Bab 20 : Gulungan

Saat Ardian Prasetya melihat Kakek Prasetya, dia tidak bisa untuk tidak merasa marah. "Dasar Kakek Tua, apakah Kakek mencoba untuk menendang cucumu sampai mati? Kakek pikir aku Manusia Super, apa? Bagaimana Kakek bisa begitu tega membuatku jatuh bebas dari ketinggian seperti itu?" Semua tulang Ardian Prasetya mulai sakit lagi ketika dia mengingat tentang jatuhnya.

"Dasar cucu tidak berbakti, beginikah caramu bicara pada Kakekmu? Memangnya kenapa kalau kamu jatuh ke jurang? Aku merawat tubuhmu dengan sangat baik, kamu tidak akan mati!" Kakek Prasetya balik marah padanya. Namun, di dalam, dia sungguh merasa sangat lega saat melihat Ardian Prasetya baik-baik saja.

Dia mungkin terlihat tenang dan tidak peduli, tetapi sebenarnya dia cukup mengkhawatirkan Ardian Prasetya. Bagaimanapun, dia adalah penerusnya setelah pencarian yang melelahkan, bahkan jika tubuh Ardian Prasetya sudah diperkuat dengan pemandian obat Tiongkok Kuno yang dia seduh, Ardian Prasetya tetaplah hanya bocah berumur delapan tahun.

Ardian Prasetya tidak bisa berkata-kata. Kakek Prasetya benar, jika bukan karena jatuh dari gunung, dia tidak akan tahu bahwa tubuhnya sudah sekuat ini.

Tidak ada keluhan lain yang bisa Ardian Prasetya muntahkan setelah kakeknya berkata seperti itu. Jadi, dia memgalihkan pembicaraan. Kakek Prasetya berpengetahuan luas. Jadi, Ardian Prasetya memberitahunya tentang apa yang dia temui sebelumnya.

"Kakek, saat aku bangun, aku berada di dalam gua aneh itu." Ardian Prasetya menunjuk ke gerbang batu gua di belakangnya.

Kakek Prasetya tertawa kecil, dia sudah tahu bahwa Ardian memasukinya. Bahkan dialah yang merencanakan ini. Meskipun begitu, dia merasa sangat senang ketika Ardian Prasetya memutuskan untuk secara pribadi berbagi pengalaman, meskipun dia sering melakukan hal buruk padanya. Dalam hal ini, tidak salah menjadikannya sebagai penerus. Itu juga membuat Kakek Prasetya merasa bahwa usahanya untuk membesarkan Ardian Prasetya tidak sia-sia, karena dia memperlakukannya seperti keluarga.

"Jadi." Ardian Prasetya tidak mengerti apa yang Kakek Prasetya coba katakan dengan ekspresi menjijikkannya. Jadi, dia mengira bahwa Kakek Prasetya tertarik dengan apa yang ia bawa keluar dan memutuskan untuk berbagi dengan Kakek Prasetya apa yang dia dapat di dalam gua itu. Akhirnya, dia menyerahkan kotak itu kepada kakek Prasetya dan berkata, "Aku mengambil kotak ini dari dalam sana."

"Simpan saja," kata Kakek Prasetya setelah dia melirik kotak itu. "Huh? Apakah kakek tidak ingin memeriksanya?" Ardian Prasetya sangat bingung. Bagaimana bisa orang yang sangat serakah ini bisa menjadi tidak penasaran dengan isi dari sebuah kotak harta.

"Benda itu tidak berguna untukku," jelas Kakek Prasetya sambil menggelengkan kepalanya.

Meskipun Ardian Prasetya memiliki banyak pertanyaan, Kakek Prasetya mengeluarkan ekspresi kesal yang menunjukkan bahwa dia tidak ingin diganggu atau lakukan saja sesukamu. Dengan itu Ardian Prasetya menjadi ragu untuk mengajukan pertanyaannya.

Setelah melewati jalur yang berat, Ardian Prasetya dan Kakek Prasetya akhirnya pulang dari lembah. Kakek Prasetya langsung pergi tidur begitu sampai di rumah. Itu membuat Ardian Prasetya, yang masih memegangi kotak itu sekali lagi tercengang. Si kikir itu kerasukan setan gunung? Bagaimana bisa orang pelit berubah?

Karena Kakeknya sangat apatis dengan kotak itu, Ardian Prasetya memutuskan untuk memeriksa isinya sendiri. Ardian Prasetya kemudian meletakkan kotak itu di atas meja, dan mulai memeriksanya.

Kotak antik itu mirip dengan kotak yang pernah digunakan di istana pada masa lalu untuk menampung titah atau pil obat. Satu-satunya pengecualian adalah kotak itu tidak dikunci. Jadi, Ardian Prasetya dapat dengan mudah membuka kotak itu setelah dia melepaskan penjepit kawat yang menahannya.

Mata Ardian Prasetya melebar, dan napasnya mulai berat karena kegembiraan. Akhirnya, kotak itu terbuka dan di dalamnya ada sebuah gulungan sutra. Ardian Prasetya mengambil gulungan itu, dan ada liontin giok di bagian bawah kotak. Ardian Prasetya melepas liontin dari kotak dan mulai memeriksanya di bawah cahaya.

Liontin itu terbuat dari batu giok berkualitas sangat baik. Diagram mirip totem diukir di liontin, selain itu, beberapa karakter yang tidak dikenali oleh Ardian Prasetya, juga diukir di atasnya. Berbeda dengan karakter pada gulungan yang ditulis dengan menggunakan sanskerta. Karakter liontin itu pasti dari jenis karakter skrip yang berbeda, entah kanji atau apa.

Ardian Prasetya sangat bingung. Karena karakter yang ditemukan di gua dan di gulungan ditulis dalam karakter yang sama, mengapa karakter di liontin itu berbeda? Apa yang istimewa dari itu?

Setelah itu Ardian Prasetya pergi untuk bertanya kepada Kakek tentang liontin itu, tetapi bahkan Kakek pun tidak tahu untuk apa liontin itu. Faktanya, Kakek sangat terkejut saat melihat liontin batu giok.

Nyatanya, ekspresi Kakeknya menunjukkan lebih banyak keterkejutan daripada ketika Ardian Prasetya keluar dari gua dengan membawa kotak itu.

Jadi, Ardian Prasetya hanya bisa berasumsi bahwa penggunaan liontin adalah untuk membantunya dalam pelatihan pernapasan dan karena itu dia selalu membawanya sebagai jimat keberuntungan.

Dengan hati-hati, Ardian Prasetya membuka gulungan itu. Ketika dia melihat gulungan yang sangat pendek, Ardian Prasetya menjadi sedikit kecewa.

Ardian Prasetya telah membaca banyak novel seni beladiri diam-diam dengan menggunakan komputer Kakeknya. Dia tahu bahwa keterampilan tak tertandingi dari manual pelatihan tidak dapat ditentukan oleh panjangnya naskah, beberapa bahkan hanya kertas kosong. Jadi, Ardian Prasetya masih memiliki harapan besar saat dia mulai membaca manualnya.

"Apa ini? Satuan Perintah Melawan Langit? Nama yang aneh." Empat kata berbeda ini mulai membuat kepalanya yang dingin menjadi panas. Itu ditulis dengan tulisan tangan yang sama dengan kata-kata pada monolit batu di dalam gua. Pada malam bulan sempurna, rahang hewan buas akan terbuka. Hanya darah spesial yang boleh masuk. Sebelum cahaya pertama, ingatlah untuk pergi. Diam dalam gelap, akankah dia kembali?

Itu sama persis, bedanya di bawah kata-kata itu, ada rangkaian kata lain, "Perintah pertama, Lampaui Manusia." Kemudian diikuti dengan teks utama yang menjelaskan tentang keberadaan manusia yang sangat lemah, tetapi bisa menjungkirbalikkan hukum alam dan mempermainkan hidup dan mati makhluk lain di sekitarnya.

Ardian Prasetya membaca sekilas pendahuluan dan memahami bahwa Satuan Perintah Melawan Langit dibagi menjadi tiga tahapan yang saling berhubungan satu sama lain, yang jika disatukan menjadi sebuah perintah, Lampaui Manusia, Jadilah Monster, Berkuasa Seperti Dewa.

Sayangnya, gulungan ini hanya berisi bagian pertama yang berisi perintah untuk melampaui batas-batas kemampuan manusia. Perintah pertama terdiri dari tiga tingkatan, Pejalan kaki, Prajurit, dan Ksatria.

