Bela melihat Dimas masih memakai sepatu dan baju kerja nya.
Bela seperti biasa akan membersihkan tubuh Dimas.
Dimas sadar kalau bela membersihkan tubuh nya..Dia tetap saja berpura-pura tidur sampai pada akhirnya dia benar-benar tertidur pulas.
Bela melihat wajah Dimas.
"Dulu Ibu Panti asuhan bilang kalau Papah ku sangat lah Tampan, dia memiliki tubuh tinggi, kulit putih, mancung dan memiliki brewok. Persis sekali seperti pak Dimas." batin Bela.
Dia memerhatikan wajah Dimas yang tidur begitu nyenyak.
Beberapa Jam kemudian Dimas bangun karena mau ke kamar mandi. Dia mau turun dari tempat tidur namun kaget melihat Bela ketiduran di samping tempat tidur..
Untung saja Dimas tidak mengijinkan kaki nya.
"Kenapa dia tidur di sini?" ucap Dimas.
Dimas kebelet ke kamar mandi akhirnya dia berlari ke kamar mandi dan tidak beberapa lama kembali dia melihat Bela masih di sana.
"Benar kata Serli kalau dia semakin kurus tinggal di sini. Aku rasa makanan di rumah ini cukup banyak kenapa dia sangat kurus?" batin Dimas.
"Huff melihat nya saja aku tidak berselera, apalagi mau meniduri nya." ucap Dimas dalam hati.
Dia mendekati Bela. "Tapi tidak bisa di pungkiri dia sangat mirip sama mamah waktu muda dulu, cerewet, perhatian dan wajah nya."
"Aku tidak tau apa yang membuat nya begitu mirip kepada Mamah, aku juga berfikir pasti ada sesuatu dulu yang terjadi." ucap Dimas.
"Bapak sudah bangun?" tiba-tiba Bela bangun dan melihat Dimas duduk di pinggir kasur. "Kenapa kamu tidur di lantai? kamu membuat saya tidak nyaman." ucap Dimas.
"Ma-maaf Pak, saya minta maaf." ucap Bela langsung berdiri. Wajah yang masih ngantuk dia memberikan satu gelas minuman kepada Dimas.
"Apa ini?"
"Ini adalah jamu untuk sakit perut pak, dulu saya sering minum jamu ini dan sekarang Alhamdulillah perut saya tidak sakit." ucap Bela.
"Dari mana kamu mendapatkan ini? di sekitar rumah saya tidak pernah menjual seperti ini."
"Ini saya yang buat pak, mudah kok buat nya tapi efek nya sangat bagus untuk perut." ucap Bela.
Dimas menggeleng kan kepala nya. "Melihat nya saja saya sudah tidak berselera." ucap Dimas.
"Saya yakin setelah minum ini perut Bapak tidak akan sakit lagi." ucap Bela.
"Kamu bisa menjamin nya? Bagaimana kalau saya mati setelah minum ini?"
Bela menghela nafas dia mencicipi nya sedikit.
"Nih buktinya kalau ini aman pak." ucap Bela.
"Huff sebaiknya aku minum saja dari pada aku sakit seperti ini." ucap Dimas dia mencoba meminum nya namun langsung mau muntah karena sangat pahit sekali.
"Apa yang kamu buat? Ini obat apa sangat pahit?"
"Justru karena pahit dia menjadi obat pak, ayo minum saja setelah itu bapak bisa makan gula kalau pahit." ucap Bela.
"Saya bukan anak kecil yang bisa kamu rayu."
"Humm justru anak kecil tidak sesulit ini untuk minum obat."
Karena tidak terima dia di bandingkan dia langsung minum sampai habis.
Dia mau mengambil gula namun Bela malah memberikan air putih.
"Minum ini dulu pak." Dimas minum sampai habis dia langsung membaringkan tubuh nya di kasur.
"Ini semua karena Pria sialan itu! dia sangat pandai menjebak orang-orang ku." ucap nya.
"Seharusnya aku makan dulu sebelum ke lokasi." ucap Dimas.
"Jadi Bapak telat makan tadi pagi karena pekerjaan?" tanya Bela. Dimas langsung duduk dia menatap Bela dengan sangat tajam.
