Bab 14 : Iblis Surgawi

"Oke-oke, saat ini aku tanpa busana. Jadi, aku masih harus memakai bajuku." Tinia Atmaja menggerutu saat dia berdiri dari tempat tidurnya. Namun, alih-alih mengenakan pakaiannya, dia mulai mengagumi sosoknya di cermin dan berpikir. "Wah, apakah berat badanku bertambah? Haih, sepertinya sudah waktunya untuk melakukan diet."

"Cepat kemari!" Angkara Elvira mendesak. "Oke-oke, aku masih harus mengunci pintu kan? Sabar." Tinia Atmaja mengeluh sambil bergegas mengenakan pakaiannya. "Kenapa kamu lama sekali!?" Angkara Elvira kembali mengoceh setelah lebih dari satu menit Tinia Atmaja tidak meresponnya. "Oke-oke, aku ke sana sekarang!" Tinia Atmaja memakai sepatunya dan bergegas menuju pintu.

Jarak antara vila Tinia Atmaja dan vila Angkara Elvira hanya belasan meter. Vila mereka yang saling berhadapan hanya dipisahkan oleh sebuah jalan kecil. Ketika Angkara Elvira melihat sosok Tinia Atmaja dari jauh, dia menghela napas lega dan menutup telepon.

"Jadi, Nona Muda cerewet, kenapa kamu memanggilku? Aku baru saja telanjang dan bersiap untuk mandi ketika kamu menelepon." Tinia Atmaja menggerutu.

Angkara Elvira menunjukkan kekesalan di wajahnya. Dia menunjuk Ardian Prasetya dan berkata, "Tinia ada orang lain di sini, tolong perhatikan apa yang kamu katakan!"

"Em? Apakah itu sesuatu yang penting?" Di luar harapan Angkara Elvira, Tinia Atmaja malah santai saja dengan kehadiran laki-laki tidak dikenal di antara mereka. "Lagipula dia Tuan Tameng, kan? Bukankah dia salah satu dari kita sekarang? Apa masalahnya?"

Angkara Elvira menepuk dahinya sendiri. Apa sebenarnya yang dimakan oleh sahabatnya ini sampai-sampai tampak seperti tidak peduli dengan privasi sendiri. "Kalau kamu menganggapnya begitu, kenapa kamu tidak membiarkan dia tinggal di rumahmu saja?"

Tinia Atmaja menjulurkan lidahnya sambil tersenyum polos. "Kurasa itu ide buruk, Angkara Elvira. Kamu tahu aku, kan? Aku punya kebiasaan membiarkan tubuhku terbuka. Akan sangat merepotkan jika Tuan Tameng ada di sana." Angkara Elvira sangat tidak senang saat melihat Tinia Atmaja berpose sambil menyombongkan lekuk tubuhnya. "Jadi, apakah menurutmu aku juga akan nyaman jika dia tinggal di rumahku?" Angkara Elvira mulai diam-diam mengutuk Tinia Atmaja di dalam hatinya.

"Em? Inikan masalah sederhana. Kenapa kamu pusing?" Tinia Atmaja menggelengkan kepalanya kemudian melanjutkan, "Nona Muda yang cerewet, mengapa kamu tidak membiarkan dia tinggal di vilamu, lalu kamu bisa datang dan menginap di vilaku. Bukankah itu menyelesaikan masalah?"

"Genius!" Angkara Elvira senang Tinia Atmaja akhirnya mengatakan sesuatu yang berguna. Namun, kegembiraannya hanya sesaat. Sesuatu terbersit dalam kepalanya. Dia seharusnya tidak membiarkan seorang pekerja tinggal di vilanya tanpa pengawasan. Sesuatu yang buruk mungkin bisa terjadi jika dia melakukan itu.

"Aku tarik kembali kata-kataku, kamu bodoh. Bagaimana bisa aku membiarkan dia tinggal sendirian di vila. Dia bisa saja mencuri atau meledakkan sesuatu. Aku tidak bisa meninggalkannya tanpa pengawasan."

Tinia Atmaja merasa hidupnya yang santai tiba-tiba menjadi banyak masalah. Sebelumnya, itu murni karena kenakalan ketika dia meminta Angkara Elvira untuk mengizinkan Ardian Prasetya bekerja untuknya. Siapa yang tahu kenakalan itu akan kembali kepadanya. Demikian pula, Tinia Atmaja juga tidak menyukai gagasan membiarkan Ardian Prasetya tinggal di vilanya.

