Namun Bela harus mengikuti kemauan Dimas.
Dimas mengambil posisi menunggu Bela membaca cerita.
Namun selama membaca Bela malah mendengar kan kisah nya dari Dimas. Dimas sudah sangat hapal itu sebabnya dia melanjutkan cerita Tampa membaca buku membuat bela letih.
Sudah habis dua buku namun Dimas tak kunjung tidur.
"Pak ini sudah jam sebelas malam, Bapak harus tidur." ucap Bela.
"Saya tidak suka sakit. Kalau saya sakit pasti sangat sulit untuk tidur." ucap Dimas.
"Itu sebabnya sakit bapak tidak sembuh sampai sekarang." ucap Bela.
Dimas menggeleng kan kepala nya. "Bapak harus tidur. Kalau Bapak tidur cepat Besok pagi saya akan memasak dimsum." ucap Bela.
"Dimsum?" tanya Dimas..Bela mengangguk.
"Siapa yang memberi tau kepada mu makanan kesukaan saya?"
"Bibik. Namun sayang nya bapak tidak mau makan dimsum karena rasa nya tidak sama seperti yang di masak oleh almarhum orang tua Bapak." ucap Bela.
Dimas mengangguk. "Saya sudah mencicipi semua dimsum di berbagai kota dan bahkan di luar negeri namun tetap saja tidak ada yang sama seperti masakan orang tua saya." ucap Dimas.
"Bapak ingin rasa dimsum seperti apa? Saya akan membuat nya." ucap Bela.
"Tidak perlu repot-repot, saya tidak akan memakan nya." ucap Dimas.
Bela menghela nafas panjang. "Selain dimsum apa saja yang ingin bapak makan di saat sakit seperti ini?" tanya Bela.
"Dulu mamah saya selalu memasak makanan yang banyak. Semua nya terasa sangat enak." ucap Dimas.
"Humm bagaimana kalau besok saya akan melakukan hal yang sama dan memasak yang banyak untuk bapak?" ucap Bela.
Dimas tidak menjawab nya dia melihat Bela yang masih duduk di samping nya.
"Kalau begitu bapak istirahat saja, sampai jumpa besok. Selamat malam." ucap Bela mematikan lampu dan kembali ke sofa.
Dimas menghela nafas panjang sambil melihat Bela.
"Kenapa dia begitu baik? Dia juga sangat ceria sekali walaupun kehidupan nya begitu sulit." ucap Dimas dalam hati.
"Aku memikirkan apa?! Mau bagaimana pun dia adalah anak dari pembunuh orang tua ku, mau bagaimana pun aku tidak akan pernah mengampuni mereka." ucap Dimas.
Namun lagi-lagi dia teringat kata-kata Bela yang akan memasak banyak Besok. Dia langsung cepat tidur tidak sabar menunggu besok.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 299 Episodes
Comments