Sejak gadis itu naik kereta, dia selalu mendengarkan pemutar MP3-nya. Jadi, Ardian tidak memiliki kesempatan untuk bertukar sapa atau menggodanya untuk menghilangkan kebosanannya di kereta. Namun, pada waktu ini, gadis itu menatap Ardian dengan cemas, seolah dia ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak bisa karena dia takut. Jadi, dia mengisyaratkan Ardian dengan matanya dan tendangan ringan dari kakinya.
Secara alami, Ardian tahu bahwa gadis itu berusaha mencegahnya ditipu. Dia merasa hatinya hangat. Dia teringat bahwa orang-orang kota semuanya sangat egois. Selama itu bukan urusan mereka, mereka tidak akan peduli. Itu berarti gadis ini memiliki hati yang baik karena dia ingin membantunya.
Kesan Ardian tentang gadis itu menjadi lebih baik. Kecantikan adalah ciri penting bagi seorang gadis, tetapi jika dia egois, tidak ada yang akan menyukainya. Setidaknya, itulah standar Ardian untuk seorang gadis. Tidak masalah jika gadis itu jahat atau arogan, selama dia tidak mementingkan diri sendiri, Ardian akan senang berkenalan dengannya.
"Ehm!" Bane menyadari tindakan gadis itu. Jadi, dia mulai berpura-pura batuk dan menatap mata gadis itu. Sehingga dia menjadi pucat dan terpaksa menundukkan kepalanya ke bawah.
Ardian melihat semuanya dengan baik, dia merasa sangat bosan di perjalanan dan dia juga masih kesal dengan sang Kakek. Karena ada tiga idiot ini, rasanya bosannya bisa ia hilangkan dan Ardian memutuskan untuk melampiaskan kekesalannya pada sang kakek kepada mereka. Tidak mungkin dia membiarkan kesempatan ini berlalu begitu saja.
Bahkan setelah gadis itu mulai melihat ke bawah, dia terus-menerus memperingatkan Ardian dengan menyenggol kakinya. Namun, Ardian memilih untuk mengabaikannya dan berpura-pura tidak memahami peringatannya.
"Sayangnya, Saya tidak punya uang sebanyak itu. Empat puluh ribu dollar adalah semua yang Saya miliki." Ardian mengeluh seolah dia merasa sangat kesal dengan jumlah uang yang ia bawa.
Mata tiga idiot itu mulai bersinar ketika mereka mendengar jawaban Ardian. Secara khusus, pandangan mereka terarah ke tas hitam Ardian yang dipeluk dengan erat. Mereka ingin segera merampasnya, tetapi mereka masih harus terus berakting.
Tara kemudian memasang wajah masam. "Hanya empat puluh ribu? Bukankah itu terlalu sedikit? Berapa banyak yang bisa kita masing-masing dapatkan?" Dia bertanya seperti seorang idiot.
"Jika seperti itu, berarti aku dan kamu akan mendapat dua puluh ribu dollar sedangkan pemuda ini mendapatkan enam belas ribu dollar." Bane menjawab setelah menghitung.
"Hanya dua puluh ribu? Ugh, terserahlah, aku baik-baik saja dengan jumlah itu, tapi bagaimana dengan mu?" Tara mengangguk setuju dengan kekesalan karena keterpaksaan di wajahnya.
"Yah, karena kamu baik-baik saja dengan pengaturan ini, tidak ada alasan mengapa aku tidak setuju dan aku takut masalah ini tidak akan selesai." Bane juga mengangguk setuju dan berkata, "Kalau begitu, berikan aku uangnya!" Dia menadahkan tangan tidak sabaran.
Ardian membuka tasnya dan mengeluarkan seikat uang dan mulai menghitung jumlahnya. "Ini empat puluh ribu dollar, hanya ini yang Saya miliki. Masnya bisa konfirmasi jumlahnya jika ragu," jawab Ardian dengan senyum polos di wajahnya. "Sekarang, tolong berikan kepada Saya tutup botol itu."
Uang itu ia dapatkan dari orang terpelit di dunia, kakek Pratama. Hanya sebanyak itulah biaya hidup yang diberikan oleh kakeknya dan dia harus bertahan dengan uang sebanyak itu selama beberapa tahun ke depan. Benar-benar pelit dan terlalu tidak masuk akal.
Ardian yakin dia telah membantu Kakek Pratama mendapatkan banyak uang dalam beberapa tahun terakhir. Ardian juga sangat yakin hadiah sebenarnya dari misi pembunuhan Jendral baru-baru ini di Distrik Timur pasti bernilai jutaan dollar.