Setelah ragu-ragu, Tinia Atmaja datang dengan solusi lain, "Lalu, mengapa kita tidak melakukan ini? Aku akan pindah ke tempatmu. Karena kamarmu ada di lantai dua, kita akan membiarkannya tetap di lantai satu dan melarangnya naik ke lantai atas. Bagaimana?"

Ketika Angkara Elvira mendengar saran Tinia Atmaja, dia juga merasa bahwa itu adalah satu-satunya solusi. Jadi dia menganggukkan kepalanya dengan enggan, "Sepertinya itu cara terbaik. Baiklah, kalau begitu, ayo lakukan itu!"

Ini bukan pertama kalinya Tinia Atmaja tinggal di tempat Angkara Elvira. Jadi, dia sangat akrab dengan tempat itu. Ardian Prasetya di sisi lain, mengambil waktu dan mengikuti mereka. Angkara Elvira adalah seorang gadis. Seharusnya tidak mudah untuk meyakinkannya untuk tinggal bersama mulai sekarang. Sudah sangat jelas bahwa dia tidak akan setuju untuk tinggal bersamanya.

Ardian Prasetya tahu bahwa Angkara Elvira memusuhi dia. Namun, ketika dia mengingat permintaan serius Kakeknya dan kepercayaan dari mata Paman Adam, dia tidak membiarkan hal itu terlalu mengganggunya. Misi utamanya adalah berteman dengan Angkara Elvira, sisanya adalah melindunginya dan melakukan sesuatu untuknya. Dia harus menghilangkan kekakuan formalitas dan mulai bertindak selayaknya seorang teman sekolah.

"Hey, siapa namamu?" tanya Angkara Elvira sambil duduk di sofa dan meregangkan kakinya.

"Nama Saya Ardi—" Saat Ardian Prasetya ingin memperkenalkan dirinya dan menaruh tubuhnya ke sofa, dia dihentikan oleh Angkara Elvira. "Berhenti! Jangan duduk!" teriak Angkara Elvira sambil menatap Ardian Prasetya dengan jijik.

"Celanamu kotor terkena darah, kalau kamu duduk sekarang, kamu akan mengotori sofa! Tinia suka berbaring di atasnya saat dia tanpa busana!" kata Angkara Elvira sambil mengerutkan kening.

Sudut mulut Tinia Atmaja turun seketika, dia memutar matanya dan berpikir, "Elvira, kenapa kamu harus seperti ini? Bukankah kamu baru saja mengingatkanku untuk memperhatikan kata-kataku?" Dia menggelengkan kepalanya.

Ardian Prasetya tidak terganggu dengan ucapannya. Itu adalah hari yang panjang. Jadi, pakaiannya memang sangat kotor. Mengotori sofa adalah masalah kecil. Dia khawatir hal itu akan menyebabkan kecantikan itu mengembangkan beberapa masalah kulit.

"Bagus, silakan lanjutkan." Ketika Angkara Elvira melihat Ardian Prasetya berdiri, dia menghela napas lega. "Saya Ardian Prasetya. Panggil saja Saya senyaman mungkin."

"Baiklah, Wajah Bodoh. Kamu aku izinkan untuk tidur di kamar tamu itu. Sedangkan, aku akan tinggal di lantai atas bersama Tinia. Jadi, kamu tidak boleh menginjakkan kaki di lantai atas. Kalau kamu berani melanggarnya, aku akan meminta ayah untuk memecatmu. Paham?" Angkara Elvira tidak merasa percaya diri saat mengatakan itu. Untuk beberapa alasan, dia merasa bahwa ayahnya pasti telah ditipu oleh Ardian Prasetya. Jadi, meski dia meminta pemecatan, ayahnya mungkin tidak mengabulkannya.

Angkara Elvira kemudian menambahkan ancamannya, "Jika kamu berani naik, aku akan membuat Iblis Surgawi menggigitmu sampai mati!"

"Baik, Saya akan mengikuti aturannya." Ardian Prasetya menganggukkan kepalanya. Ketika dia mendengar ucapan terakhir Angkara Elvira, dia menjadi bingung dan bertanya, "Maaf, maksud Nona Muda, Iblis Surgawi itu adalah?"