Ardian Prasetya tidak merasa cukup. Dia ingin memiliki tahap kedua dan ketiga, tetapi Ardian Prasetya tidak tahu di mana mereka berada. Mereka mungkin berada di balik dinding batu kedua di dalam gua, atau mungkin di tempat lain. Jadi, Ardian Prasetya memutuskan untuk tidak memikirkannya dan berkonsentrasi untuk menyelesaikan perintah pertama, Lampaui Manusia.

Episodes
1 Bab 1 : Demi Dua Ribu Dollar
2 Bab 2 : Tujuh Puluh Ribu Dollar
3 Bab 3 : Lima Puluh Ribu Dollar
4 Bab 4 : Empat Puluh Ribu Dollar
5 Bab 5 : Tiga Puluh Ribu Dollar
6 Bab 6 : Ratusan Juta Dollar Pertahun
7 Bab 7 : Dua Puluh Ribu Dollar
8 Bab 8 : SMAN Terbit Tenggara
9 Bab 9 : Punya SIM?
10 Bab 10 : Wajah Bodoh!
11 Bab 11 : Tunjukkan Bakatmu!
12 Bab 12 : Apa Kamu Menyukainya?
13 Bab 13 : Tinggal Bersama?
14 Bab 14 : Iblis Surgawi
15 Bab 15 : Dia Lumayan
16 Bab 16 : Ciuman
17 Bab 17 : Tidur
18 Bab 18 : Gua
19 Bab 19 : Gerbang
20 Bab 20 : Gulungan
21 Bab 21 : Kultivasi
22 Bab 22 : Video Biru
23 Bab 23 : Kertas Tisu
24 Bab 24 : Protein Mentah
25 Bab 25 : Mie
26 Bab 26 : Air
27 Bab 27 : Menantu
28 Bab 28 : Kepala Sekolah
29 Bab 29 : Kelas
30 Bab 30 : Kertas
31 Bab 31 : Ikut Aku!
32 Bab 32 : Semangat
33 Bab 33 : Pistol Air
34 Bab 34 : Teman?
35 Bab 35 : Permata
36 Bab 36 : Berharta dan Berbeasiswa
37 Bab 37 : Kantin
38 Bab 38 : Tinia Atmaja
39 Bab 39 : Tinia Atmaja (2)
40 Bab 40 : Sahabat
41 Bab 41 : Atap
42 Bab 42 : Atap (2)
43 Bab 43 : Atap (3)
44 Bab 44 : Sesudah
45 Bab 45 : Liontin
46 Bab 46 : Bank
47 Bab 47 : Sandera
48 Bab 48 : Sandera (2)
49 Bab 49 : Sandera (3)
50 Bab 50 : Sandera (4)
51 Bab 51 : Sandera (5)
52 Bab 52 : Sandera (6)
53 Bab 53 : Chen Sisi
54 Bab 54 : Chen Sisi (2)
55 Bab 55 : Chen Sisi (3)
56 Bab 56 : Chen Sisi (4)
57 Bab 57 : Chen Sisi (5)
58 Bab 58 : Tuan Tameng
59 Bab 59 : Tuan Tameng (2)
60 Bab 60 : Chandra
61 Bab 61 : Chandra (2)
62 Bab 62 : Serigala Cupu
63 Bab 63 : Perawat Julie
64 Bab 64 : Perawat Julie (2)
65 Bab 65 : Perawat Julie (3)
66 Bab 66 : Tidak Jera
67 Bab 67 : Tidak Jera (2)
68 Bab 68 : Tidak Jera (3)
69 Bab 69 : Tidak Jera (4)
70 Bab 70 : Hukuman
71 Bab 71 : Kekacauan
72 Bab 72 : Dewa
73 Bab 73 : Emosi
74 Bab 74 : Pembawa Masalah
75 Bab 75 : Wanita ini
76 Bab 76 : Halu
77 Bab 77 : Biter
78 Bab 78 : Cedera
79 Bab 79 : Tidak Terjangkau
80 Bab 80 : Angkara Adam
81 Bab 81 : Siapa Dalang?
82 Bab 82 : Kamu Menyukainya?
83 Bab 83 : Timur
84 Bab 84 : Kita harus merayakannya!
85 Bab 85 : Pindah? Tidak masuk akal.
