Bela tersenyum dia minum dan melihat lomba lari di depan. Dia sangat salut kepada Fahri yang bisa mendahului Dimas.
Namun Dimas dengan sekuat tenaga melewati Fahri. Dia sangat cepat tidak beberapa jauh dari finis tiba-tiba saja kaki nya keseleo karena tali sepatu nya yang terlepas.
Semua orang panik melihat dia terbaring di Rumput.
Bela dan Serli langsung membantu nya.
"Pak! Bapak tidak apa-apa? Nih minum dulu." ucap Bela memberikan minum.
Serli dan Fahri hanya melihat saja bingung harus melakukan apa karena sudah ikut panik.
Sementara Bela berusaha untuk membantu Dimas agar tidak kesakitan.
Dimas menjerit sampai tidak sengaja berbuat kasar kepada Bela yang terkadang menekan kaki nya cukup kuat.
Sudah keluar dari apotik. Kaki Dimas untuk sementara waktu di balut dulu karena tidak bisa berjalan.
"Sebaiknya kita minta supir menjemput kita." ucap Fahri. "Kenapa tidak dari tadi?" tanya Dimas dengan kesal.
Tidak beberapa lama akhirnya datang juga, Bela memapah badan Dimas ke dalam Mobil.
Sesampainya di rumah, semua orang terlihat sangat panik dengan Dimas.
Mereka hanya terlihat khawatir namun tidak ada yang datang membantu Bela memapah nya ke kamar.
"Kenapa kamu sangat lambat berjalan? sudah sudah kesakitan ini!" ucap Dimas.
"Oh iya pak, saya minta maaf." ucap Bela langsung membantu Dimas langsung ke kamar.
Sampai di tempat tidur Dimas menghela nafas panjang.
"Seharusnya Bapak harus hati-hati. Ini semua karena perlombaan konyol Bapak!" ucap Bela.
"Ini semua salah mu! kenapa kamu malah menyalahkan saya?" ucap Dimas dengan kesal.
"Bagaimana bisa salah saya Pak? sudah jelas-jelas bapak jatuh sendiri karena terlalu cepat berlari di lapangan." ucap Bela.
"Itu semua karena kamu tidak mengikat tali seperti saya! seandainya kamu memerhatikan dan mengikatnya dengan benar tidak akan terjadi seperti ini..Kamu harus tanggung jawab sampai kaki saya sembuh." ucap Dimas.
"Maksud nya bertanggung jawab?" tanya Bela dengan polosnya.
"Saya tidak bisa kemana-mana sekarang, kamu harus menemani dan mengantarkan saya. Karena saya tidak bisa melakukan apapun." ucap Dimas.
"Tapi kan ini kesalahan bapak sendiri. Ini bukan kesalahan saya."
"Kamu berani menyalah kan saya? Kamu pikir kamu siapa? Tugas kamu di sini untuk melayani saya, semua hidup mu sudah milik saya!" ucap Dimas.
"Tapi pak."
"Tidak ada tapi-tapian! sekarang saya mau Mandi." ucap Dimas.
"Sebaik nya bapak jangan bekerja dulu.. Sebentar lagi Tukang pijit Akan datang."
"Tidak akan ada yang datang ke rumah ini apa lagi tukang pijit." ucap Dimas.
Tidak ada pilihan lain Akhirnya Bela memapah ke kamar mandi.
"Mau kemana kamu?" tanya Dimas.
"Saya keluar pak, agar bapak lebih nyaman." ucap Bela.
"Kata siapa kak boleh keluar? Mandikan saya!" ucap Dimas. "Apa?!" bela kaget.
"Jangan buat saya melakukan hal buruk atau marah di saat seperti ini." ucap Dimas dengan nada penekanan.
"Tapi saya tidak bisa pak?"
"Kenapa? Kamu malu?" tanya Dimas.
Bela diam. "Seharusnya kamu sudah melihat semua nya sebelum nya, namun kamu sok jual mahal." ucap Dimas.
Bela terdiam. "Kalau tidak mengingat kamu anak yang masih muda. Mungkin sekarang .."
"Baik pak saya akan memandikan bapak." ucap Bela langsung karena tidak ingin mendengar kan ocehan Dimas.
Dimas menghela nafas panjang.
Dimas membuka baju nya dia memperlihatkan sengaja di depan Bela.
Bela sangat gugup namun berusaha untuk tetap biasa agar semua nya cepat selesai.