Ketika Angkara Elvira mendengar pertanyaan Ardian Prasetya, dia berteriak, "Iblis Surgawi, turunlah!" Serangkaian gonggongan terdengar dari lantai dua. Tidak lama, Rottweiler yang tampak ganas berlari ke sisi Angkara Elvira dan mulai menatap Ardian Prasetya dengan penuh perhatian.

Ardian Prasetya merasa diejek. Dia bahkan pernah bertarung dengan kawanan serigala saat menjalankan misi di pegunungan. Rottweiler masih terlihat imut baginya. "Bagaimana? Ini adalah Iblis Surgawi! Sebagai informasi untukmu, dia sangat kuat. Jadi, sebaiknya kamu tidak naik, atau aku akan menyuruhnya untuk menggigitmu!" Ancam Angkara Elvira lagi. "Saya mengerti." Ardian Prasetya menganggukkan kepalanya.

Episodes
1 Bab 1 : Demi Dua Ribu Dollar
2 Bab 2 : Tujuh Puluh Ribu Dollar
3 Bab 3 : Lima Puluh Ribu Dollar
4 Bab 4 : Empat Puluh Ribu Dollar
5 Bab 5 : Tiga Puluh Ribu Dollar
6 Bab 6 : Ratusan Juta Dollar Pertahun
7 Bab 7 : Dua Puluh Ribu Dollar
8 Bab 8 : SMAN Terbit Tenggara
9 Bab 9 : Punya SIM?
10 Bab 10 : Wajah Bodoh!
11 Bab 11 : Tunjukkan Bakatmu!
12 Bab 12 : Apa Kamu Menyukainya?
13 Bab 13 : Tinggal Bersama?
14 Bab 14 : Iblis Surgawi
15 Bab 15 : Dia Lumayan
16 Bab 16 : Ciuman
17 Bab 17 : Tidur
18 Bab 18 : Gua
19 Bab 19 : Gerbang
20 Bab 20 : Gulungan
21 Bab 21 : Kultivasi
22 Bab 22 : Video Biru
23 Bab 23 : Kertas Tisu
24 Bab 24 : Protein Mentah
25 Bab 25 : Mie
26 Bab 26 : Air
27 Bab 27 : Menantu
28 Bab 28 : Kepala Sekolah
29 Bab 29 : Kelas
30 Bab 30 : Kertas
31 Bab 31 : Ikut Aku!
32 Bab 32 : Semangat
33 Bab 33 : Pistol Air
34 Bab 34 : Teman?
35 Bab 35 : Permata
36 Bab 36 : Berharta dan Berbeasiswa
37 Bab 37 : Kantin
38 Bab 38 : Tinia Atmaja
39 Bab 39 : Tinia Atmaja (2)
40 Bab 40 : Sahabat
41 Bab 41 : Atap
42 Bab 42 : Atap (2)
43 Bab 43 : Atap (3)
44 Bab 44 : Sesudah
45 Bab 45 : Liontin
46 Bab 46 : Bank
47 Bab 47 : Sandera
48 Bab 48 : Sandera (2)
49 Bab 49 : Sandera (3)
50 Bab 50 : Sandera (4)
51 Bab 51 : Sandera (5)
52 Bab 52 : Sandera (6)
53 Bab 53 : Chen Sisi
54 Bab 54 : Chen Sisi (2)
55 Bab 55 : Chen Sisi (3)
56 Bab 56 : Chen Sisi (4)
57 Bab 57 : Chen Sisi (5)
58 Bab 58 : Tuan Tameng
59 Bab 59 : Tuan Tameng (2)
60 Bab 60 : Chandra
61 Bab 61 : Chandra (2)
62 Bab 62 : Serigala Cupu
63 Bab 63 : Perawat Julie
64 Bab 64 : Perawat Julie (2)
65 Bab 65 : Perawat Julie (3)
66 Bab 66 : Tidak Jera
67 Bab 67 : Tidak Jera (2)
68 Bab 68 : Tidak Jera (3)
69 Bab 69 : Tidak Jera (4)
70 Bab 70 : Hukuman
71 Bab 71 : Kekacauan
72 Bab 72 : Dewa
73 Bab 73 : Emosi
74 Bab 74 : Pembawa Masalah
75 Bab 75 : Wanita ini
76 Bab 76 : Halu
77 Bab 77 : Biter
78 Bab 78 : Cedera
79 Bab 79 : Tidak Terjangkau
80 Bab 80 : Angkara Adam
81 Bab 81 : Siapa Dalang?
82 Bab 82 : Kamu Menyukainya?
83 Bab 83 : Timur
84 Bab 84 : Kita harus merayakannya!
85 Bab 85 : Pindah? Tidak masuk akal.
86 Bab 86 : Kekuatan Keberanian
87 Bab 87 : Ini cuman bersikap baik, kok.
88 Bab 88 : Sumpit
89 Bab 89 : Menuju Transformasi Kedua
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1 : Demi Dua Ribu Dollar
2
Bab 2 : Tujuh Puluh Ribu Dollar
3
Bab 3 : Lima Puluh Ribu Dollar
4
Bab 4 : Empat Puluh Ribu Dollar
5
Bab 5 : Tiga Puluh Ribu Dollar
6
Bab 6 : Ratusan Juta Dollar Pertahun
7
Bab 7 : Dua Puluh Ribu Dollar
8
Bab 8 : SMAN Terbit Tenggara
9
Bab 9 : Punya SIM?
10
Bab 10 : Wajah Bodoh!
11
Bab 11 : Tunjukkan Bakatmu!
12
Bab 12 : Apa Kamu Menyukainya?
13
Bab 13 : Tinggal Bersama?
14
Bab 14 : Iblis Surgawi
15
Bab 15 : Dia Lumayan
16
Bab 16 : Ciuman
17
Bab 17 : Tidur
18
Bab 18 : Gua
19
Bab 19 : Gerbang
20
Bab 20 : Gulungan
21
Bab 21 : Kultivasi
22
Bab 22 : Video Biru
23
Bab 23 : Kertas Tisu
24
Bab 24 : Protein Mentah
25
Bab 25 : Mie
26
Bab 26 : Air
27
Bab 27 : Menantu
28
Bab 28 : Kepala Sekolah
29
Bab 29 : Kelas
30
Bab 30 : Kertas
31
Bab 31 : Ikut Aku!
32
Bab 32 : Semangat
33
Bab 33 : Pistol Air
34
Bab 34 : Teman?
35
Bab 35 : Permata
36
Bab 36 : Berharta dan Berbeasiswa
37
Bab 37 : Kantin
38
Bab 38 : Tinia Atmaja
39
Bab 39 : Tinia Atmaja (2)
40
Bab 40 : Sahabat
41
Bab 41 : Atap
42
Bab 42 : Atap (2)
43
Bab 43 : Atap (3)
44
Bab 44 : Sesudah
45
Bab 45 : Liontin
46
Bab 46 : Bank
47
Bab 47 : Sandera
48
Bab 48 : Sandera (2)
49
Bab 49 : Sandera (3)
50
Bab 50 : Sandera (4)
51
Bab 51 : Sandera (5)
52
Bab 52 : Sandera (6)
53
Bab 53 : Chen Sisi
54
Bab 54 : Chen Sisi (2)
55
Bab 55 : Chen Sisi (3)
56
Bab 56 : Chen Sisi (4)
57
Bab 57 : Chen Sisi (5)
58
Bab 58 : Tuan Tameng
59
Bab 59 : Tuan Tameng (2)
60
Bab 60 : Chandra
61
Bab 61 : Chandra (2)
62
Bab 62 : Serigala Cupu
63
Bab 63 : Perawat Julie
64
Bab 64 : Perawat Julie (2)
65
Bab 65 : Perawat Julie (3)
66
Bab 66 : Tidak Jera
67
Bab 67 : Tidak Jera (2)
68
Bab 68 : Tidak Jera (3)
69
Bab 69 : Tidak Jera (4)
70
Bab 70 : Hukuman
71
Bab 71 : Kekacauan
72
Bab 72 : Dewa
73
Bab 73 : Emosi
74
Bab 74 : Pembawa Masalah
75
Bab 75 : Wanita ini
76
Bab 76 : Halu
77
Bab 77 : Biter
78
Bab 78 : Cedera
79
Bab 79 : Tidak Terjangkau
80
Bab 80 : Angkara Adam
81
Bab 81 : Siapa Dalang?
82
Bab 82 : Kamu Menyukainya?
83
Bab 83 : Timur
84
Bab 84 : Kita harus merayakannya!
85
Bab 85 : Pindah? Tidak masuk akal.
86
Bab 86 : Kekuatan Keberanian
87
Bab 87 : Ini cuman bersikap baik, kok.
88
Bab 88 : Sumpit
89
Bab 89 : Menuju Transformasi Kedua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!