86 Bab 86 : Kekuatan Keberanian
87 Bab 87 : Ini cuman bersikap baik, kok.
88 Bab 88 : Sumpit
89 Bab 89 : Menuju Transformasi Kedua
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1 : Demi Dua Ribu Dollar
2
Bab 2 : Tujuh Puluh Ribu Dollar
3
Bab 3 : Lima Puluh Ribu Dollar
4
Bab 4 : Empat Puluh Ribu Dollar
5
Bab 5 : Tiga Puluh Ribu Dollar
6
Bab 6 : Ratusan Juta Dollar Pertahun
7
Bab 7 : Dua Puluh Ribu Dollar
8
Bab 8 : SMAN Terbit Tenggara
9
Bab 9 : Punya SIM?
10
Bab 10 : Wajah Bodoh!
11
Bab 11 : Tunjukkan Bakatmu!
12
Bab 12 : Apa Kamu Menyukainya?
13
Bab 13 : Tinggal Bersama?
14
Bab 14 : Iblis Surgawi
15
Bab 15 : Dia Lumayan
16
Bab 16 : Ciuman
17
Bab 17 : Tidur
18
Bab 18 : Gua
19
Bab 19 : Gerbang
20
Bab 20 : Gulungan
21
Bab 21 : Kultivasi
22
Bab 22 : Video Biru
23
Bab 23 : Kertas Tisu
24
Bab 24 : Protein Mentah
25
Bab 25 : Mie
26
Bab 26 : Air
27
Bab 27 : Menantu
28
Bab 28 : Kepala Sekolah
29
Bab 29 : Kelas
30
Bab 30 : Kertas
31
Bab 31 : Ikut Aku!
32
Bab 32 : Semangat
33
Bab 33 : Pistol Air
34
Bab 34 : Teman?
35
Bab 35 : Permata
36
Bab 36 : Berharta dan Berbeasiswa
37
Bab 37 : Kantin
38
Bab 38 : Tinia Atmaja
39
Bab 39 : Tinia Atmaja (2)
40
Bab 40 : Sahabat
41
Bab 41 : Atap
42
Bab 42 : Atap (2)
43
Bab 43 : Atap (3)
44
Bab 44 : Sesudah
45
Bab 45 : Liontin
46
Bab 46 : Bank
47
Bab 47 : Sandera
48
Bab 48 : Sandera (2)
49
Bab 49 : Sandera (3)
50
Bab 50 : Sandera (4)
51
Bab 51 : Sandera (5)
52
Bab 52 : Sandera (6)
53
Bab 53 : Chen Sisi
54
Bab 54 : Chen Sisi (2)
55
Bab 55 : Chen Sisi (3)
56
Bab 56 : Chen Sisi (4)
57
Bab 57 : Chen Sisi (5)
58
Bab 58 : Tuan Tameng
59
Bab 59 : Tuan Tameng (2)
60
Bab 60 : Chandra
61
Bab 61 : Chandra (2)
62
Bab 62 : Serigala Cupu
63
Bab 63 : Perawat Julie
64
Bab 64 : Perawat Julie (2)
65
Bab 65 : Perawat Julie (3)
66
Bab 66 : Tidak Jera
67
Bab 67 : Tidak Jera (2)
68
Bab 68 : Tidak Jera (3)
69
Bab 69 : Tidak Jera (4)
70
Bab 70 : Hukuman
71
Bab 71 : Kekacauan
72
Bab 72 : Dewa
73
Bab 73 : Emosi
74
Bab 74 : Pembawa Masalah
75
Bab 75 : Wanita ini
76
Bab 76 : Halu
77
Bab 77 : Biter
78
Bab 78 : Cedera
79
Bab 79 : Tidak Terjangkau
80
Bab 80 : Angkara Adam
81
Bab 81 : Siapa Dalang?
82
Bab 82 : Kamu Menyukainya?
83
Bab 83 : Timur
84
Bab 84 : Kita harus merayakannya!
85
Bab 85 : Pindah? Tidak masuk akal.
86
Bab 86 : Kekuatan Keberanian
87
Bab 87 : Ini cuman bersikap baik, kok.
88
Bab 88 : Sumpit
89
Bab 89 : Menuju Transformasi Kedua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!