Setelah selesai Bela mengoleskan obat, memberikan Dimas obat, memijit kaki Dimas sambil bekerja dan juga sampai tidur.
Karena sangat mengantuk dia malah ketiduran di lantai sementara Dimas masih fokus bekerja dengan lap? nya.
"Heh!" ucap Dimas membuat Bela terkejut.
"Mamah, Papah.." ucap Bela kaget dan langsung bangun. Mendengar itu entah mengapa Dimas seketika langsung tertawa.
"Maaf pak saya ketiduran," ucap bela melanjutkan pijitan nya.
Dimas melihat Bela yang terlihat sangat lelah dan mengantuk.
"Lepaskan kaki saya! Saya mau istirahat." ucap Dimas.
Bela mengangguk. Membenarkan tempat tidur. Dimas pun tidur.
Bela tidur di sofa. Sudah beberapa hari ini dia di suruh tidur di sofa kecil oleh Dimas.
Keesokan harinya...
"Selamat pagi Fahri." sapa Dimas yang baru saja turun di bantu oleh Bela.
Fahri menoleh ke arah Dimas.
"Pagi Tuan, Bagaimana keadaan Tuan? apa masih sakit? saya minta maaf seharusnya saya tidak melakukan itu." ucap Fahri.
"Melakukan apa? Ini salah saya. Kamu mau berangkat kuliah?" tanya Dimas.
"Ya Allah Pak Dimas berbicara dengan Fahri sangat lembut sekali. Hanya kepada Fahri pak Dimas berbicara dengan baik." batin Bela.
"Iyah Tuan."
"Sudah lama saya tidak mengantarkan kamu. Bagaimana kalau saya mengantar kan kamu?" tanya Dimas.
Fahri langsung menggeleng kan kepala nya.
"Tidak apa-apa Tuan, saya bisa sendiri kok, lagian Tuan harus banyak istirahat dan cepat pulih." ucap Fahri.
Mereka sarapan bersama sambil berbincang-bincang.
"Bik kenapa yah Pak Dimas terlihat sangat menyayangi Fahri?" tanya Bela.
"Itu sudah lama, Fahri sudah seperti adik tuan karena dari kecil bersama tuan Dimas." ucap Bibik.
"Oohh gitu yah Bik."
"Sebenarnya Adik Tuan Dimas yang sesuai Fahri meninggal dunia waktu masih duduk di Bangku SMP. Tuan sangat menyayangi nya namun sayang nya dia harus meninggalkan keluarga nya untuk Selamanya." ucap Bibik.
"Jadi tuan Dimas sudah menganggap Fahri seperti adik sendiri karena adik nya yang meninggal?"
"Lebih tepatnya seperti itu Non." ucap Bibik.
"Lalu bagaimana dengan tentang perempuan pak Dimas? apa dia tidak memiliki pacar?" tanya Bela.
"Kalau itu saya tidak bisa menjelaskan nya, nanti kamu akan tau sendiri sedikit demi sedikit."
"Bela! Bela!" panggil Dimas dengan sangat kuat.
Bela langsung berlari ke depan.
"Apa yang kamu lakukan di dapur?" tanya Dimas marah.
"Saya minta maaf Pak, ada yang bisa saya bantu?"
"Lihat sendok saya jatuh.."
Bela melihat banyak orang Di sana yang bisa membantu Dimas. Namun dia memilih diam saja.
Namun tiba-tiba Dimas membuat kaki nya di atas punggung Bela.
Bela cukup terkejut, yang lain juga terkejut apa lagi Fahri.
"Kaki saya cukup nyaman kalau seperti ini." ucap Dimas. Bela tidak mengatakan apapun, sepanjang makan Bela diam saja membiarkan kaki Dimas di punggung nya Tampa berani bergerak sedikit pun.
Di bawah dia menangis.
"Mah, Pah kenapa aku harus lahir di dunia yang begitu Kejam seperti ini? kesalahan apa yang dulu kalian lakukan sehingga aku yang menerima semua nya?" ucap Bela dalam hati.
Tidak beberapa lama akhirnya selesai. Dimas pergi ke depan.. Fahri langsung membantu Bela berdiri..Dan tidak sengaja juga Dimas melihat Fahri memperlakukan Bela.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 299 Episodes
Comments
Fitrani Ai
Thor lanjut
2023-05-08
3