"Oke-oke, saat ini aku tanpa busana. Jadi, aku masih harus memakai bajuku." Tinia Atmaja menggerutu saat dia berdiri dari tempat tidurnya. Namun, alih-alih mengenakan pakaiannya, dia mulai mengagumi sosoknya di cermin dan berpikir. "Wah, apakah berat badanku bertambah? Haih, sepertinya sudah waktunya untuk melakukan diet."
"Cepat kemari!" Angkara Elvira mendesak. "Oke-oke, aku masih harus mengunci pintu kan? Sabar." Tinia Atmaja mengeluh sambil bergegas mengenakan pakaiannya. "Kenapa kamu lama sekali!?" Angkara Elvira kembali mengoceh setelah lebih dari satu menit Tinia Atmaja tidak meresponnya. "Oke-oke, aku ke sana sekarang!" Tinia Atmaja memakai sepatunya dan bergegas menuju pintu.
Jarak antara vila Tinia Atmaja dan vila Angkara Elvira hanya belasan meter. Vila mereka yang saling berhadapan hanya dipisahkan oleh sebuah jalan kecil. Ketika Angkara Elvira melihat sosok Tinia Atmaja dari jauh, dia menghela napas lega dan menutup telepon.
"Jadi, Nona Muda cerewet, kenapa kamu memanggilku? Aku baru saja telanjang dan bersiap untuk mandi ketika kamu menelepon." Tinia Atmaja menggerutu.
Angkara Elvira menunjukkan kekesalan di wajahnya. Dia menunjuk Ardian Prasetya dan berkata, "Tinia ada orang lain di sini, tolong perhatikan apa yang kamu katakan!"
"Em? Apakah itu sesuatu yang penting?" Di luar harapan Angkara Elvira, Tinia Atmaja malah santai saja dengan kehadiran laki-laki tidak dikenal di antara mereka. "Lagipula dia Tuan Tameng, kan? Bukankah dia salah satu dari kita sekarang? Apa masalahnya?"
Angkara Elvira menepuk dahinya sendiri. Apa sebenarnya yang dimakan oleh sahabatnya ini sampai-sampai tampak seperti tidak peduli dengan privasi sendiri. "Kalau kamu menganggapnya begitu, kenapa kamu tidak membiarkan dia tinggal di rumahmu saja?"
Tinia Atmaja menjulurkan lidahnya sambil tersenyum polos. "Kurasa itu ide buruk, Angkara Elvira. Kamu tahu aku, kan? Aku punya kebiasaan membiarkan tubuhku terbuka. Akan sangat merepotkan jika Tuan Tameng ada di sana." Angkara Elvira sangat tidak senang saat melihat Tinia Atmaja berpose sambil menyombongkan lekuk tubuhnya. "Jadi, apakah menurutmu aku juga akan nyaman jika dia tinggal di rumahku?" Angkara Elvira mulai diam-diam mengutuk Tinia Atmaja di dalam hatinya.
"Em? Inikan masalah sederhana. Kenapa kamu pusing?" Tinia Atmaja menggelengkan kepalanya kemudian melanjutkan, "Nona Muda yang cerewet, mengapa kamu tidak membiarkan dia tinggal di vilamu, lalu kamu bisa datang dan menginap di vilaku. Bukankah itu menyelesaikan masalah?"
"Genius!" Angkara Elvira senang Tinia Atmaja akhirnya mengatakan sesuatu yang berguna. Namun, kegembiraannya hanya sesaat. Sesuatu terbersit dalam kepalanya. Dia seharusnya tidak membiarkan seorang pekerja tinggal di vilanya tanpa pengawasan. Sesuatu yang buruk mungkin bisa terjadi jika dia melakukan itu.
"Aku tarik kembali kata-kataku, kamu bodoh. Bagaimana bisa aku membiarkan dia tinggal sendirian di vila. Dia bisa saja mencuri atau meledakkan sesuatu. Aku tidak bisa meninggalkannya tanpa pengawasan."
Tinia Atmaja merasa hidupnya yang santai tiba-tiba menjadi banyak masalah. Sebelumnya, itu murni karena kenakalan ketika dia meminta Angkara Elvira untuk mengizinkan Ardian Prasetya bekerja untuknya. Siapa yang tahu kenakalan itu akan kembali kepadanya. Demikian pula, Tinia Atmaja juga tidak menyukai gagasan membiarkan Ardian Prasetya tinggal di vilanya.
Setelah ragu-ragu, Tinia Atmaja datang dengan solusi lain, "Lalu, mengapa kita tidak melakukan ini? Aku akan pindah ke tempatmu. Karena kamarmu ada di lantai dua, kita akan membiarkannya tetap di lantai satu dan melarangnya naik ke lantai atas. Bagaimana?"