"Ini semua karena kamu! Karena kamu!" ucap Dimas membuat Bela takut tiba-tiba.
"Saya melakukan kesalahan apa pak?"
"Jangan banyak tanya, sekarang siap kan air mandi saya!" ucap Dimas. Bela langsung menginyakan.
Dimas mengacak-acak rambut nya.
"Sial! Kenapa semua nya tidak sesuai yang aku inginkan?" ucap nya.
Dia mengingat wajah Bela yang ketakutan ketika dia marah.
"Dulu aku yang ketakutan karena melihat Mamah sama Papah meninggal di bunuh orang tua mu Bela!" batin Dimas.
"Pak air mandi nya sudah Siap." ucap Bela. Dimas tidak mengatakan apapun dia langsung masuk ke kamar mandi.
"Seperti nya pak Dimas akan sakit, sebaiknya bapak jangan mandi dulu, lagian ini sudah larut malam." ucap Bela.
"Saya mau mandi, badan saya sudah sangat gerah." ucap Dimas.
"Tapi kalau bapak mandi, bapak akan demam."
Dimas tidak mengatakan apapun dia langsung saja masuk ke dalam kamar mandi.
"ternyata dia jauh lebih keras kepala dari pada aku!" ucap Bela.
"Bela.." panggil Fahri dari luar. Bela langsung keluar dan melihat Fahri di depan pintu.
"Ada apa?" tanya Bela.
"Bibik bilang kalau kamu belum makan malam, nih aku bawain makan malam." ucap Fahri.
"Terimakasih Fahri, tapi aku bisa turun ke bawah, Nanti kalau pak Dimas tau kamu bawain aku makanan dia pasti akan sangat marah." ucap Bela.
"Kamu tidak boleh Makan telat." ucap Fahri.
"Iyah aku akan makan nanti, sekarang pak Dimas sedang mandi, aku harus ada di dalam." ucap Bela.
Bela kembali ke dalam namun ternyata Dimas juga baru keluar dari kamar mandi dia melihat ke arah Bela yang baru masuk.
Dimas tidak mengatakan apapun sementara Bela sudah takut kena marah.
"Mana baju saya? Kenapa kamu malah berdiri di sana?" tanya Dimas..Bela mengambil nya dan memberikan nya.
Dimas akhirnya kembali tidur dia juga langsung keluar untuk makan karena perut nya sudah sangat sakit.
Dia pikir semua orang sudah tidur namun ternyata Fahri masih menunggu dia di meja makan. Mereka makan bersama.
"Kamu ngapain di sini?" tanya Bela melihat Fahri duduk di teras belakang sambil main gitar.
Fahri menepuk tempat duduk di samping nya.
"Sini duduk sebentar, kamu harus istirahat, tenangin diri dulu." ucap Fahri.
Bela tersenyum dia duduk di samping Fahri.
"Kamu mau aku nyanyikan lagu?" tanya Fahri.
Bela menggeleng kan kepala nya.
"Jangan sekarang. Kamu tau teras ini di bawah kamar pak Dimas, kalau dia mendengar suara gitar dia pasti bangun." ucap Bela.
"Oohh, ya udah deh lain kali saja." ucap Fahri. Bela tersenyum.
"Hum ngomong-ngomong kamu kok bisa sih masih sangat ceria padahal kamu sangat menderita." ucap Fahri.
Bela diam tidak menjawab.
"Maaf, seharusnya aku tidak menanyakan itu. Aku hanya salut kepada kamu karena tidak pernah mengeluh, tidak pernah menunjukkan kesedihan mu kepada orang lain." ucap Fahri.
"Aku dari kecil sudah terbiasa memendam semua nya sendiri. Ini jauh lebih baik." ucap Bela.
"Aku yakin kamu pasti butuh seseorang yang bisa membantu dan mendengarkan kamu Bela." batin Fahri menatap wajah Bela.
"Berhenti menatap ku seperti itu. Aku sangat tidak suka orang menatap ku dengan rasa kasihan." ucap Bela.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 299 Episodes
Comments