Kenapa saat dia pergi, Kakeknya hanya berhasil mengeluarkan empat puluh ribu dollar dari laci? Kakek Pratama bahkan mengklaim bahwa hanya itu yang dia miliki dan meminta Ardian untuk membelanjakannya dengan hemat. Setelah Ardian pikirkan sekali lagi, dia benar-benar kesal dan kekesalan itu berubah menjadi kemurkaan ketika ia melihat lembaran lusuh uang yang diberikan oleh kakeknya.
"Ya, akan aku berikan, jangan khawatir!" seru Tara dan Bane saat mereka mengambil tumpukan uang dari Ardian dan menyerahkan tutup botol beserta botolnya kepadanya.
Ardian segera menyimpan botol minuman itu ke dalam tasnya. Seolah-olah itu adalah permata yang berharga dan dia khawatir dia akan kehilangannya. Ketika gadis itu melihat Ardian ditipu, dia menghela napas. Dia tidak bisa berkata apa-apa ketika dia melihat ekspresi Ardian yang tampak seolah-olah dia baru saja mencapai kesepakatan yang sangat berharga.
Gadis itu dapat memahaminya, menghasilkan uang senilai enam belas ribu dollar dalam hitungan detik pastilah seperti kejatuhan bintang jatuh. Sayangnya, sekarang penipuan itu sukses, dan ketiga penipu itu kembali melakukan apa pun yang mereka lakukan sebelumnya, berpura-pura tidak mengenal satu sama lain.
Gadis itu berhenti menyenggol kaki Ardian dan kembali mendengarkan MP3-nya. "Stasiun Tenggara. Penumpang yang turun harap bersiap-siap. Kereta akan berhenti di stasiun ini selama lima belas menit." Ketika Ardian mendengar siaran itu, dia mulai mempersiapkan diri untuk meninggalkan kereta. Anehnya, gadis di sampingnya juga mengemasi barang-barangnya ke dalam tas. Rupanya dia juga berhenti di Stasiun Tenggara.
Ardian melirik gadis itu ketika dia berdiri dan memverifikasi bahwa tingginya sekitar seratus enam puluh lima sentimeter, gadis ini masuk dalam kategori wanita tinggi di negara ini.
Ketika Ardian meninggalkan kereta, dia terpesona oleh struktur stasiun kereta yang indah. Sudah sekitar sepuluh tahun sejak dia mengunjungi tempat ini. Perubahan di Distrik Tenggara sangat luar biasa. "Permisi!" Suara manis memanggil Ardian. Dia berhenti dan menoleh ke arah datangnya sumber suara.
Pemilik suara itu adalah gadis yang duduk di sampingnya di dalam kereta. Dia melambaikan tangannya saat dia bergegas ke arahnya. "Apa ini? Apa dia jatuh cinta padaku?" Ardian mengakui bahwa dirinya cukup tampan, tetapi dia tidak tahu bahwa dia cukup tampan untuk membuat gadis itu jatuh cinta padanya pada pandangan pertama. Hal ini sangat sulit dipercaya, padahal saat ini dia tampak seperti seorang petani yang datang ke kota untuk mencari pekerjaan. "Lain kali aku akan memakai masker. Haih, susah sekali hidup sebagai orang tampan." Dia mengoceh bangga.
"Hey, Tuan. Apa kamu sangat bodoh? Kamu pastinya menyadari peringatanku waktu itu, tetapi kenapa kamu mau-mau saja menukarkan uangmu dengan hadiah uang yang mencurigakan itu? Bagaimana jika itu penipuan?" kata gadis itu dengan marah.
Ardian tertegun sejenak. Lalu, dia tersenyum. "Oh, maksudmu ini?" Ardian mengeluarkan botol minuman soda itu dan dengan santai melemparkannya ke tong sampah stasiun.
"Eh?" Kali ini giliran gadis itu yang tercengang. Dia tidak pernah berharap Ardian melakukan hal seperti itu. "Apa-apaan? Kenapa kamu baru saja membuangnya?" seru gadis itu sambil menunjuk Ardian dengan mulutnya yang terbuka lebar. "Kenapa? Bukankah di kereta tadi kamu memberitahuku bahwa benda itu palsu? Karena itu palsu, maka aku membuangnya. Tidak ada gunanya, kan?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
IR WANTO
kok gak sesuai cerita
2023-10-29
1
Shadow
aneh
2023-06-23
1