Ketika Angkara Elvira mendengar saran Tinia Atmaja, dia juga merasa bahwa itu adalah satu-satunya solusi. Jadi dia menganggukkan kepalanya dengan enggan, "Sepertinya itu cara terbaik. Baiklah, kalau begitu, ayo lakukan itu!"
Ini bukan pertama kalinya Tinia Atmaja tinggal di tempat Angkara Elvira. Jadi, dia sangat akrab dengan tempat itu. Ardian Prasetya di sisi lain, mengambil waktu dan mengikuti mereka. Angkara Elvira adalah seorang gadis. Seharusnya tidak mudah untuk meyakinkannya untuk tinggal bersama mulai sekarang. Sudah sangat jelas bahwa dia tidak akan setuju untuk tinggal bersamanya.
Ardian Prasetya tahu bahwa Angkara Elvira memusuhi dia. Namun, ketika dia mengingat permintaan serius Kakeknya dan kepercayaan dari mata Paman Adam, dia tidak membiarkan hal itu terlalu mengganggunya. Misi utamanya adalah berteman dengan Angkara Elvira, sisanya adalah melindunginya dan melakukan sesuatu untuknya. Dia harus menghilangkan kekakuan formalitas dan mulai bertindak selayaknya seorang teman sekolah.
"Hey, siapa namamu?" tanya Angkara Elvira sambil duduk di sofa dan meregangkan kakinya.
"Nama Saya Ardi—" Saat Ardian Prasetya ingin memperkenalkan dirinya dan menaruh tubuhnya ke sofa, dia dihentikan oleh Angkara Elvira. "Berhenti! Jangan duduk!" teriak Angkara Elvira sambil menatap Ardian Prasetya dengan jijik.
"Celanamu kotor terkena darah, kalau kamu duduk sekarang, kamu akan mengotori sofa! Tinia suka berbaring di atasnya saat dia tanpa busana!" kata Angkara Elvira sambil mengerutkan kening.
Sudut mulut Tinia Atmaja turun seketika, dia memutar matanya dan berpikir, "Elvira, kenapa kamu harus seperti ini? Bukankah kamu baru saja mengingatkanku untuk memperhatikan kata-kataku?" Dia menggelengkan kepalanya.
Ardian Prasetya tidak terganggu dengan ucapannya. Itu adalah hari yang panjang. Jadi, pakaiannya memang sangat kotor. Mengotori sofa adalah masalah kecil. Dia khawatir hal itu akan menyebabkan kecantikan itu mengembangkan beberapa masalah kulit.
"Bagus, silakan lanjutkan." Ketika Angkara Elvira melihat Ardian Prasetya berdiri, dia menghela napas lega. "Saya Ardian Prasetya. Panggil saja Saya senyaman mungkin."
"Baiklah, Wajah Bodoh. Kamu aku izinkan untuk tidur di kamar tamu itu. Sedangkan, aku akan tinggal di lantai atas bersama Tinia. Jadi, kamu tidak boleh menginjakkan kaki di lantai atas. Kalau kamu berani melanggarnya, aku akan meminta ayah untuk memecatmu. Paham?" Angkara Elvira tidak merasa percaya diri saat mengatakan itu. Untuk beberapa alasan, dia merasa bahwa ayahnya pasti telah ditipu oleh Ardian Prasetya. Jadi, meski dia meminta pemecatan, ayahnya mungkin tidak mengabulkannya.
Angkara Elvira kemudian menambahkan ancamannya, "Jika kamu berani naik, aku akan membuat Iblis Surgawi menggigitmu sampai mati!"
"Baik, Saya akan mengikuti aturannya." Ardian Prasetya menganggukkan kepalanya. Ketika dia mendengar ucapan terakhir Angkara Elvira, dia menjadi bingung dan bertanya, "Maaf, maksud Nona Muda, Iblis Surgawi itu adalah?"
Ketika Angkara Elvira mendengar pertanyaan Ardian Prasetya, dia berteriak, "Iblis Surgawi, turunlah!" Serangkaian gonggongan terdengar dari lantai dua. Tidak lama, Rottweiler yang tampak ganas berlari ke sisi Angkara Elvira dan mulai menatap Ardian Prasetya dengan penuh perhatian.
Ardian Prasetya merasa diejek. Dia bahkan pernah bertarung dengan kawanan serigala saat menjalankan misi di pegunungan. Rottweiler masih terlihat imut baginya. "Bagaimana? Ini adalah Iblis Surgawi! Sebagai informasi untukmu, dia sangat kuat. Jadi, sebaiknya kamu tidak naik, atau aku akan menyuruhnya untuk menggigitmu!" Ancam Angkara Elvira lagi. "Saya mengerti." Ardian Prasetya menganggukkan kepalanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments